Chapter 16
🎶Playlist🎶
Wanna One - Light
.
.
.
Setelah kondisi kesehatan Minhyu telah diketahui. Tn. Hwang menyuruh Daniel untuk membawa Sinb pulang dan menemaninya sekaligus.
Awalnya, Sinb menolak tapi dengan sabar Daniel membujuknya. Ketika Sinb mulai merasa tenang, barulah Daniel mengantarkannya pulang.
Sepanjang perjalanan, gadis itu terus memeluk Daniel. Sepertinya Sinb masih merasa trauma dengan segala hal yang menimpanya.
Bahkan ketika sampai dirumahnya, Daniel harus menggendongnya agar Sinb mau turun dari mobil.
"Lihatlah, tidak ada siapapun disini. Kau tak perlu takut, kan ada aku." Entah sudah berapa kali Daniel mengatakan itu? Sinb masih saja diam, merasa terguncang dengan semua yang terjadi.
Daniel pun membawa Sinb ke kamarnya dan berlahan menurunkan gadis itu.
"Jangan tinggalkan aku." Kata Sinb dan Daniel tersenyum sebelum mengecup dahinya.
"Tidak, aku tidak akan kemana-mana. Tidurlah..." Pinta Daniel dan Sinb mengangguk.
"Tapi...Kau tidur disini." Tangan Sinb menepuk-nepuk kasur disebelahnya agar Daniel mau berbaring disebelahnya.
"Kau yakin?" Tanya Daniel dengan ekspresi sedikit kaget dan Sinb mengirutkan keningnya.
"Wae? Memangnya kenapa?" Tanya Sinb tak mengerti.
"Sedikit berbahaya karena kemungkinan aku bisa menyerangmu." Kata Daniel sambil tertawa membuat rona merah tercetak di kedua pipi Sinb.
Gadis itu membatu dan jelas-jelas begitu malu. Daniel yang melihatnya begitu gemas. Ia berjalan mendekat dan ke dua tangannya mencubit pipi Sinb.
"Aigo...Kau manis sekali saat malu." Guman Daniel yang kini memeluk Sinb.
"Kau sengaja kan? Berhentilah membuatku malu." Keluh Sinb dan Daniel hanya mampu tertawa geli.
Pada akhirnya mereka tidur dengan saling berpelukan.
---***---
Minhyun terbangun saat merasa cahaya mentari mencoba memasuki ruang inapnya. Berlahan membuka mata dan memandang satu persatu orang tuanya.
Minhyun sedikit menyunggingkan senyumnya saat melihat Appa dan Eommanya saling berdekatan seperti itu sampai Jessica terbangun ketika mendengar suara Minhyun mencoba duduk.
"Kau ingin apa?" Wanita dengan dua anak ini, tergopo-gopo mencoba berjalan mendekati Minhyun.
"Aku ingin minum..." Akui Minhyun lemah.
"Tunggu disitu dan jangan banyak bergerak. Luka mu masih belum sembuh." Pinta Jessica dan Minhyun hanya mampu menurutinya.
Ini sungguh sangat aneh, dulu saat kecil...Jessica tidak pernah memperhatikannya seperti ini karena baginya Sinb terlihat seperti anaknya satu-satunya, tapi hari ini sungguh berbeda. Wanita ini begitu perhatian dan tentu membuat Minhyun sangat senang.
"Kau ingin makan sesuatu?" Tawar Jessica dan Minhyun mengangguk.
"Tunggu sebentar, eomma akan menelepon suster." Lanjut Jessica dan Minhyun pun mengangguk.
Aku senang, eomma menjadi perhatian seperti ini kepadaku dan aku berharap mereka dapat kembali dan kita menjadi keluarga yang utuh. Batin Minhyun.
"Sinb dimana?" Minhyun hampir saja lupa dengan dongsaeng kesayangannya ini.
"Eomma menyuruhnya pulang setelah dokter memastikan bahwa ia tak apa-apa." Terang Jessica.
"Sendiri? Dia dirumah sendiri?" Minhyun mulai menunjukkan kekhawatirannya.
"Tidak, ada Daniel yang menjaganya." Jawab Jessica membuat Minhyun menghela nafas lega.
"Yerin bagaimana eomma?" Minhyun tiba-tiba saja mengingat gadis gila itu.
Jessica menghela nafas panjang dan wajahnya terlihat begitu sedih. "Daniel sudah mengurusnya dan eomma juga sudah memberitahu Appanya. Eomma tidak ingin semua menjadi kacau karena itu eomma dan Appa memutuskan untuk menyerahkan semuanya pada Appanya Yerin. Biar bagaimana pun, ia adalah putri eomma dan karena hubungan itu...Eomma tidak akan terlalu membuatnya rumit." Minhyun mengangguk, entah apa yang terjadi sebenarnya pada gadis itu. Separah dan sejahat apapun seorang Yerin, tetap saja mereka tidak harus membalasnya.
---***---
Sinb terbangun saat tak menemukan sosok Daniel disampingnya. Ia segera bangkit dan berjalan menuju dapur karena hidungnya mencium sesuatu dari sana.
"Astaga! Apa kau ingin membakar dapur kesayangan Minhyun oppa?" Tanya Sinb yang membuat Daniel hampir saja melempar alat penggorengan dari tangannya.
"Kau mengagetkan saja. Aku hanya ingin membuat telor mata sapi." Akuinya membuat Sinb tertawa.
Sinb pun berjalan mendekat. "Mana telor mata sapinya?" Tanya Sinb dan Daniel menunjukkan telor goreng tak berbentuk yang membuat Sinb lagi-lagi tertawa.
"Aku tidak melihat apapun kecuali telor orak-arik." Komen Sinb membuat Daniel menggaruk kepalanya yang tak gatal, merasa malu tentunya.
"Aku merasa kau terlalu memaksakan diri, wae?" Tanya Sinb, matanya menyelidik membuat Daniel jadi salah tingkah.
"Aku hanya ingin membuatkan sarapan untukmu." Akui Daniel yang membuat Sinb tersenyum senang.
"Gomawo...Tapi kau tak perlu melakukan ini. Duduklah disini." Sinb menarik tangan Daniel dan menyuruhnya duduk tak jauh darinya.
"Biarkan aku yang membuatkan sarapannya. Kau duduk dan perhatikan saja aku." Pinta Sinb dan Daniel mengangguk setuju.
15 menit, yang Sinb butuhkan untuk membuat beberapa menu lauk sarapan yang cepat untuk mereka berdua hari ini.
Daniel semenjak tadi tak bosan terus memperhatikan setiap gerak-gerik Sinb, bahkan namja itu secara diam-diam mengamadikan setiap gerak-gerik Sinb melalui handphonenya. Baginya, dalam keadaan apapun Sinb tetap cute dimatanya.
"Berhenti memotoku! Apa kau tidak tau, bagaimana buruknya penampilan ku saat ini?" Protes Sinb membuat Daniel geli.
"Yang perlu kau tau, bagaimana pun dirimu. Aku akan tetap menyukaimu." Kata Daniel santai dan ia belum berhenti memfoto Sinb membuat gadis itu mendengus.
"Kau ini bagaimana? Apa kau tidak pernah merasa bahwa kau adalah pria yang sempurna? Banyak gadis yang menyukaimu. Setidaknya aku harus bersyukur mendapatkanmu dengan cara menjaga penampilan ku tentunya." Terang Sinb membuat Daniel tertawa.
"Kau tau...Hidupmu tidak akan pernah tenang jika kau selalu mendengarkan kata orang lain. Sinb-ah...Ku mohon berhentilah memikirkan apa kata orang lain. Aku baik-baik saja dengan keadaan mu yang sekarang." Ungkap Daniel yang membuat Sinb mendesah.
"Terkadang, aku juga ingin terlihat layak untukmu." Akui Sinb tak menatap Daniel, membuat Daniel berdiri dan memeluknya dari belakang.
"Ada banyak yang menyukaiku tapi tak ada yang mampu membuat ku menyukainya kecuali dirimu. Meskipun saat berteriak dihadapan seperti aungan singa, bahkan jika kau suka menjahili beberapa orang. Hal itu tidak akan mengubah perasaan ku kepadamu."
"Yak! Apa itu sebuah pujian? Kenapa kau mengatakan semua hal yang negatif tentang diriku?" Protes Sinb sambil membalikkan badannya dan mendapati Daniel tertawa sampai-sampai matanya tak terlihat.
"Itu kenyataan yang harus ku terima jika aku harus bersamamu." Goda Daniel sembari melangkah mundur.
"KANG DANIEL!" Teriak Sinb kesal dan namja itu terbahak.
"Kau...Kau juga namja yang menyebalkan!" Balas Sinb.
"Aku menyebalkan? Dari sisi mana? Lihatlah, betapa menyenangkannya diriku ini...Tampan, atletis, tinggi, pintar dan sangat romantis." Daniel terus menggoda Sinb dengan menyombongkan dirinya.
"Aigo...Kau sombong sekali! Sepertinya aku harus menambahkan beberapa hal. Kang Daniel juga sangat over protektif, tempramental, pencemburu dan sangat tidak pedulian!" Cibir Sinb membuat Daniel tertawa.
"Itu bohong! Buktinya aku sangat peduli kepadamu, aku juga membiarkanmu tetap berteman dengan Ong meskipun aku tidak menyukainya dan aku juga tidak pernah marah kepadamu kecuali saat kau tak ingin jujur kepada ku." Elak Daniel membuat Sinb berdecak.
"Kau selalu punya banyak alasan. Ingat! Aku belum bisa melupakan pengabaianmu saat dihutan kemarin. Kau mengabaikan ku dan bersenang-senang dengan yeoja hutan itu kan?" Tuduh Sinb yang tak mau kalah membuat Daniel kini berjalan mendekatinya.
Greb
Menarik tubuh mungil itu mendekat. Seketika tatapan mereka saling bertemu.
"Ku pikir, kau perlu sedikit pelajaran untuk membuatmu agar berhenti mengatakan hal yang tak penting." Wajah mereka begitu dekat, bahkan Sinb dapat merasakan nafas hangat Daniel menerpa wajahnya.
Semakin mendekat dan Sinb mulai memejamkan matanya saat bibir kenyal itu mulai menempel pada bibirnya, melumatnya pelan dan tenang.
Tangan Daniel pun bergerak mendorong tengkuk Sinb untuk memperdalam ciuman yang membuatnya semakin candu.
Cukup lama mereka melakukan ciuman sampai mereka merasa pasokan udara dalam rongga dadanya menipis. Kini Daniel beralih menciumi leher Sinb.
"Niel..." Sinb berusaha untuk mencegah Daniel untuk tak berbuat lebih dari ini. Karena kiss smark sudah banyak tercetak di lehernya.
Daniel pun berusaha mengontrol dirinya. Ia melepaskan Sinb begitu saja, saling berpandangan tanpa mengatakan apapun. Hanya semu merah dikedua pipi mereka yang menjadi saksi, betapa malu dan panasnya ciuman mereka kali ini.
"Sinb...Daniel..."
Duk
"Auuu." Pekik keduanya saat dahi mereka saling berbenturan. Kedua begitu panik saat mereka mendengar panggilan seseorang yang tak lain adalah Tn. Hwang.
"Kalian disini rupanya? Apa kalian sedang menyiapkan sarapan?" Tanya Tn. Hwang yang membuat keduanya salah tingkah.
"Ne...Paman." Jawab Daniel kikuk.
"Aku akan ke kamar untuk mandi." Sinb mencoba menghindar membuat Tn. Hwang merasa aneh dengan sikap keduanya.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Tn. Hwang kepada Daniel membuatnya nampak terkejut.
"A-ani...Ku pikir ini sudah siang dan kami takut terlambat paman." Daniel beralasan.
"Oh...Kalau begitu, lebih baik kau mandi dikamar Minhyun dan kau juga boleh memakai seragamnya. Ini akan menghemat waktu kalian agar tak terlambat." Saran Tn. Hwang.
"Baiklah paman."
Daniel pun segera menuju kamar Minhyun dan menyisahkan Tn. Hwang yang masih kebingungan melihat tingkah aneh keduanya.
"Semoga mereka baik-baik saja." Lirih Tn. Hwang yang tak ingin terjadi apapun kepada putrinya itu. Sudah cukup baginya penderitaan Sinb selama ini dan ia tidak ingin masalah lain menerpa putrinya lagi. Ia tidak sanggup melihat putrinya tersiksa seperti itu.
---***---
Didalam sebuah kamar dengan beberapa barang berserakan, cukup gelap hanya beberapa sinar mentari dari luar sebagai penerang.
"Appa! Keluarkan aku dari sini!" Teriak pilu seseorang dari dalam kamar gelap itu.
Brak
Prang
Pyar
"Aku akan menghancurkan tempat ini kalau kau sampai tak mengerluakanku!" Lagi-lagi gadis itu berteriak.
Seseorang pria paruh bayah dari balik pintu hanya mampu menangis.
"Mianhae Yerin-ah, kali ini Appa tak bisa menurutinya. Ini semua demi kebaikanmu." Kata pria paruh bayah itu yang tak lain adalah Tn. Jung.
"Kebaikan? Kebaikan yang bagaimana? Justru yang tak baik itu adalah Sinb, dia yang telah membuat ku jatuh dari lantai atas dan dia juga yang membuat ku menderita selama ini. Hikz...hikz...Seharusnya Appa membuat dirinya terkurung! Bukan aku! Percayalah pada ku Appa...Yeoja itu sangat licik, ia bisa mencelakai siapapun!" Kukuh Yerin sambil menggedor-gedor pintu.
Brok...Brok...Brok...
"Appa buka pintunya!" Yerin masih saja merengek.
"Mianhae...Appa tidak bisa." Lirih Tn. Jung yang terdengar langkah kakinya yang mulai menjauh dari kamar Yerin.
"SIALAN! SI BRENGSEK LICIK ITU! TUNGGU SAJA...AKU AKAN MEMBUATMU MENDERITA KARENA MELAKUKAN INI KEPADAKU!"
PYAR
PRANG
Lagi-lagi Yerin membanting beberapa barang membuatnya pecah. Ia memandangi pecahan kaca itu sambil tersenyum miring.
"Kalian tau? Sebuah pengorbanan itu...Akan mendapatkan hasil yang paling memuaskan." Ia pun meraih beberapa pecahan kaca tersebut.
"Aku akan menggunakan cara ini untuk kedua kalinya agar dapat keluar dari sini. Karena semua orang berpihak kepadamu tidak ada cara lain kecuali membuatmu sama merasakan apa yang kurasakan bukan?" Gumannya sambil menatap tajam foto keluarga mereka yang berserakan dilantai.
"Bukankah seorang saudara harus saling berbagi." Yerin pun menyeringai senang dengan rencana yang ada dalam fikirannya saat ini.
---***---
Ong duduk ditepian lapangan sepak bola lengkap dengan kostum sepak bola. Keringat bercucuran dari kedua pelipisnya dan nafasnya nampak tersengal-sengal.
"Oppa...ini minuman dingin untuk mu!" Seru seorang siswi dari beberapa yang berkerumun, mencoba memberanikan diri mendekati Ong.
Ong yang baik hati pun menerimanya, lengkap dengan senyuman memikatnya. "Gomawo..." Seketika Siswi itu excited berlebihan.
"Jika kau perlu sesuatu...Panggil saja aku oppa. Aku ada disana untuk selalu mendukungmu berlatih. Fighting!!!" Katanya yang kini berlari, bergabung lagi dengan teman-temannya yang merupakan kumpulan fans klub sepak bola.
"Jangan terlalu keras berlatih hyung." Woojin duduk disamping Ong, memandang prihatin sosok sunbaenya ini.
"Memang apa yang bisa ku lakukan? Selain menyibukkan diriku seperti ini. Kalau saja, Tuhan memberiku kesempatan kedua...Aku tak akan pernah melepaskan Sinb dari tangan ku. Tidak akan pernah!" Rasa cinta Ong kepada Sinb, amatlah dalam membuat Ong begitu sedih karena ia dapat melihatnya tapi tak dapat mendekatinya. Ini begitu menyakiti hati Ong, membuatnya mengalami rasa frustasi yang teramat.
Merelakan...Itu hanya sebuah omong kosong! Sinb-ah...Bagaimana ini? Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, mengkhawatirkanmu dan merindukanmu sepanjang waktu...Aku hampir gila rasanya.
Mata Ong berkaca-kaca. Ia berusaha menahan semua rasa yang ingin meledak dalam dirinya.
"Aku yakin, kau akan dapat melaluinya hyung." Woojin berusaha untuk menyemangati Ong dan Ong hanya mampu menanggapinya dengan mengangguk.
Sementara mobil Daniel sudah memasuki halaman sekolah. Ia pun keluar untuk membukakan pintu untuk Sinb. Bahkan Daniel berusaha merapikan rambut Sinb yang sedikit berantakan saat tertepa angin.
"Apa kau ingin ku antar ke kelasmu?" Tawar Daniel penuh perhatian yang jelasnya sikapnya ini membuat beberapa siswi yang melihatnya menjadi histeris karena tak tahan dengan hanya melihat perlakuan manis Daniel.
Sinb yang mengetahuinya menjadi tak nyaman. "Ani, bukannya kau ada latihan pagi ini?" Tanya Sinb dan Daniel mengangguk.
"Pergilah...Aku akan ke kelas sendiri." Katanya.
"Kau yakin?" Tanya Daniel takut Sinb memaksakan dirinya. Padahal kemarin kekasihnya ini masih ketakutan.
"Ne...Aku akan baik-baik saja. Ka...Pergilah, aku sudah mengirimkan pesan kepada Umji untuk menjemputku." Kata Sinb berusaha meyakinkan Daniel.
"Ummm...Baiklah, kalau begitu aku akan pergi. Jika kau memerlukan apapun, hubungi aku!" Daniel pun membalikkan badannya dan berjalan beberapa langka, kemudian berhenti.
"Wae?" Tanya Sinb yang melihat Daniel menoleh kearahnya.
"Nanti tunggu aku...Kita kerumah sakit bersama-sama." Pesannya.
"Ne..." Jawab Sinb sambil memberikan kode tangannya agar Daniel segera pergi. Namja itu pun berbalik dan melangkah lagi tapi tiba-tiba saja berhenti mendadak. Membuat Sinb yang berjalan dibelakangnya juga terkejut.
"Sekarang apa lagi?" Keluh Sinb yang melihat Daniel berbalik dan berjalan mendekatinya sambil tersenyum.
"Aku melupakan sesuatu." Gumannya sambil menarik Sinb mendekat.
"Yak! Apa yang kau lakukan?" Protes Sinb kesal karena tangan Daniel berhasil mengurung pinggangnya.
"Ciuman penyemangat." Bisiknya sebelum akhirnya berhasil mendaratkan bibirnya di bibir mungil Sinb.
Chu~
Ciuman singkat dan Daniel pun melepaskan Sinb begitu saja. Berlari sebelum ia mendengarkan aungan seekor singa betina yang mengamuk.
"Yak! Kang Daniel!" Pekik Sinb saat Daniel sudah berlari cukup jauh. Daniel berlari dengan terus tertawa senang.
-Tbc-
Hi...Aku uda update ini 😉
Maaf ya yang nunggu dari kemarin sama dm ke IG 🙏🙏🙏
Jujur kemarin mood nulis ku masih kacau 😂
Aku harap ini ngefeel...Masa penyembuhan jadi dirumah terus meski hari raya bikin frustasi 😳😳😳
Sampai males ngapa-ngapain 😂
Kalau uda masuk kerja mungkin lebih aktif
Oh ya jan lupa buat
Vote + Komen ya 😉
Dukung juga beberapa FF aku yang baru 👌👌👌
Masih tentang Vampire
Cast
Lisa BP
Jimin BTS
Irene RV
Taemin Shinee
Krystal Fx
Kai Exo
Aku lagi tertarik sama persahabatan mereka😂
Group yang katanya diberi nama "Friend Pendding" 😂
T H A N K S
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top