Chapter 18

🎶Playlist🎶

iKON - Just For You
(Lagu iKON bagus-bagus yang sekarang...Jan lupa streaming MVnya, bener2 Killing Me 😂 gimana entar Sinb dibuatin FF sama anak iKON? 😂)
.
.
.
.

Sinb dan Daniel berjalan menuju gerbang sekolah dengan bergandengan tangan seperti layaknya sepasang kekasih pada umumnya.

"Masuklah, aku akan menunggu di halte saja." Ujar Sinb yang melepaskan genggaman tangan Daniel dan mendorong tubuh kekar Daniel untuk segera masuk kembali.

Daniel menggeleng cepat dan menahan tangan Sinb. "Lebih baik kau naik taksi saja, agar tak terlalu menunggu lebih lama." Kata Daniel yang kini tangannya melambai, menyetop sebuah taksi.

"Masuklah." Bahkan namja ini membukakan pintu untuk Sinb yang jelas menjadi perhatian beberapa siswa yang berlalu lalang.

"Aku pergi." Kata Sinb dengan malu dan sedikit risih dengan pandangan mereka. Daniel yang cukup tau kenapa sikap Sinb seperti itu, tiba-tiba tersenyum dan menarik tangan Sinb secara tiba-tiba.

"Wae?" Tanya Sinb dengan suara gagapnya saat mereka saling berhadapan dengan jarak begitu dekat.

Daniel tersenyum sebelum akhirnya mendaratkan kecupan di keningnya membuat wajah Sinb bertambah merona.

"Yak! Ini tempat umum, apa kau..." Belum selesai Sinb mengatakannya, Daniel memberikan serangan kecupan dibibir Sinb.

Chu~

"Sekarang kau boleh pergi." Kata Daniel dengan senyum penuh kemenangan.

Dengan wajah merahnya, Sinb segera memasuki taksi. Sinb sangat malu dan merasa kesal kepada Daniel yang terus menggodanya, itu kenapa Sinb tak mengatakan apapun. Memilih untuk langsung masuk kedalam taksi. Daniel pun menunjukkan tawa kemenangannya kepada Sinb yang terlihat mengerucutkan bibirnya dan taksi pun mulai melaju.

"Sepertinya aku harus membujuknya dengan tiket konser GD. Meskipun sikap marahnya itu terbilang susah untuk berakhir, justru aku menyukainya. Sinb...Mianhae karena saat kau marah, kau terlihat lebih imut." Guman Daniel sambil melangkah masuk.

"Aigo...Padahal beberapa waktu lalu aku merasa tak menyukai sikap kasar, tapi bukannya yang tadi itu bukan sikap kasar? Rupanya ia sudah banyak berubah." Lagi-lagi Daniel berbicara dengan dirinya sendiri sambil terus mengembangkan senyumnya, membuat beberapa siswi yang berlalu lalang terkagum-kagum.

Kemungkinan taksi yang di tumpangi Sinb sudah mencapai jarak 1 km dari sekolah sampai sebuah mobil jenis sedan melintas dan memotong jalan.

Ciiittt

Suara mesin taksi yang mendadak berhenti karena mobil hitam berhenti dan menghalanginya.

"Sialan! Apa maunya?" Umpat supir. "Agassi di dalam saja, biar saya yang keluar." Lanjut supir dan Sinb pun mengangguk.

Sinb memperhatikan seluruh gerak-gerik sang supir sampai ketika ia melihat seseorang dari dalam mobil itu memukul supir hingga kepalanya berdarah.

"Ajussi!" Sinb pun keluar dari mobilnya dan berlarian menghampiri Ajussi supir yang tergeletak.

"Wae? Kenapa ia memukulmu?" Tanya Sinb yang kebingungan dan merasa takut.

"I-itu..." Belum selesai supir itu mengatakannya, ia langsung pingsan membuat Sinb semakin panik.

"Ottokae?" Gumamnya dan tiba-tiba ia merasa sakit kepalanya, seseorang berusaha menarik rambutnya.

"Akkk..." Jerit Sinb yang merasa kesakitan.

"Iroena!" Suara perintah seseorang yang tentu membuat Sinb tergidik ngeri. Ia cukup mengenali suara ini dan benar saja, ini adalah suaranya.

"Jung Yerin!" Ucap Sinb saat ia berhasil menoleh dan mendapati senyum sinis dari gadis ini.

"Wae? Ada apa dengan ekspresimu itu?" Yerin pun menekan jari telunjuk kanannya pada dahi Sinb, sementara tangan kirinya masih menjambak rambut Sinb.

"W-wae? A-pa ya-ng ka-u i-ngin-kan?" Tanya Sinb dengan ketakutan.

"Wow, kau cukup tanggap seperti biasanya." Sanjung Yerin sambil menunjukkan ekspresi sinisnya. "Ayo ikut aku!" Ucapnya yang kini menarik Sinb dengan menjambaknya.

"Akkk sakit!" Keluh Sinb tapi Yerin tak menghiraukannya.

Membuat Sinb duduk disampingnya. "Jangan coba untuk kabur atau aku akan berbuat lebih dari ini." Ancam Yerin dan Sinb tidak tau harus bagaimana lagi kecuali diam.

Sinb ketakutan!

Dan akan selalu seperti ini jika berhadapan dengan Yerin sendiri, apa lagi saat ini gadis disampingnya ini terlihat begitu marah. Perasaan Sinb benar-benar campur aduk dan tak tau harus melakukan apa?

"Yerin-ah...Kau mau membawaku kemana? Tolong jangan seperti ini, kurangi kecepatanmu! Ini tidak akan baik, mungkin saja kita bisa kecelakaaan." Kata Sinb dengan tangis yang tak bisa Sinb bendung lagi. Menurutnya sikap Yerin kali ini benar-benar tak terkontrol.

"Wkwk...Wae? Kau takut? Jangan takut, karena aku akan menemanimu dan kita selalu bersama sampai akhir." Kata Yerin dengan seringaiannya yang tentu membuat Sinb semakin takut.

"Tidak! Ku mohon hentikan ini Yerin!" Sinb tiba-tiba menjerit saat laju mobil yang mereka tumpangi semakin kencang. Yerin masib fokus menyetir dan berbicara tanpa menoleh.

"Diamlah! Kau itu benar-benar tak layak untuk hidup. Karena kau pun juga sudah menghancurkan hari-hari bahagiaku sampai Ong tak ingin melihatku lagi, maka ini keputusan yang terbaik." Wajah Yerin terlihat murung, seolah ia menyimpan begitu banyak luka dan mobil mulai membelok.

"Tidak! Kau harus berhenti. Disana sungai Han!" Sinb berusaha membelokkan setir tapi Yerin dengan cepat mendorong Sinb hingga tubuh dan kepalanya membentur kaca mobil dengan keras.

Duak

Sinb pingsan dengan pelipis sedikit mengeluarkan darah.

"Sedikit lagi...Tunggulah dan kita akan bersama selamanya. Ini hukuman untukmu karena kau terus membuat semua orang meninggalkanku, jadi kau lah yang harus tetap tinggal." Kata Yerin dengan tawa sinisnya, hingga terlihat beberapa meter jembatan dengan pembatas yang menjadi penghalang untuk mobil terjun bebas ke sungai Han.

"Bukankah ini menyenangkan?" Yerin menoleh kepada Sinb yang tak sadarkan diri. "Kita akan bersama-sama selamanya, sebagai saudari." Guman Yerin yang kini melepaskan tangan dari setirnya dan mulai memejamkan matanya.

BRUAK

DUAASS

BYYAAARRRR

Mobil mereka benar-benar jatuh kedalam sungai Han. Beberapa mobil yang berlalu lalang, segera berhenti dan seseorang yang cukup familiar turun dari motor sportnya.

"SINB!" Ong berlarian hendak menyeburkan dirinya kedalam sungai Han tapi beberapa pria paruh bayah menghalanginya.

Terakhir kali, Ong melihat Daniel mengantar Sinb sampai pintu gerbang. Ingin rasanya saat itu Ong pergi mendekat dan menawari Sinb tumpangan tapi ia mengurungkannya dan lebih memilih mengikutinya. Namun saat ditengah jalan tiba-tiba saja ada sedikit kendala pada motornya dan membuatnya berhenti sesaat untuk memeriksanya. Hingga akhirnya ia menemukan taksi Sinb dengan supir yang tergeletak ditepian jalan dan tak ada Sinb disana. Untung saja supir tersebut segera sadar dan memberitahu Ong jika seorang gadis berusaha untuk membawa Sinb dan tentunya Ong dapat menebak siapa gadis itu.

Dan dengan kecepatan diatas rata-rata, Ong berusaha mengejar mobil sedan itu dan menemukan mobil itu melaju dengan kencang, gendak membenturkan dirinya pada pembatas jalan dan Ong tak bisa menghalanginya.

"Apa yang kau lakukan!" Tegur salah satu pria.

"Teman ku ada didalam mobil itu ajussi." Kata Ong yang terlihat begitu sangat kacau dan bingung.

"Aku sudah menelepon polisi dan mereka akan segera datang." Kata Ajussi satunya dan Ong segera menggeleng.

"Tidak, itu akan sangat lama. Aku takut ia tidak bisa bertahan!" Pekik Ong yang kini segera melepaskan dirinya dari kedua pria paruh bayah itu.

Memaksakan dirinya untuk jatuh ke sungai Han dan menyelamatkan Sinb.

"Haksaeng!" Pekik pria paruh bayah itu bersamaan.

BYAAARRRR

Suara tubuh Ong saat membentur air dan jatuh semakin jatuh jauh kedalam.

---***---

Daniel duduk bersama Jihoon dan Jinyoung sampai handphonenya tiba-tiba saja bergetar.

Daniel pun melihatnya dan tertera nama Minhyun disana.

"Wae hyung?" Tanya Daniel sementara Jihoon sama Jinyoung memperhatikannya dalam diam.

"MWO?" Daniel tiba-tiba berdiri dan nafasnya mulai memburu.

"Ne...Aku akan segera kesana." Kata Daniel yang mulai terlihat panik.

"Wae? Ada apa hyung?" Jihoon juga ikut berdiri, mencoba menghalangi Daniel yang seolah ingin berlari.

"Sinb kecelakaan dan sekarang dirumah sakit. Ahh, kenapa tadi aku membiarkannya pulang sendiri." Daniel merasa kesal pada dirinya sendiri dan mulai menarik kuat rambutnya.

"Tenangkan dirimu hyung dan kita kerumah sakit bersama." Kata Jinyoung yang menepuk bahu Daniel beberapa kali, mencoba untuk menenangkan Daniel.

"Ayo!" Ajak Jihoon dan mereka pun pergi bersama.

Butuh 20 menit untuk sampai disana dan seperti merasa dejavu saat terakhir kali Minhyun masuk kemari dan kini Sinb.

Daniel berjalan mendekati Minhyun serta Tn. Hwang yang sedang berdiri mondar-mandir, menunjukkan ekspresi panik bercampuran dan Daniel tak melihat Jessica disana.

"Hyung!" Panggil Daniel pada Minhyun. Minhyun pun menoleh, wajahnya masih terlihat pucat dan sepertinya namja ini masih belum sembuh total.

"Niel..." Minhyun berjalan mendekati Daniel.

"Bagaimana keadaannya hyung?" Tanya Daniel dan Minhyun menggeleng.

"Aku tidak tau, mereka masih mengoperasinya. Ia mengalami benturan cukup keras dibagian kepalanya." Ucap Minhyun yang terlihat ingin menangis dan lemas.

"Sepertinya kalian perlu duduk." Saran Jihoon yang segera menarik tangan Daniel sementara Jinyoung pun menarik tangan Minhyun.

"Aku tidak melihat eommamu hyung?" Tanya Daniel yang merasa heran.

"Eomma pingsan saat tau Sinb kecelakaan dan juga tak menyangka kalau Yerin masih saja berulah. Sekarang eomma sedang istirahat di ruang inap, aku tak boleh menemaninya. Eomma menginginkan kami untuk terus berada didepan ruang operasi, menunggu kabar baik dari dokter." Terang Minhyun membuat Daniel mengangguk.

"Kalau saja waktu itu kalian tak mencegah ku untuk membawanya ke kantor polisi mungkin hal ini tidak akan terjadi." Ucap Daniel yang merasa menyesal sekaligus kecewa.

"Kami juga tak menyangka jika hal ini akan terulang, Yerin pun masih koma bahkan setelah dioperasi dan Ong, bisakah salah satu dari kalian datang untuk melihat kondisinya?" Kata Minhyun memandang Jihoon dan Jinyoung.

"Ong? Kenapa dengannya?" Daniel yang tak mengerti secara detail ceritanya pun merasa penasaran.

"Ia yang menyelamatkan Sinb, entah bagaimana caranya dan kini ia pingsan karena kehabisan nafas saat masuk kedalam sungai." Lanjut Minhyun membuat Daniel mendesah.

"Mianhae hyung...Kalau saja aku tak membiarkannya pulang sendiri hal ini tidak akan terjadi." Ungkap Daniel yang merasa bersalah.

"Baiklah, kami akan menjenguk Ong." Kata Jihoon yang segera menarik tangan Jinyoung, namja itu sangat tak tega melihat ekspresi Daniel yang tak pernah menunjukkan kekhawatiran yang begitu besar seperti saat ini.

Minhyun menepuk bahu Daniel dan menghela nafas cukup panjang. "Kita hanya perlu berdoa yang terbaik untuk Sinb, aku tidak tau kenapa dongsaeng ku itu selalu tertimpa kemalangan seperti ini." Mata Minhyun berkaca-kaca dan Daniel hanya diam dalam keheningan.

Daniel Pov

Jebal! Kau akan baik-baik saja kan, Sinb-ah? Iya, kau harus baik-baik saja karena aku tak bisa hidup tanpamu, tak akan pernah bisa!

Apa yang harus ku lakukan sekarang untuk membuatmu baik-baik saja? Maafkan aku, seharusnya tadi aku mengantarmu. Ayolah, kau harus kuat dan bertahan sampai akhir.

Aku masih disini menunggumu, sebanyak yang kau mau. Jadi kau harus bertahan untukku, untuk kita berdua.

"Sepertinya operasinya sudah selesai." Aku pun menoleh dan mendapati beberapa dokter keluar dari dalam pintu dan paman Hwang berbicara beberapa hal dengan para dokter itu.

Kami pun segera berdiri dan menghampiri paman Hwang.

"Appa wae?" Tanya Minhyun hyung.

"Operasinya berhasil tapi dokter mengatakan untuk menunggu perkembangan selanjutnya sampai saat ia sadar." Aku tidak bisa lega sebelum ia membuka matanya dan mengatakan sesuatu.

Percayalah, bahwa kami seperti kumpulan pria linglung ditengah-tengah lorong rumah sakit dengan banyak kecemasan yang tak mampu kami bendung karena seorang gadis yang begitu kami sayang.

Hwang Sinb, lihatlah bagaimana kacaunya kami saat ini? Tidak ada yang tidak menyayangimu dan kami semua sangat tergantung dengan keberadaanmu.

Jebal, kau harus segera sadar dan segera bersama kami, melewati semua hal bersama-sama lagi. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi meskipun sedetik.

Jadi ku mohon bangunlah, kami menunggumu!

Daniel pov end

---***---

Dua hari telah berlalu dan belum ada kabar baik yang datang. Sinb masih terbaring diruang IGD, Yerin pun masih koma dan Ong sudah sadar dan memantau keberadaan Sinb dari balik kaca bersama dengan Umji.

"Oppa, sebaiknya kita kembali kekamar. Ini sudah lebih dari 5 jam kita disini." Kata Umji membuat Ong menghela nafas.

"Seharusnya aku lebih cepat menyelamatkannya." Guman Ong yang merasa bersalah karena tak segera menyelamatkan Sinb karena dihalangi oleh para Ajussi saat itu.

"Ani, kau sudah berusaha Ong. Terima kasih untuk segala kebaikanmu." Kata Tn. Hwang yang datang bersama Minhyun.

"Ayo aku antar kekamarmu, kau sudah terlalu lama disini." Kata Minhyun yang mendorong kursi roda Ong bersama dengan Umji.

Selang beberapa menit Jessica datang bersama dengan Daniel, masih memakai baju pasien. Memeluk Tn. Hwang dan mulai menangis.

"Kenapa ia belum sadar?" Lirih Jessica dan Tn. Hwang menggeleng dengan ekspresi pasrahnya.

"Kenapa kau disini? Seharusnya kau istirahat." Nasehat Tn. Hwang dan Jessica menggeleng.

"Bagaimana aku bisa tidur saat aku melihat putriku seperti ini?" Benar, tidak ada orang tua yang akan tidur tenang saat melihat anaknya berbaring tak berdaya antara hidup dan mati seperti ini.

"Maaf paman, sepertinya paman juga butuh istirahat. Aku yang akan menjaga Sinb." Sanggup Daniel dan Tn. Hwang memandangi Jessica sekilas dan nampak sekali kalau wajahnya terlihat pucat.

"Baiklah, kabari aku jika terjadi sesuatu." Kata Tn. Hwang yang segera merangkul Jessica dan membawanya pergi menjauh dan yang tersisa hanya Daniel yang hanya bisa memantau Sinb dari balik kaca.

Ingin rasanya ia masuk tapi tidak bisa karena keadaan Sinb yang masih dibilang krisis.

Daniel masih memperhatikannya bahkan saat dua perawat bersama satu dokter masuk kedalam.

Mereka terlihat memeriksa Sinb dan hal itu pun tak terlepas dari pengamatan Daniel, saat tiba-tiba kedua perawat bahkan dokter itu menunjukkan sikap aneh mereka.

Daniel penasaran, kenapa tiba-tiba mereka nampak mengajak bicara Sinb dan Daniel pun melihatnya, melihat mata Sinb terbuka meskipun tak selebar seperti biasanya.

"Dia sudah sadar?" Gumam Daniel yang merasa senang dan tak percaya sekaligus.

Seorang perawat tiba-tiba keluar.

"Apakah anda keluarganya?" Tanya perawat yang sudah berada dihadapan Daniel.

"Saya kekasihnya." Jawab Daniel.

"Bisakah anda menghubungi orang tuanya?" Pinta perawat tersebut dan Daniel pun mengangguk.

Ia pun segera menyambar handphone dari saku celananya dan menyentuh beberapa nomer pada layar handphonenya.

Mencoba menghubungi Paman Hwang dan Minhyun. Benar saja, setelah beberapa menit mereka sudah datang.

"Dimana dia?" Tanya Tn. Hwang yang menuntun Jessica dan Daniel menunjuk kedalam.

Mereka pun masuk kedalam bersama-sama, memandang wajah Sinb yang pucat dengan mata satunya.

"Eomma..." Panggil Sinb dengan suara bergetarnya, sepertinya ia menangis dan Jessica langsung memeluknya.

"Gwanchana? Kau baik-biak saja kan?" Tanya Jessica dan Sinb mengangguk.

"Appa datang?" Sinb menoleh pada sosok Appanya dan Tn. Hwang mengangguk.

"Apa Appa juga mengajak Minhyun oppa untuk menjengukku?" Tanya Sinb dan Tn. Hwang mengangguk.

"Aku disini!" Celetuk seseorang yang tiba-tiba menerobos masuk dan memegangi tangan pucat Sinb.

"Aku merindukanmu oppa..." Guman Sinb dan ia pun mulai menangis sampai pandangannya terjatuh pada sosok Daniel.

"Oppa dia siapa? Temanmu kah?" Minhyun segera menoleh kearah Daniel dan memandang Sinb dengan cepat.

"Kau benar-benar tidak tau siapa dia?" Tanya Minhyun mencoba memastikan dan Sinb pun menggeleng, membuat semua orang nampak terkejut.

Daniel pun segera mendekat dan memegang tangan Sinb.

"Kau hanya bercanda kan? Aku Daniel, kekasihmu!" Terang Daniel dan Sinb terlihat bingung dengan pengakuan Daniel.

"A-aku tak punya kekasih, eomma...Bukankah kita tinggal di jepang?" Tanya Sinb kepada eommanya, ia berusaha memastikan sesuatu.

"Bukan mbi, kita di korea sekarang. Apa kau tak mengingat sesuatu?" Jessica mulai menduga, apa yang terjadi kepasa putrinya ini.

"Mwo? Benarkah? Bagaimana aku bisa berada disini? Padahal aku berencana untuk kabur kemari, tapi kenapa sudah ada disini? Apa eomma masih berfikir akulah yang mendorong Yerin dari lantai dua?" Kata Sinb yang jelas membingungkan semua orang.

"Sayang, apa kau benar-benar berfikir bahwa sekarang adalah tahun dimana kau dituduh telah mendorong Yerin?" Jessuca mencoba lagi untuk memastikan dugaannya.

"Ne...Aku benar-benar tidak melakukannya eomma. Eomma percaya pada ku kan?" Tanya Sinb yang membuat semua orang berpandangan, menyisahkan banyak pertanyaan dibendlak mereka.

-Tbc-

Hi...Aku balik nih, ada yang menunggu ff ini nggak?

Ada pasti kan ya 😂

Go follow!

Vote!

Komen!

T H A N K S
🙏🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top