Chapter 14

Sinb memandang sebuah gedung yang menjulang tinggi dengan mata berkaca-kaca. Disana tertulis sebuah papan nama.

BLANC & ECLARE

Sampai sesosok yang ia tunggu pun datang, menatapnya bingung.

"Wae? Kenapa denganmu?" Jessica berjalan menghampiri putrinya yang terlihat kacau.

"Eomma...Bukankah kau ingin mengurungku?" Tanya Sinb tak terduga.

"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Jessica membuat tangis Sinb menjadi. Wanita paruh baya itu pun menyeret putrinya masuk ke mobil.

"Katakan, apa yang terjadi?" Jessica menatap nanar putrinya dan Sinb terus menangis.

"Hikz...hikz...Eomma, bukannya eomma berfikir bahwa aku sakit karena itu kau ingin mengurung ku dirumah sakit jiwa kan? Aku akan menuruti semua perkataanmu tapi dengan satu syarat." Kata Sinb dengan serius dan Jessica terlihat menghela nafas panjang.

"Apa kau berfikir bahwa eomma akan membawamu kerumah sakit jiwa? Ani, eomma hanya ingin merawatmu. Eomma menyesal karena tak benar-benar memperhatikanmu. Maafkan eomma karena tak memberikan mu kesempatan untuk menjelaskan semuanya." Sinb terdiam ketika melihat raut wajah Jessica yang bersedih, bahkan matanya berkaca-kaca.

"Wae? Apa terjadi sesuatu? Kenapa eomma tiba-tiba berbicara seperti ini?" Sinb tak mengerti kenapa eommanya berubah seperti ini.

Jessica menghela nafas dan menunduk dengan pandangan bersalahnya. "Eomma menemukan sesuatu, rekaman saat Yerin terjatuh disekolah. Bagaimana bisa itu terjadi? Eomma tidak mengerti kenapa ia bisa melakukan hal semengerikan itu kepadamu." Jessica seketika memeluk tubuh rengkih putrinya. "Maafkan eomma karena tak mempercayaimu. Yerin...Eomma tidak mengerti kenapa ia sangat membencimu?" Jessica menangis, saat menyadari semua kesalahannya.

"Eomma mulai mempercayaiku? Eomma menemukan rekaman? Dimana? Apa eomma tau siapa yang menyelakai Daniel? Dia adalah Yerin dan ia tidak akan segan untuk mencelakai Appa dan Oppa juga. Eomma ottokae???" Sinb semakin panik dan Jessica semakin memeluk erat tubuh anak.

"Tenanglah Mbi, eomma tidak akan membiarkanmu melalui ini semua sendiri. Eomma berjanji akan membantumu. Sekarang lebih baik kau pulang dan tunggulah dirumah. Biarkan eomma yang akan menyelesaikan semuanya." Jessica pun keluar dari mobilnya.

"Tapi eomma..." Jessica mengisyaratkan Sinb untuk diam. Pandangannya menuju sopir Park.

"Antarkan nona kembali ke rumah Tn. Hwang!" Perintah Jessica.

"Baik nyonya." Balas Tn. Park.

"Jangan pergi kemana pun! Izin lah untuk tidak masuk sekolah beberapa hari saja. Bilang kepada Appa dan Oppamu kalau kau sakit. Ingatlah perkataan eomma, kita tidak bisa melibatkan banyak orang untuk masalah ini!" Kata Jessica dengan tegas membuat Sinb mengangguk mengerti.

"Jalankan mobilnya!" Perintah Jessica lagi dan mobil pun melaju.

"Aku akan menyelesaikan semuanya untukmu putriku." Guman Jessica.

---***---

Sebuah sedan warna hitam memasuki halaman sekolah dan keluarlah sosok namja dengan tubuh kekarnya dengan sosok pria paruh bayah yang berjalan disampingnya dengan menghela nafas panjang.

"Ku pikir kau perlu pulang untuk istirahat. Apa yang membuatmu sekeras kepala ini Niel?" Tanya Tn. Kang membuat Daniel tersenyum.

"Appa!" Sowon berjalan menghampiri keduanya.

"Sudah ada Nuna yang menemaniku jadi Appa tak perlu khawatir." Daniel cukup senang dengan kemunculan Sowon, membuat alasannya semakin kuat untuk tetap masuk sekolah.

"Baiklah, jaga adikmu dengan baik." Kata Tn. Kang pada Sowon yang mengangguk mengerti.

Sowon dan Daniel berjalan bersama memasuki gedung sekolah.

"Kenapa kau tidak istirahat saja dirumah? Apa yang sebenarnya kau rencanakan?" Sowon cukup mengenal adiknya yang satu ini. Ia tidak akan sekeras kepala ini jika tidak ada sesuatu yang tengah direncanakannya.

"Aku harus menemui Jihoon dan Jinyoung. Antarkan aku kesana dan kau akan tau tujuan ku." Kata Daniel tanpa banyak menyimpan teka-teki.

"Baik!" Respon Sowon tanpa banyak pertanyaan lagi.

Mereka terus berjalan memasuki gedung sekolah sampai sosok Umji dan Woojin menghampiri mereka.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Woojin dengan kikuk dan Daniel mengangguk. Pandangannya teralih pada Umji yang menatapnya sedikit tak suka karena Daniel membuat Ong babak belur.

"Mian, sepertinya aku terlalu emosional saat berhadapan dengan kakakmu." Tanpa siapapun duga, kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Daniel membuat Sowon, Umji dan Woojin cukup terkejut.

"Mengagumkan! Sepertinya Sinb sudah berhasil membuatmu lebih manusiawi." Goda Sowon yang seketika membuat Daniel dan Umji mengingat sosok itu.

"Ah, kau tidak bersama Sinb?" Tanya Daniel.

"Justru kami ingin bertanya kepadamu." Balas Woojin membuat Daniel nampak berfikir.

Daniel pov

Sinb tidak datang? Tidak mungkin bukan jika ia sudah mengetahui semuanya? Tapi segala kemungkinan bisa saja terjadi kan? Yerin, yeoja sinting itu tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Arrrggghhh! Aku harus segera menyelesaikan rencanaku sebelum Sinb bertindak lebih dulu.

"Nuna...Ayo ke klub basket sekarang!"

Bertindak lebih cepat! Itulah yang harus ku lakukan sekarang.

Aku menarik tangan Sowon nuna yang terlihat kebingungan dan mengabaikan mereka begitu saja. Aku hanya butuh menyelesaikan rencanaku tanpa melibatkan banyak orang karena yeoja sinting itu cukup berbahaya terutama kepada Sinb.

Aku ingin semua ini segera berakhir. Segala sesuatu yang membuat Sinb sedih dan ketakutan.

"Hyung!" Jinyoung segera memelukku dan Jihoon sudah berada dihadapan ku.

"Apa kau sudah menyiapkan semuanya?" Tanyaku dan Jihoon pun mengangguk.

"Menyiapkan apa?" Aku pun menoleh pada nuna yang masih terlihat kebingungan.

"Ikutlah dengan Jihoon. Nuna akan tau nanti." Pintaku dan Jihoon pun memberi isyarat untuk Nuna agar mengikutinya.

Sekarang, hampir tak ada seorang pun di area ini kecuali diriku dan seseorang yang sudah ku nanti.

Jung Yerin

Apakah cukup berani untuk datang menemuiku?

Dan lihatlah, yeoja sinting itu? Dengan ekspresi polosnya ia melangkah mendekatiku.

"Wae? Apa yang kau ingin katakan?" Tanyanya dengan ekspresi ketidak mengertiannya.

Andaikan ia namja? Aku ingin meninju wajahnya sekarang!

Brengsek! Sialan!

"Aku cukup terkagum dengan gaya menyetirmu. Kalau kau berniat untuk adu keahlian dalam menyetir, seharusnya kau bilang saja. Aku akan membawa mobil sport ku dan terjun bebas bersama di sungai Han." Sindirku dan aku melihatnya diam tanpa ekspresi.

Sungguh yeoja sakit jiwa!

Bagaimana ia bersikap seperti tak terjadi apapun setelah dengan sengaja menjatuhkan ku ke sungai Han?

Lihatlah! Tidak akan ada yang bisa lolos dalam perangkap ku!

"Apa yang sebenarnya kau katakan? Kenapa aku harus beradu keahlian menyetir denganmu?"

Sialan! Dia pemain handal dan ini cukup menantang.

Aku tersenyum memandangnya. "Kau tau..." Aku melangkah mendekatinya, meraih dagunya dan menatap tajam dirinya.

"Kau boleh saja menipu semua orang, tapi tidak dengan ku. Kau sengaja melukai ku hanya untuk mengancam Sinb kan? Hahaha...Daebak! Aku cukup kagum dengan keberaniamu ini." Aku beralih memainkan rambutnya dengan posisi begitu dekat, namun yeoja sinting ini masih tak menunjukkan banyak perubahan.

"Boleh ku katakan satu hal." Aku membisikkan sesuatu kepadanya. "Rencanamu kali ini gagal." Bisikku dan samar aku melihat senyumannya.

Sedikit lagi...Aku akan berhasil memancingnya.

"Sebentar lagi semua akan tau siapa dirimu!" Kataku lagi dan kali ini ia terkekeh.

"Hahaha...Kau yakin? Ku pikir sebelum itu terjadi yeoja bodoh itu sudah lenyap!"

MWO?

"Wae? Kau terkejut? Kalian memang pasangan sok pintar. Ku pikir kau sedikit lebih pintar darinya tapi sama saja, idiot!"

Brengsek!

Aku meraih tubuhnya dan mencengkramnya kuat.

Kau ingin melihat ku penuh emosi kan? Kau akan melihatnya sekarang tapi aku tidak seidiot yang kau kira.

"Apa yang kau rencanakan?"

Yeoja sinting ini masih tersenyum.

"Memberikan sedikit fakta kepadanya."

Apakah mungkin dugaan ku benar?

"Jangan katakan kau sudah memberitahunya?" Tanyaku dan aku melihatnya tertawa.

"Hahaha...Benar! Aku memberitahunya."

"Brengsek!" Umpatku dan aku melihat ia semakin tertawa kegirangan.

"Kau tau? Dia ketakutan dan itu sangat lucu sampai aku terus mengingat ekspresinya."

Ini masih belum cukup, aku membutuhkan pengakuan mutlak darinya!

Aku menyambar tubuhnya lagi memandang dengan penuh amarah.

"Kau! Beraninya kau mengancam kekasihku! Apa yang kau inginkan darinya!" Desak ku dan ia masih menunjukkan ekspresi yang sama.

Senyum sinis yang selalu membuatku ingin memukul wajahnya!

"Yang ku inginkan?" Ia mengulang pertanyaan ku sembari melepas cengkraman tangan ku. "Aku ingin dia lenyap selama-lamanya." Lanjutnya.

"Brengsek!"

Brak

Aku menggebrak meja untuk meyakinkan bahwa aku sangat marah.

"Lagi pula, sampah sepertinya tak pantas untuk hidup lebih lama. Seharusnya kau berterima kasih kepadaku. Dia yeoja licik yang selalu ingin mengambil apa yang orang lain punya dan aku tidak akan membiarkannya!"

Bagus! Dia sudah menunjukkan sisinya yang sebenarnya.

"Benarkah? Kenapa aku merasa sebaliknya? Kau lah yang picik dan selalu merebut apa yang Sinb miliki."

Aku terus berusaha memprovokasinya. Raut wajahnya mulai berubah.

"TIDAK! Dia...Dia yeoja sialan yang mengambil semuanya dariku!"

Aku sedikit terkejut saat ia mengacak rambutnya frustasi.

"Kau bahkan rela melompat dari lantai 2 hanya untuk mengalihkan perhatian banyak orang bukan?"

"TIDAK! AKU TIDAK MELAKUKAN ITU!"

Bahkan ia berteriak.

"Bukankah itu salah satu rencanamu yang berhasil?"

Tiba-tiba ia tertawa.

"HAHAHA...Aku berhasil membuatnya terkurung dengan mengorbankan beberapa tulang berhargaku tapi yeoja bodoh itu berhasil melarikan diri!"

Dia harus membayar untuk semua hal yang telah ia perbuat kepada Sinb!

"Jihoon keluarlah! Aku sudah tidak tahan." Kataku dan Jihoon keluar dengan Sowon nuna dan beberapa anak klub basket.

Aku melihat Yerin mulai ketakutan. Inilah rencanaku, merekam semua percakapan kami dan menyiarkannya secara langsung lewat radio sekolah, tak hanya itu aku juga menyiapkan beberapa kamera disini agar semua orang tau, seberapa sintingnya yeoja ini.

"Apa kalian ingin menjebakku? Sayangnya kalian tidak akan bisa!" Ia masih menunjukkan pertahan sok kokohnya.

"Wae? Kau tidak ingin mengakui kekalahanmu?" Aku tersenyum saat melihat Jihoon menatapnya tajam.

"Hahaha...Aku selalu menang. Aku hanya perlu memerintahkan mereka untuk melenyapkannya dan sepertinya aku sudah melakukannya."

MWO?

Ia menunjukkan sebuah layar handphonenya. Sialan!

"Rebut handphonenya! Ayo kita selamatkan Sinb!" Aku berteriak dan beberapa anak mulai mengikutiku.

"Hyung, bagaimana dengannya?" Aku menoleh pada Jihoon yang berhasil menjerat tangan Yerin dengan tali.

"Bawa dia keruang kepala sekolah dan Nuna hubungi Jaehwan hyung." Aku melihat Jinyoung berlari kearah ku.

"Bagaimana? Kau berhasil menghubungi Minhyun hyung?" Tanya ku dan ia mengangguk.

"Sinb sudah berada dirumah beberapa jam lalu dan beberapa orang suruhan eommanya menjaga disekeliling rumahnya."

Eomma?

Aku menatap Jiyoung, sedikit bingung dengan hal ini.

"Eomma kau bilang?" Aku bertanya lagi untuk memastikan dan Jiyoung mengangguk.

"Bahkan yang mengantar Sinb pulang adalah supir pribadi eommanya."

Ah! Jadi sekarang ia berada di pihak Sinb? Baguslah, setidaknya mereka bisa menahan lebih lama rencana Yerin.

Tapi...Aku harus tetap kesana!

Daniel pov end

---***---

Sinb diantar supir pribadi eommanya dengan selamat sampai rumah.

"Nona silahkan keluar..." Pinta supir Park.

Sinb pun keluar dengan wajah kacaunya. Ia masih belum bisa mempercayai ini semua. Eommanya berpihak kepada dirinya? Ini seperti mimpi bagi Sinb.

"EMBI!" Panggil Minhyun dengan suara paniknya.

Sinb yang melihat oppanya berjalan mendekatinya langsung memeluknya.

"Oppa!" Lirihnya dan ia pun mulai menangis lagi.

"Kau kemana saja? Appa mencarimu dan aku tidak jadi berangkat ketempat latihan karena menunggumu." Terang Minhyun.

Sinb diam, tak menjawab hanya terus memeluk oppanya ini. Meskipun kenyataannya, eommanya mulai mendukungnya tapi Sinb masih ketakutan karena ia cukup mengenal Yerin yang selalu memiliki seribu macam cara untuk menghancurkannya.

"Lepaskan pelukannya dan kita masuk kedalam." Saran Minhyun tapi Sinb masih menggeleng sambil terus menangis.

Sinb masih tak bisa menghilangkan segala bentuk kepanikan dan kecemasannya karena Yerin sudah bertindak jauh, ia sudah berani melukai orang-orang yang Sinb sayang.

"Appa! Dimana appa?" Sinb mulai terlihat panik saat tak menemukan sosok Appanya.

"Tentu saja mencarimu." Jawab Minhyun yang masih kebingungan dengan tingkah pola dongsaengnya ini.

"Hubungi Appa dan suruh ia untuk kembali!" Pinta Sinb dan Minhyun terlihat masih termangu untuk sesaat.

"Katakan! Apa yang terjadi?" Minhyun meraih kedua bahu dongsaengnya ini dan menatapnya serius.

Kegelisahan Sinb semakin nampak. "Aku...Aku takut oppa..." Sinb tak sanggup melanjutkan perkataannya dan lebih memilih untuk memeluk Minhyun lagi.

"Baiklah, kau tak perlu mengatakannya lagi. Kau hanya perlu istirahat."

Minhyun yang khawatir melihat kondisi Sinb, lebih memilih untuk menggendong dongsaengnya ini kedalam rumahnya. Membaringkannya diatas tempat tidur bernuansa pink itu.

"Oppa jangan tinggalkan aku, aku takut." Lirihnya membuat Minhyun duduk kembali disampingnya kemudian membelai lembut kepalanya.

"Tidur! Aku akan menghubungi Appa." Kata Minhyun dan Sinb pun mengangguk, membiarkan oppanya itu berjalan menjauh dan ia pun mulai memejamkan matanya karena lelah yang menderah.

Sementara Minhyun turun kebawah hendak menelepon Appanya tapi sebuah panggilan lain masuk dari Jihoon.

"Wae?" Tanya Minhyun.

"Ne..." Jawab Minhyun kemudian namja itu bergerak mendekati jendela dan membukanya.

Ia sedikit mengirutkan keningnya saat melihat supir Park dengan beberapa mobil sedan yang baru datang.

"Aku melihat pengawal eomma disini dan mereka juga yang mengantar Sinb pulang. Wae? Apa yang terjadi sebenarnya?" Minhyun benar-benar tak mengerti situasi yang terjadi.

"Mwo? Baiklah...Aku akan menutup rapat rumah sampai kalian datang kemari." Lanjut Minhyun sembari menutup sambungan telponnya.

Minhyun menghela nafas panjang. "Jung Yerin! Kau cukup bernyali untuk melukai keluarga Hwang? Aku tidak akan pernah memaafkanmu!" Geram Minhyun dan ia pun segera menentuh beberapa angka pada layar untuk tersambung pada seseorang.

"Dongho kau membolos hari ini?" Tanya Minhyun.

"Aku butuh bantuanmu. Sepertinya kau akan menyukainya." Lanjut Minhyun sambil tertawa.

"Datanglah kerumahku sekarang dan ajak semua teman-temanmu." Pinta Minhyun.

"Imbalan? Tentu saja aku dan Appa akan memasakkan makanan yang lezat untuk kalian." Janji Minhyun.

"Baiklah...Aku akan menunggumu." Minhyun menutup sambungan telponnya dengan menghela nafas lega.

"Sekarang tinggal menghubungi Appa." Guman Minhyun dan ia pun mulai menyentuh layar handphone kembali.

"Appa! Appa dimana?"

"Bersama eomma? Wae? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dirumah banyak pengawal eomma?"

"Apa? Untuk menjaga Sinb?"

Minhyun mendesah dan mengacak rambutnya frustasi.

"Jung Yerin!" Teriaknya lagi.

Pang

Duas

Prak

Suara gaduh diluar rumahnya seketika membuat perhatian Minhyun teralih. Ia mengintipnya dari jendela dan mendapati pengawal eommanya sedang berusaha melawan puluhan pria kekar.

"SIAL! Dongho...Niel...Kapan kalian datang?" Guman Minhyun dengan panik.

-Tbc-

Hi...Aku balik 😂
Butuh beberapa hari untuk nyelesain ini karena ya masih belum pulih 😊

Cuman mau bilang semua cerita Remake yang ini atau Promises itu Remakenya dari cerita di blog yang lama😊

Bukan punya siapa-siapa cuman murni dariku dan ide-ide yang terinspirasi dari DRAMA kebanyakan atau KOMIK 😊

VOTE + KOMEN

Selalu aku tunggu
😊😊😊

T H A N K S
🙏🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top