Chapter 20
🎶Playlist🎶
Gfriend - Memoria
.
.
.
Di ruang kelas yang kosong, Daniel duduk diatas meja sementara Jihoon dan Jinyoung berdiri disisi kanan dan kirinya. Memandang tajam sosok pria dihadapannya yang tak lain adalah Donghan yang merupakan salah satu tim sepak bola.
"Apa yang ingin kalian lakukan kepadaku?" Tanya Donghan dengan lantang. Jihoon dan Jinyoung saling melirik, kemudian tertawa. Sungguh mereka seperti dua orang kembar yang sedang mengejek seseorang.
Daniel masih diam, tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Kalau kalian tidak ingin mengatakan sesuatu, aku akan meninggalkan tempat ini!" Donghan pun hendak pergi tapi Jihoon tiba-tiba saja maju dan mendorong tubuhnya hingga membentur tembok.
Duak
Terlihat sekali Donghan kesakitan membuat Jihoon cukup senang dan Jinyoung hanya menertawainya.
"Kau tidak bisa pergi sebelum mendapatkan hukuman untuk perbuatan picikmu!" Seru Jihoon membuat Donghan berdesis.
"Hukuman? Aku tidak merasa memiliki kesalahan dan siapa kalian berhak untuk menghukumku?" Suara Donghan meninggi di ikuti dengan Daniel yang kini berdiri dan berjalan mendekat.
"Hanya seorang pecundang sepertimu yang mampu melakukan hal semacam ini. Jadi anak-anak, hajar dia seperti pecundang! Dia tidak pantas untuk melawan kita satu persatu." Perintah Daniel yang seketika membalikkan badannya dan berjalan menjauh.
Jihoon dan Jinyoung pun mendekati Donghan, seolah menemukan makanan yang lezat. Mereka berdua terlihat begitu bahagia.
Bak
Buk
Bak
Buk
Keduanya menghajar Donghan bertubi-tubi tanpa rasa ragu.
---***---
Sinb pov
Semenjak kemarin, aku merasa sangat gelisah. Ucapan Umji tentang betapa populernya Daniel membuatku cemas. Entah kenapa aku menjadi seperti ini? Apakah mungkin ini karena hubungan kami dimasa lalu?
Entahlah...Aku sangat pusing hanya dengan memikirkannya saja. Bahkan aku juga merasa tak nyaman berada di dekat namja lain, meskipun itu Ong. Mungkin hanya dengan Woojin dan Umji aku merasa sangat nyaman.
Tapi sekarang mereka sedang asyik bersama dan aku tak mau mengganggunya. Jadi ku putuskan untuk bermain-main disekitar halaman sampai aku menemukan sosoknya. Sosok yang membuatku tak dapat tidur hingga pagi hari. Bayang-bayang dirinya selalu tergambar jelas dalam ingatan ku.
Kang Daniel!
Namja bertubuh tegap nan atletis itu saat ini sedang berjalan sendiri berlawanan arah dengan ku. Membuatku seketika panik tapi anehnya aku tak ingin pergi.
Hanya beberapa langkah untuk sampai dihadapan ku. Tapi meskipun kita sudah saling berhadapan, ia tak menunjukkan perubahan ekspresi diwajahnya.
Aku merasa begitu sedih untuk alasan yang tak ku mengerti. Wae? Kenapa ia berubah seperti ini? Apa ia marah kepadaku karena aku tak dapat mengingatnya?
"Tunggu!" Dan apa yang ku lakukan ini? Aku tak suka ia mengabaikan ku.
Aku pun membalik dan ia masih berdiri tanpa menoleh. Aku tak tahan melihatnya terus mengabaikan ku.
"Kenapa kau begitu dingin kepadaku?" Aku bertanya dan ia pun membalikkan badannya, tatapan kami saling bertemu.
Aku melihat ekspresi berbeda kali ini yaitu lelah. Apa ia cukup lelah menghadapiku? Kenapa?
"Jawab pertanyaan ku!" Tekan ku. Aku tak mengerti kenapa aku bertindak terlalu jauh seperti ini.
Aku menunggunya mengatakan sesuatu tapi. "DANIEL!" Suara panggilan seseorang ini membuat kami tak akan memiliki kesempatan untuk saling berkata-kata.
Seorang yeoja yang masuk dalam daftar siswi terpopuler disekolah, Kyul Kyung saat ini dengan beraninya menggandeng tangan Daniel dan yang lebih membuatku marah adalah Daniel membiarkannya dan tak melakukan apapun.
"Jadi? Apa aku mengganggu kalian?"
Jelas ia mengganggu kami tapi aku ini siapa? Kenapa aku tiba-tiba saja sangat marah dan sangat ingin menamparnya.
"Ania, aku akan pergi." Aku tak bisa terus bertingkah seperti Daniel adalah milikku saat aku pun tak mengingat apapun tentangnya.
Tapi...Kenapa tiba-tiba air mataku menetes? Hatiku tiba-tiba merasa begitu sakit? Dan aku tidak bisa menangani ini.
"Sinb, kau kenapa?" Aku mendongak dan mendapati Ong dihadapanku.
"Ong..." Aku tercekat dengan alasan yang tak dapat ku pahami.
Greb
"Ada apa?" Ong memeluk ku dan aku yakin Daniel melihatnya.
Ottokae? Kenapa aku sangat tidak ingin Daniel melihat ini. Aku merasakan banyak hal di dadaku dan itu menyesakkan.
"Apakah Daniel menyakitimu?" Ong bertanya dan aku tidak tau harus mengatakan apa?
Hanya diam sampai Ong melepaskan pelukannya. "Tunggu disini, aku akan mengatasinya."
Mengatasi apa? Aku tak mengerti dan dengan bodohnya aku membiarkannya pergi begitu saja. Kenyataannya Ong datang mendekati Daniel yang masih bersama Kyul Kyung.
BUAK
"Ong!" Aku melihat Ong memukul Daniel dan aku tanpa sadar berlari.
"Yak! Apa yang kau lakukan?" Kyul Kyung berusaha menarik Daniel.
"Tidak! Jangan lakukan ini!" Aku memegangi Ong.
"Biarkan saja, dia pantas mendapatkannya!" Ini pertama kalinya aku melihat Ong semarah ini.
"Jebal! Jangan lakukan ini!" Aku memohon kepada Ong.
"Kau semakin berani kepadaku? Apa kau ingin menunjukkan kepadanya betapa kerennya dirimu?"
Entah apa yang di fikirkan Daniel, kenapa ia membuat Ong tersulut.
"Diamlah, kenapa kau memancing amarahnya?" Aku mencoba untuk memperingatkan Daniel dan ia hanya menatapku sinis.
"KAU MEMBELANYA!" Aku terkejut saat Daniel menyentakku.
"JANGAN MEMBENTAKNYA!" Kali ini Ong pun berteriak.
Daniel hanya tersenyum, bukan senyuman mengejek atau apapun. Aku tak bisa memahaminya tapi aku tak suka melihatnya seperti ini.
"Kyul Kyung-ah, sebaiknya kita pergi dari sini. Biarkan pasangan bahagia ini menghabiskan waktu lebih lama."
Dia memanggil nama Kyul Kyung dengan akrab? Wae? Siapa yang pasangan disini sebenarnya? Niel...Kenapa kau berubah dengan cepat? Apa yang terjadi? Aku...Aku tak bisa mendapat perlakuan seperti ini darimu!
Sinb pov end
Daniel terus berjalan, menarik Kyul Kyung cepat.
"Niel, tidak bisakah kita pelan-pelan saja?" Mohon Kyul Kyung dan Daniel pun melepaskannya.
"Jangan pernah muncul lagi di hadapan ku!"
Seketika Kyul Kyung membatu dan Daniel pun pergi. Tapi seolah ia melupakan peringatan Daniel barusan, Kyul Kyung memilih mengejarnya.
"Wae? Kenapa kau tiba-tiba berubah? Tadi kau menarikku?" Kyul Kyung mencercanya dengan banyak pertanyaan.
"Karena aku tidak suka selain Sinb mendekatiku! Aku hanya ingin Sinb dan kau bukan Sinb!" Ucap Daniel yang seketika membuat Kyul Kyung membatu dan Daniel pun pergi meninggalkannya tanpa menunjukkan jejak kepedulian sama sekali.
---***---
Malam hari, ketika rembulan menampakkan wujudnya yang sempurna di langit, diantara rasi bintang yang membentang. Sinb mendongak dan menghela nafas beberapa kali. Pikirannya kacau, dipenuhi dengan banyak hal yang membuatnya tak nyaman.
Kang Daniel?
Tiap kali mendengar nama itu, membuatnya merasa tersiksa. Sinb tidak mengerti, meskipun ia berusaha keras untuk mengingatnya, kenyataannya ia masih saja belum mengingatnya.
Semakin jauh ia mencoba, saat itu pula pusing di kepalanya semakin menjadi. Membuatnya merasakan seolah sebuah batu menindihi kepalanya, berat membuatnya terus-terusan memeganginya.
"Wae?" Minhyun tiba-tiba memegangi Sinb dengan panik.
Sinb masih terus memegangi kepalanya yang berat dan mengalami pusing yang tak tertahankan. Merasakan tiap rasa sakit itu, Sinb benar-benar hanya terfokus pada rasa sakitnya.
"Ayo masuk, kau sudah meminum obatmu? APPA...SINB KESAKITAN!" Seru Minhyun yang kini menuntun Sinb yang masih kelimpungan sendiri.
"Appo..." Lirihnya pelan, terdengar memilukan.
"Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang berat. Kau belum sembuh total!" Omelan Minhyun tapi Sinb tiba-tiba saja oleng.
"Sinb!" Seru Minhyun yang terlihat susah payah mencapai tubuh Sinb agar tak jatuh ke tanah.
"Ada apa Minhyun?" Tn. Hwang berlarian dan cukup terkejut saat melihat Minhyun mencoba menggendong tubuh Sinb yang tak sadarkan diri.
Dengan bergegas, Tn. Hwang meraih tubuh mungil putrinya. "Hubungi dokter Jukyung dan Eommamu." Pinta Tn. Hwang dan Minhyun mengangguk.
Tiga puluh menit sudah Sinb tak sadarkan diri, masih menutup matanya. Dokter pun sudah pulang beberapa waktu lalu dengan meninggalkan sebuah pesan bahwa Sinb dilarang untuk masuk sekolah dan memikirkan sesuatu yang berat.
Tn. Hwang dan Jessica duduk menghadap kepada Sinb yang masih belum membuka matanya. Sementara Minhyun berdiri, menyenderkan tubuhnya pada tembok. Mereka termenung dengan gejolak pemikiran yang beragam.
"Apa dia akan terus seperti ini, saat memikirkan sesuatu yang berat?" Jessica membuka percakapan dan menunjukkan wajah khawatir yang teramat kepada putrinya ini.
Tn. Hwang menggeleng, sama cemasnya. Sebagai orang tua, ia merasa bingung. Bagaimana caranya membuat putrinya pulih seperti semula dan kembali lagi dengan wajah penuh ceria.
"Biarkan saja dulu ia beristirahat Appa." Celetuk Minhyun yang merasa hal ini adalah solusi teraman yang pernah ada. Sesuai dengan anjuran dokter.
"Tapi kau cukup tau bagaimana Sinb kan? Dongsaengmu yang satu ini, akan mudah bosan." Ucap Tn. Hwang yang cukup tau bagaimana Sinb.
Terlihat Jessica menghela nafas. "Bagaimana jika sementara waktu, Sinb bersama ku? Akhir-akhir ini aku mengerjakan beberapa project di pedesaan untuk menciptakan sebuah karya murni dan natural. Aku rasa suasana baru dan udara segar akan membantunya membaik." Usul Jessica dan sepertinya ide itu tak terlalu buruk. Buktinya Minhyun langsung memberikan jempol kanannya dan tersenyum, seolah menyetujui usulan eommanya.
Tn. Hwang tersenyum. "Baiklah, semoga saja ia mau." Guman Tn. Hwang dan keduanya mengangguk setuju.
---***---
Sudah seminggu, saat Sinb tiba-tiba menghilang seolah tertelan bumi. Baik Daniel, Ong dan Umji merasa bingung saat tak dapat menemukan sosok itu.
Awalnya mereka berpikir bahwa Sinb sakit biasa, ketika guru kelas memberitahukan bahwa Sinb tidak dapat masuk di hari pertama. Namun, sekarang bukankah sudah seminggu berlalu? Tak ada kabar lagi setelah ini.
Minhyun pun sudah tak ada di kota ini. Ia mengikuti kompetisi dan tak sempat untuk mengecek handphonenya. Sementara Tn. Hwang, sepertinya ia di kontrak sebuah club besar dan sangat sibuk melatih timnya karena musim liga tlah di mulai.
Keadaan Daniel cukup buruk saat ini. Tak segera mendapatkan kabar dimana Sinb, membuatnya terus-terusan tak berhenti berlatih basket siang dan malam. Membuat semua orang khawatir termasuk Sowon.
Gadis ini sekarang berdiri di pinggir lapangan basket, ditemani sosok Jaehwan.
"Apa kau tak bisa menghubungi mereka?" Tanya Sowon, Jaehwan adalah saudara mereka dan namja ini seharusnya cukup tau dimana Sinb saat ini.
Jaehwan menghela nafas, menggeleng cepat. "Aku merasa paman dan Minhyun hyung berusaha menutupinya. Coba kau pikirkan? Apa masuk akal, jika handphone Minhyun hyung tak pernah aktif? Belum lagi paman?" Ucap Jaehwan dengan segala dugaannya.
"Apa kau pernah menghubungi bibi Jessica?" Entah kenapa Sowon mengingat sosok tersebut.
Jaehwan pun menggeleng cepat. Ia tak pernah berfikir untuk menghubungi sosok itu--sosok yang pernah membuat pamannya dan Minhyun merasa hancur.
"Aku tidak pernah berbicara dengannya dan aku juga terlalu malas berurusan dengan wanita itu." Akui Jaehwan yang kali ini membuat Sowon mendesah. Sepertinya Jaehwan belum bisa melupakan kisah pahit dimasa lalu, saat bibinya meninggalkan pamannya, membuat Minhyun dan Sinb harus terpisah.
"Lalu bagaimana sekarang? Bahkan Jihoon atau pun Jinyoung menyerah untuk membujuknya." Lagi-lagi Sowon menghela nafas. "Sepanjang kami hidup bersama? Hari ini, aku merasa bahwa Daniel buka seorang yang sempurna." Guman Sowon yang masih memandang Daniel penuh keprihatinan.
Jaehwan tersenyum. "Apakah seperti ini pandanganmu kepadanya?" Jaehwan penasaran.
"Ya, Daniel adalah namja satu-satunya setelah Appa yang selalu sibuk. Bisa dikatakan bahwa Daniel adalah andalan keluarga kami. Ia, Appa dan Seulgi eon adalah kombinasi yang perfect, sementara aku sama seperti eomma. Kami berada dilevel yang berbeda dalam urusan kepintaran, tapi berbeda dengan Appa dan Seulgi eon yang selalu ingin semuanya sempurna. Daniel, adalah namja yang apa adanya dan mau menerima apapun yang kami katakan. Ia diam-diam menyempurnakan segala bentuk kesalahan kami. Dia adalah pelindung kami dari banyak hal yang tak membuat diriku nyaman bahkan eomma." Lirih Sowon dengan wajah yang menampakkan kesedihan.
"Saat melihatnya seperti ini, aku merasa tak berguna sebagai saudaranya. Seharusnya, aku bisa membantunya." Kali ini Sowon menangis dan Jaehwan segera mendekapnya.
"Tenanglah...Sinb adalah dongsaeng kesayangan kami, aku tau ia begitu menyukai Daniel. Karena itu aku membantunya." Sanggup Jaehwan membuat Sowon memandangnya.
"Gomawo." Ucap Sowon dan Jaehwan mengangguk.
Daniel pov
Hwang Sinb? Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau meninggalkan ku?
Apa yang terjadi sebenarnya? Apa kau mencoba untuk menghilang dari bumi? Dari kehidupan ku?
Maaf...Maafkan sikap kasar ku!
Selama ini, aku selalu bisa menahan semua hal tapi saat denganmu, aku tak bisa!
Entah mengapa? Kau selalu berhasil memainkan emosiku. Hanya dirimu yang mampu membuat ku seperti ini--hampir gila!
Kembali lah! Kumohon! Aku tidak bisa tanpa dirimu!
Aku mencintaimu Hwang Sinb! Apa kau tak mengerti juga?
Apa yang harus ku lakukan agar kau bisa mengerti?
Jangan seperti ini. Aku sangat sedih, sampai batas terdalam hatiku.
"Hyung...Berhentilah. Kau sudah kelelahan." Ini sudah kesekian kalinya Jihoon meneriaki ku dari pinggir lapangan.
Aku hanya menoleh dan mengabaikannya. Fokus kembali pada latihan yang telah menguras tenaga ku tanpa arti.
"Hyung...Ayolah!" Bahkan Jinyoung pun mendekat, berusaha merebut bola basket yang ku dribble.
"Ani, jangan coba menggangguku! Aku harus menerima hukuman ini karena sudah berkata kasar kepadanya!" Aku tau ia menghilang karena diriku. Aku melihatnya menatap sedih saat kepergian ku bersama Kyul Kyung.
"Hyung...Kau tak boleh menyalahkan dirimu seperti ini." Bahkan Jihoon kini memegangi tangan ku.
"Ottokae! Aku tidak bisa memikirkan apapun sekarang! Aku menemuinya dan aku tidak bisa menahannya untuk menjauhinya! Tidak bisa!"
Aku pun berbaring ditengah lapangan basket. Memejamkan matanya saat aku merasa ada cairan yang akan keluar dari kedua mataku.
"Niel..." Suara itu? Bukankah suara Sowon eonni? Aku membuka mata ku dan ia berjalan berdama Jaehwan hyung.
"Aku sudah menemukannya." Ucap Jaehwan hyun yang seketika membuat ku segera bangkit.
"Benarkah? Dimana hyung?" Jihoon terlihat sama antusiasnya seperti diriku.
"Eomma tiba-tiba punya ide untuk menghubungi Bibi Jessica dan ternyata Sinb bersamanya di sebuah desa di pulau Jeju. Bibi sedang melakukan beberapa project, karena Sinb beberapa saat lalu menunjukkan kefrustasiannya dan dokter mengusulkan untuk membawanya pergi ke tempat yang baru, jadi bibi memutuskan untuk membawanya kesana. Ini alamatnya." Jaehwan hyung menyodorkan handphone kepadaku dan aku pun dapat membaca dengan jelas alamat tersebut.
"Jihoon, bantu aku mengurus izin ke songsaenim." Mohon ku dan Jihoon mengangguk.
"Hoh, tenang saja hyung." Aku tau Jihoon selalu dapat di andalkan.
"Pergilah hyung, hwaiting!" Bahkan Jinyoung menyemangitiku.
"Aku akan menemanimu. Kau tak perlu khawatir, bibi akan menolakmu." Jaehwan hyung pun mau membantuku.
"Jaga dirimu baik-baik." Sowon noona menepuk bahuku seolah berusaha menyemangatiku.
"Gomawo noona..." Aku pun memeluknya.
Hwang Sinb...Tunggulah, kali ini aku tidak akan membiarkanmu menghilang walau hanya sejengkal dariku.
-Tbc-
Hi...Masih adakah yang ingat dengan cerita ini?
Keknya uda pada lupa ya 😂
Mungkin uda pada nggaj suka sama alurnya 😂
Apa perlu aku cepat END in aja ya 😂
Moga masih ada yang Vote x Komen
T H A N K S
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top