4. Pegawai Baru?
▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen sama share, ya.
~~~
Setelah kejadian beberapa hari lalu, pelanggan wanita yang sudah mempermalukan Veni tidak pernah menampakkan diri lagi di Er Cafe. Sementara itu, Glen menegaskan kepada setiap pegawainya untuk tidak segan-segan menegur dan membela diri jika ada pelanggan yang kurang beretika dan semena-mena. Seperti yang dikatakan pria itu sebelumnya, bahwa lebih sulit mencari pegawai yang cekatan dan loyal daripada satu pelanggan baru.
"Mas Glen, tolong buatin vietnam drip kayak biasanya, ya. Meja lima."
Glen mengerutkan kening mendengar permintaan Veni. Pria itu mengikuti arah yang ditunjuk oleh pegawainya.
"Dia dateng lagi? Tumben hari ini sendirian?"
"Iya, dong. Aku minta tolong sama dia buat posting di akun medsosnya tentang kafe ini. Followers dia lumayan banyak. Biar makin rame yang dateng. Sekalian buat ngebantah semua posting-an negatif cewek yang waktu itu. Mas Glen nggak tau? Rame banget, loh."
"Posting-an apaan?"
Veni berdecak lalu mengeluarkan ponsel dari saku celemek.
"Dasar orang tua, ya. Soal beginian mana ngerti."
Glen menyentil pelan kening wanita di hadapannya itu.
"Nggak usah pakek ngomel. Mau nunjukin, nggak?"
"Iya bentar. Bawel, ih."
Glen menunggu sambil meracik minuman untuk meja lima. Hingga dia selesai, Veni masih sibuk dengan menggulir layar ponsel.
"Mana? Ini pesenan temenmu udah selesai. Anterin dulu."
"Eh?" Veni mendongak menatap Glen yang mengetuk meja dengan jari. "Sori, Mas. Aku cari-cari posting-annya udah hilang. Kayaknya udah dihapus sama cewek itu. Biarin, tau rasa dia. Kalah, kan. Er Cafe dilawan. Mana bisa!"
"Ya udah. Kamu anterin dulu minuman temenmu ini."
"Siap, Bos!" Veni memasukkan kembali ponsel ke saku celemek. Kemudian, membawa pesanan untuk temannya.
Glen memperhatikan Veni yang berjalan menuju meja nomor lima. Pria itu menyipit menatap dua muda mudi berbincang sambil tertawa. Perhatiannya teralihkan saat kasir memberikan kertas berisi pesanan pelanggan yang baru saja tiba.
"Oke. Aku siapin. Makasih."
Sesekali Glen masih memperhatikan meja nomor lima. Dia melihat Veni duduk di samping seorang pria dan mereka asyik mengobrol membahas sesuatu sambil memperhatikan ponsel. Pria yang mengenakan kemeja hitam itu mengerutkan kening penasaran dengan pembahasan dua mahasiswa yang makin menempel dan saling tertawa itu.
Selesai membuat minuman untuk pelanggan baru tadi, Glen mencoba melambai kepada Veni untuk meminta mengantar pesanan tersebut. Namun, wanita itu lebih fokus memperhatikan penjelasan dari temannya.
Seorang pegawai menawarkan diri untuk mengantar pesanan tersebut. Sementara itu, Glen berjalan ke arah Veni.
Glen berdeham saat tiba di meja nomor lima. Dia berdiri persis di samping Veni.
"Lagi bahas apaan? Kayaknya serius banget sampek nggak merhatiin aku ngelambaiin tangan dari tadi."
"Eh, Mas Glen?" Veni menoleh sambil tersenyum. "Perlu bantuan aku?"
"Udah enggak. Pesanannya udah dianter sama yang lain. Kamu sibuk sendiri dari tadi," balas Glen dengan ketus.
Veni memperhatikan sekeliling. Hampir separuh meja di dalam ruangan sudah terisi dan beberapa mengisi meja di luar ruangan. Wanita itu melihat semua meja sudah mendapatkan pesanan masing-masing.
"Belum ada pelanggan dateng lagi, kan, Mas? Jadi, nggak apa-apa, dong aku ngobrol sama Raka dulu. Lagian pesenan yang tadi udah dianter juga, kan."
Glen berdecak sambil menggeleng. "Lagian kalian ngebahas apa? Bukan tugas kuliah, kan?"
"Ini, loh, Mas. Ngebahas yang tadi aku bilang. Postingan di medsos. Banyak yang ngerespon. Pada tanya lokasi kafenya di mana. Lumayan, kan buat nambah pengunjung baru. Pengaruh banget, loh postingan kayak gini. Mas, tuh harus bikin akun buat kafe ini. Biar bisa promosi."
"Bener banget, Mas. Nanti bisa juga buat konten sama promo-promo menarik lewat postingan di akun kafe. Jadi, followers pada rebutan dateng. Bisa ningkatin jumlah pengunjung sama pendapatan juga. Apalagi kalo ada satu pengunjung yang jadi influencer. Satu postingan di akunnya tentang kafe ini bisa menarik banyak pengunjung baru lagi." Raka ikut menjelaskan.
"Bagus juga idenya. Tapi, nggak ada waktu buat bikin konten-konten kayak gitu."
"Tenang, Mas Glen. Ada aku sama Raka yang siap bantu. Gimana kalo Mas Glen mempekerjakan Raka di sini sebagai konten kreator gitu?"
Veni menaik turunkan alisnya dengan mata berbinar. Sementara itu, Glen dibuat makin pusing dengan usulan wanita itu.
"Udah-udah. Mending sekarang kamu balik kerja lagi. Bantu yang lain."
Glen meninggalkan meja nomor lima tanpa menunggu balasan dari Veni lalu kembali ke balik meja barista. Bertepatan dengan kedatangan pelanggan yang sedang memesan di kasir.
Baru saja selesai membuat pesanan dan sudah diambil oleh Veni untuk diantar ke meja pelanggan, ponsel Glen berbunyi. Pria itu langsung menggeser tombol hijau saat melihat nama Bagas.
"Di mana, Bro!"
"Kafe. Mau ke sini?"
"Enggak. Tanya, doang. Sama mau ngingetin lusa jangan sampek telat acara gue sama Alesha."
"Tenang. Aman sama gue."
"Veni masih di sana? Tuh, anak gue telpon nggak diangkat."
"Masih. Lagi asyik sama si Raka. Lo nggak khawatir si Veni dideketin sama yang namanya Raka-Raka itu."
"Kenapa? Cowok itu bikin masalah?"
"Bukan masalah. Tapi, kayaknya tuh cowok nempel mulu sama Veni. Udah semingguan ini nggak pernah absen ngunjungin kafe gue."
"Bagus, dong. Pengunjung lo makin rame. Jangan bilang lo cemburu sama dia?" Bagas tertawa setelah menggoda sahabatnya itu.
Glen berdecak sambil mendesah. "Ngapain juga gue cemburu sama anak ingusan."
"Oke-oke. Awas aja lo kepincut beneran sama adek gue."
"Resek lo! Dah, gue matiin ada pesenan baru masuk."
Glen langsung menutup telepon secara sepihak. Dia meletakkan ponsel di atas meja lalu bersiap meracik es amerikano dan kapucino panas.
Satu jam kemudian Glen bersiap untuk pulang setelah pengunjung satu per satu meninggalkan kafe. Pria itu menghampiri Veni yang masih setia menemani Raka.
"Ven, kamu balik sama aku."
"Eh, beneran, Mas? Tapi, nggak enak, deh sama Raka."
Glen menaikkan sebelah alis. "Kenapa nggak enak?"
"Ya, kan Raka udah nungguin aku dari tadi. Mau nganterin pulang."
Glen beralih menatap Raka. "Nggak masalah, kan kalo Veni balik sama gue?" tanya Glen dengan tatapan tajam.
"Oh, iya, Mas. Nggak masalah, kok. Kalo gitu gue balik duluan." Raka menepuk pelan pundak Veni. "Gue balik. Sampek ketemu di kampus besok."
"Ati-ati ya Raka. Makasih buat hari ini."
Raka mengacungkan jempol sebelum meninggalkan kafe.
"Yuk, balik, Mas!" ajak Veni yang sudah mengambil tas.
Mereka berjalan ke mobil yang berada di samping kafe. Tidak lupa mereka juga menyapa pegawai lain yang bersiap meninggalkan kafe dengan kendaraan masing-masing.
"Pakek seatbelt, Ven. Kebiasaan, deh. Biar deket tetep harus savety."
Veni melirik sinis ke arah Glen yang mulai menghidupkan mesin mobil. "Iya-iya. Kenapa Mas Glen bawel banget hari ini. Udah kayak kakek-kakek aja."
"Sembarangan kakek-kakek. Emang aku setua itu?"
"Enggak, deh. Mas Glen ganteng banget, kok. Eh, Mas gimana usulanku tadi?"
"Yang mana?"
"Ngerekrut Raka jadi pegawai part time."
"Kenapa harus dia?"
"Ya, kan dia jago bikin konten. Lagian kalo weekend pengunjung kafe rame banget. Kita butuh tenaga tambahan."
"Jadi, aku harus rekrut pegawai baru?"
Veni mengangguk-angguk antusias.
"Nanti aku pikirin lagi. Nggak ada yang lain selain Raka?"
Jumlah kata: 1101
Bersambung
~~~
Mas Glen lagi mantau Veni sama Raka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top