Chapter 15
🎶Playlist🎶
Khan - Battle Scars
.
.
.
You hope the wound but it never does
That's cause you're at war with love
You shouldn't have but you said it
It shouldn't have happened but you let it
Now you're down on the ground screaming medic
The only thing that comes is the post traumatic stresses
Shields, body armours and vests
Don't properly work that's why you're in a locker full of hurt
The enemy within and all the fires from your friends
The best medicine's to probably just let it win
And I'm at the point of breakin
And it's impossible to shake it
.
.
.
Disebuah restaurant elit, dua orang dewasa saling bertatapan dengan wajah serius. Mereka seperti sedang membicarakan sesuatu yang cukup penting dan itu terlihat dari gekstur tubuh keduanya yang nampak tegang.
"Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Kau tidak memiliki rencana lain kan?" Tanya pria itu membuat sang wanita menghela nafas dan kirut didahinya semakin nampak.
"Aku tidak tau dan aku merasa malu padamu dan juga anak-anak." Lirihnya membuat pria dihadapannya ini nampak terkejut.
"Tidak ada hal buruk yang terjadi kan?" Tanyanya lembut dan penuh simpati.
"Yerin...Anak itu memang sakit. Aku tidak mengerti kenapa mereka harus menutupi semua dariku." Katanya yang terlihat kecewa.
"Sica, kau sudah memastikannya?" Tanya pria yang tak lain adalah Tn. Hwang dengan Jessica dihadapannya. Wanita itu mengangguk sembari terus menghela nafas.
"Aku tidak tau, apa yang harus ku lakukan sekarang kecuali melindungi Sinb. Aku sangat merasa bersalah kepadanya, dia putri kita satu-satunya tapi aku tidak bisa melindunginya selama ini." Jessica mulai menangis dan Tn. Hwang memegangi tangan mantan istrinya.
"Bagaimana kau bisa tau?" Tanya Tn. Hwang yang sangat penasaran dengan perubahan sikap Jessica yang dengan cepat ini. Tn. Hwang cukup mengenal mantan istrinya ini, ia cukup keras kepala dan sikap itu menurun pada kedua anaknya. Belum lagi rasa ketidak percayaan jika ia tak melihat langsung di depan matanya.
"Aku menemukan ini." Ia menyodorkan sebuah handphone dan Tn. Hwang memandangnya bingung.
"Itu adalah rekaman saat kejadian di jepang. Saat Yerin yang mengatakan bahwa Sinb yang mendorongnya. Itu sama sekali tak benar!" Katanya yang seolah berusaha menjawab ekspresi tanda tanya Tn. Hwang.
"Simpan itu dan jangan membertitahu siapapun! Sebelum aku berhasil mengambil kesepakatan dengan Appa Yerin." Kata Jessica.
"Apa kau akan menanganinya sendiri?" Tanya Tn. Hwang dan Jessica mengangguk.
"Tapi..."
Drett~ Drett~
Handphone Tn. Hwang bergetar dan Tn. Hwang segera mengangkatnya saat melihat itu dari Minhyun.
"Wae? Aku bersama eommamu sekarang. Apa terjadi sesuatu?" Tanya Tn. Hwang sementara Jessica diam, nampak serius memegangi handphonenya.
"Mwo? Baiklah...Aku akan segera pulang." Kata Tn. Hwang yang segera menutup telponnya.
"Kau harus menghubungi polisi. Aku sudah tak bisa membiarkan Yerin. Ia menyerbu rumahmu, aku tidak tau pengawal ku akan bertahan sampai kapan?" Kata Jessica yang terlihat cemas.
"Apa kau yakin itu ulahnya?" Tanya Tn. Hwang yang tak percaya bahwa anak seumur Yerin bisa melakukan hal segila itu.
"Aku ingin sekali tidak mempercayai ini karena selama ini dia sangat manis dihadapanku tapi setelah melihat video itu aku tidak bisa." Kata Jessica.
"Baiklah, ayo!" Mereka pun pergi bersama.
---***---
Sekolah nampak begitu kacau ketika mendengarkan pengakuan Yerin yang berhasil Daniel rekam langsung. Termasuk juga Umji dan Woojin beserta tim sepak bola lainnya.
"Apa yang harus kita lakukan?" Umji mondar-mandir dihadapan Woojin.
"Ku rasa kau harus menghubungi Ong hyung. Dia harus tau semua ini." Saran Woojin.
"Ah, benar! Oppa harus tau." Segera Umji mentambar handphonenya dan tersambung dengan Ong.
"Oppa kau harus tau ini." Kata Umji dengan menggebu.
"Yerin itu gila! Kau harus menghindarinya dan sekarang gadis gila itu berusaha untuk mencelakai Sinb dengan mengirim orang kerumahnya." Terang Umji.
"Ne...Ne..." Kata Umji yang segera menutup telponnya.
"Bagaimana? Apa kata Ong?" Tanya Sungwoo yang semenjak tadi duduk bersama Sanggyu.
"Oppa akan kesana." Jawab Umji.
"Lalu? Kita tidak akan melakukan apapun?" Tanya Sungwoo.
"Aku tau Sinb bukan lagi bagian dari team tapi Minhyun adalah tetap bagian tim kita. Aku dengar anak tim basket datang kesana. Jangan biarkan mereka menjadi pahlawan kesiangan tunggal! Kita harus ikut andil agar kapten bangga pada kita!" Kata Sanggyu yang lebih sering memikirkan hal konyol, mungkin kali ini apa yang di usulkan olehnya itu ada benarnya.
"Baiklah, kajja!" Ajak Sungwoon yang selama ini selalu berfikir rasional bahkan menyetujui ide dengan alasan yang konyol dari Sanggyu.
Akhirnya keempat anak itu memutuskan untuk pergi kerumah Sinb.
---***---
Jarak rumah Ong dan Minhyun tak terlalu jauh sehingga ia dengan mudah sampai disana.
Meskipun luka-luka karena perkelahian kemarin belum sepenuhnya sembuh, tetap saja Ong tak bisa membiarkan Sinb dalam bahaya. Ia tidak peduli meskipun disana ada Daniel atau pun siapapun!
Ong hanya ingin memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.
"Mwo? Siapa mereka sebenarnya?" Ong bersembunyi saat melihat jumlah mereka terlalu banyak, saling menunju dengan kekuatan tanpa batas antara dua kubu. Kubu pemakai jas dengan kubu yang terlihat seperti preman. Akan sulit jika ia memaksa masuk dengan kondisi seperti ini dan sendirian.
"Yak! Apa yang kau lakukan? Kau tidak akan masuk?" Kata seseorang yang tentu saja mengagetkan Ong, ia segera menoleh dan melihat siapa belakangnya.
"Dongho-ya! Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ong dan namja dengan pakaian seragam sekolah tak nampak rapi sedikit pun itu menyeringai.
"Minhyun berjanji memasakkan makanan enak kalau aku membantunya menyingkirkan para sampah itu!" Tunjuk Dongho pada para pria yang sedang berkelahi itu. Ong seketika mengamati Dongho yang nampak santai bahkan beberapa teman-temannya.
"Apa kau yakin?" Tanya Ong.
"Kau seperti tidak mengenalku saja." Balas Dongho masih dengan sikap santainya.
"Baiklah, beri aku jalan untuk masuk. Aku tidak bisa ikut berkelahi, kondisi ku tidak begitu baik." Pinta Ong.
"Tentu saja, itu sangat mudah. Kajja!" Ajaknya yang kini merangkul Ong dan berjalan bersama kedalam bersama-sama teman-temannya. Seolah mereka akan menghadiri konser sebuh idol.
Mereka pun masuk kedalam.
"Beri jalan untuk Ong!" Pinta Dongho yang kini sudah bercampur dengan kedua kubu itu.
"Kawan...Kita hancurkan para pria tua ini!" Teriak Dongho mengitrusikan teman-temannya.
Sementara Ong sudah masuk kedalam. Disambut oleh Minhyun.
"Kau datang?" Tanya Minhyun dan Ong mengangguk. "Tolong jaga Sinb, aku akan bergabung dengan Dongho." Pinta Minhyun.
"Pergilah, aku akan menjaganya!" Kata Ong dan Minhyun segera bergabung dengan Dongho dan yang lainnya.
Ong segera berjalan menuju kamar Sinb dan lega saat melihat gadis itu terlelap sembari mendengarkan musik. Nampak terlihat earphone dikedua telinganya.
"Sepertinya Minhyun yang melakukannya." Gumannya yang kini berjalan mendekati Sinb dan duduk disampingnya. Membelai rambut hitam lembut itu penuh kasih.
"Mianhae...Aku terlambat datang dan apapun yang terjadi, aku akan menjagamu." Kata Ong pelan.
Di luar Minhyun dan Dongho beserta yang lain, berusaha untuk menghajar para preman yang tak pernah kehabisan tenaga itu.
"Dongho bantu aku!" Teriak Minhyun.
Dongho segera berlari dan menerjang tubuh kokoh seorang preman.
BUAK
DUAK
Pukulan dan tendangan telah mereka berikan tapi preman-preman itu tak kunjung roboh. Bahkan para pengawal Eomma Minhyun sudah terlihat kelelahan dan ada yang beberapa ada tumbang.
"Bagaimana ini? Mereka sangat kuat!" Keluh Minhyun.
"Jangan cengeng! Hadapi saja mereka!" Teriak Dongho yang selalu optimis dalam hal berkelahi sementara pada masalah sekolah tidak.
"Hati-hati mereka mulai menggunakan pisau." Salah satu pengawal eomma Minhyun berteriak.
"Pria tua brengsek! Kenapa kalian tidak melakukan pertobatan saja! Sebelum kalian pergi keneraka!" Umpat Dongho yang beberapa kali memukuli preman yang tak tumbang itu.
BAK
BUK
BAK
BUK
"Kau cukup sombong anak muda!" Preman itu segera membalas pukulan Dongho.
BUAK
Satu pukulan berhasil menjatuhkannya dan itu cukup membuat Minhyun panik. Mereka jelas akan kalah dan bantuan tak kunjung datang, apa lagi saat mereka tak segan mengeluarkan pisau.
"Dongho!" Panggil Minhyun, Dongho yang jatuh tersungkur segera bangkit.
"Wkwkwk...Aku suka dengan permainan ini." Katanya dengan tawa meledak.
Minhyun sekarang tau kenapa semua Dongho mendapat julukan 'Petarung Gila' pasti karena ini.
"Hyung!" Suara familiar seseorang memanggilnya dan benar saja. Ia adalah Daniel dan beberapa temannya dari tim basket tanpa Jihoon dan Jinyoung karena mereka sedang mengurus Yerin.
"Bagus kau datang, bantu kami!" Kata Minhyun.
"Sinb...Bagaimana dengannya?" Tanya Daniel.
"Ia sudah bersama Ong." Jawab Minhyun apa adanya. Daniel nampak terkejut tapi ia juga tak bisa melakukan apapun karena yang lain terlihat kewalahan.
Aku akan membiarkannya dan menyelesaikan ini dulu. Daniel membatin.
Daniel pun bergabung dengan teman-temannya menghajar para preman itu.
Disisi lain, Ong masih saja menunggu Sinb yang masih terlelap sampai gadis itu terbangun sambil berteriak.
"Oppa!" Sinb terduduk dengan air mata yang sudah mengalir.
"Wae?" Ong segera memeluknya.
"Oppa dimana?" Tanya Sinb yang mengedarkan pandangannya disekeliling berusaha untuk mencari sosok oppanya.
"Ia diluar bersama mereka..."
Belum selesai Ong melanjutkan perkataannya. Sinb bergerak dengan cepat untuk keluar rumah dengan berlari.
"SINB!" Ong berteriak.
Suara itu cukup keras hingga membuat Minhyun serta Daniel konsentrasinya terpecah, memandang pintu dan benar saja nampak sosok Sinb disana.
"OPPA!" Sinb berteriak histeris, apa lagi saat melihat banyak orang yang berkelahi disana.
"Pergilah ke Sinb hyung, aku yang akan menyelesaikannya." Kata Daniel yang tak tega melihat Sinb panik, cemas dan ketakutan seperti itu.
Daniel tentu tidak terkejut saat melihat gadisnya seperti itu tapi hari ini, bahkan gadis itu lebih ketakutan dari biasanya membuat hatinya seperti teriris.
"Baiklah..." Saat Minhyun akan melangkah untuk mendekati Sinb.
Jleb
"Akkkk..." Seseorang menyerangnya dengan menusukkan pisau pada perutnya.
"ANDWAE!!! OPPAAA!!" Sinb benar-benar menjerit membuat semuanya terdiam, pandangan mereka tertuju pada sosok Minhyun yang tergeletak dengan darah yang merembes dari dalam, di bagian perutnya.
"Oppa!" Sinb berlari dan segera meraih tubuh Minhyun, menangis tersedu-sedu. Sementara Ong termangu diambang pintu saat melihat Minhyun sudah tergeletak.
"Aku tidak apa-apa, kau tak perlu khwatir." Lirih Minhyun berusaha menahan rasa sakit pada bagian perutnya.
"BAJINGAN KALIAN! HANCURKAN TULANG RUSUK MEREKA SEKARANG!" Teriak Dongho memerintahkan teman-temannya.
Daniel dan Ong segera mendekati Minhyun dan Sinb.
"Bantu aku membawanya." Kata Daniel dan Ong mengangguk.
"Aku masih berdiri sendiri." Tolak Minhyun.
"Bodoh! Berhenti bertingkah seperti ini! Diam saja dan ikuti apa kata kami!" Kesal Ong dan Minhyun pun yang masih berusaha menahan sakit diperutnya.
Ong pun segera memapah Minhyun di ikuti dengan Daniel tapi Sinb yang semenjak tadi diam sambil menangis, tiba-tiba saja pingsan.
"Sinb!" Panggil Ong dan Daniel bersamaan. Minhyun menatap cemas Sinb.
"Aku yang akan membawa Minhyun kerumah sakit. Kau bersama Sinb saja." Daniel mengalah, ia juga melihat Ong tidak dalam kondisi terbaiknya.
"Tidak! Aku dan Sinb akan ikut bersamamu. Ia akan sangat mencemaskan keadaan Minhyun." Kata Ong dan Daniel menyetujuinya.
Dan tempat ini sangat kacau! Daniel juga tak bisa memprediksikan mereka akan menang atau tidak dalam menghadapi para preman ini.
Jihoon datanglah bersama para polisi!
Kata itu terus terulang dalam otak Daniel, berharap sosok Jihoon muncul dan membereskan semua kekacauan ini.
"Gadis gila itu! Akan membayar semua!" Geram Minhyun dengan mata berkaca-kacanya. Merasa marah dan sedih karena melihat teman-temannya sudah kelelahan.
"Niel...Sebaiknya kau bantu mereka. Aku tidak tega, biarkan aku, Ong dan Sinb yang pergi." Mohon Minhyun dan mau tidak mau Daniel mengangguk meskipun teramat berat meninggalkan Minhyun dan Sinb juga.
"Baiklah hyung!" Daniel pun kembali dalam.
Mobil Ong sudah keluar bersama dengan Minhyun dan Sinb yang masih pingsan.
"Bertahanlah, kau pasti selamat!" Kata Ong berusaha setenang mungkin.
"Tentu saja, aku sangat kuat." Kata Minhyun yang kini mulai menutup matanya.
"Jangan tertidur." Lirih Ong.
"Aku hanya tidur sebentar." Ucap Minhyun pelan membuat Ong menambah kecepatannya sembari terus melihat Minhyun dan Sinb yang masih pingsan.
---***---
Saat semua mulai kelelahan, Tn. Hwang datang bersama Jessica membawa serta polisi.
"Daniel...dimana Sinb dan Minhyun?" Tanya Tn. Hwang yang tengah mencari kedua anaknya saat semua preman itu berhasil polisi ringkus.
"Minhyun tertusuk dan Ong membawanya, Sinb juga ikut bersama mereka." Terang Daniel dengan menunduk.
"MWO? Dirumah sakit mana?" Tn. Hwang terlihat panik.
"Apa Sinb juga terluka?" Jessica yang panik pun bertanya pada Daniel.
"Sinb pingsan. Maafkan aku paman, aku tidak bisa menjaga mereka. Minhyun hyung menyuruhku untuk mengurus teman-temannya disini." Kata Daniel penuh penyesalan.
"Ani, ini bukan salah mu. Keadaan memang kacau. Sebaiknya kita segera kerumah sakit." Kata Tn. Hwang dan Daniel mengangguk.
Pada akhirnya mereka pergi bersama. Membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai dirumah sakit.
Mereka berjalan cepat menuju UGD, seseorang mengatakan bahwa Minhyun sedang menjalankan operasi. Disana, sudah ada Ong, Umji dan Woojin sementara anak tim sepak bola yang lain datang kerumah Sinb.
Sinb terus memeluk Umji dan menangis tersedu.
"Sinb..." Panggil Jessica yang membuat Sinb menoleh dan segera berlari dalam pelukan eommanya. Tn. Hwang pun memeluk mereka.
"Appa...Minhyun oppa akan baik-baik saja kan?" Lirih Sinb.
"Tentu saja...Dia anak laki-laki Appa yang paling kuat!" Kata Tn. Hwang yang sebenarnya juga cemas tapi kondisi Sinb yang cukup rapuh, akan sangat membuatnya menjadi buruk.
"Kau harus istirahat. Kondisimu juga tak baik." Saran Jessica dan Sinb menggeleng.
"Aku ingin melihat Minhyun oppa..." Kata Sinb terus menangis.
"Ini semua salah ku. Kalau saja aku tak menentang Yerin, semua akan baik-baik saja." Lanjut Sinb membuat semua orang kini tau bahwa Sinb tertekan dan ketakutan dengan tindakan Yerin.
"Tidak! Kau tidak salah. Jangan pikirkan itu sekarang, ayo kita doakan oppamu." Kata Jessica mencoba menenangkan putrinya.
"Duduklah, Appa dan Eomma akan mengurus administrasi." Kata Tn. Hwang dan Sinb pun duduk masih dengan pikiran kalutnya.
Daniel yang semenjak tadi hanya memperhatikannya, berlahan berjalan mendekat.
Berjongkok dihadapan Sinb, gadis itu hanya mampu menatapnya sendu.
Seolah mengatakan jangan mendekatiku! Kau akan celaka.
"Mianhae...Aku mengabaikanmu karen ingin menyelesaikan semuanya tanpa melibatkanmu tapi Yerin sepertinya memberitahumu." Rasa bersalah memenuhi fikiran Daniel membuatnya kecewa pada dirinya sendiri.
Sinb pun menangis, memeluk Daniel yang masih berjongkok.
"Jangan pergi dariku...Jangn tinggalkan aku...Aku mencintaimu." Lirih Sinb dan Daniel mengangguk.
"Aku tau, aku juga mencintaimu. Aku akan selalu bersamamu mulai dari sekarang." Balas Daniel dan lagi-lagi Sinb pun menangis.
Ong pun hanya mampu memandang mereka dengan hatinya yang berdenyut. Umji yang disampingnya beberapa kali menepuk pundak oppanya untuk tetap kuat.
Mereka benar-benar terjebak dalam situasi emosional yang bercampur, sedih, khwatir, cemas, marah, dll. Membuat mereka tak bisa melakukan apapun kecuali menghadapinya. Menjadi kuat adalah pilihan yang paling tepat untuk saat ini.
-Tbc-
Hi...Aku balik nih, bawa kekacauan 😂😂😂
Rumah Sinb jadi kacau kan? Yerin sih suka banget grusuh 😂
Vote × Komen
Selalu Author tunggu
T H A N K S
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top