Chapter 3 - Rumor
Barbie and The Legend of Erythrina
C H A P T E R 3
***
Myristi melihat-lihat tumpukan kertas berwarna cokelat yang ada di tangannya. Kertas-kertas itu berisi kalimat-kalimat menarik seputar beberapa asrama yang ada di Erythrina. Tidak semua asrama yang terpilih untuk diiklankan, hanya beberapa saja, yang menurut para dewan layak dan cocok untuk disebarluaskan.
Setiap akhir tahun, kertas-kertas itu dibuat dan disebar ke desa-desa di seluruh penjuru Erythrina, tanpa ada yang dilewati atau dikecualikan. Kertas-kertas selebaran berisi iklan asrama itu juga sampai di desa di mana Myristi tinggal, Desa Gamma. Sebuah desa yang berada di Sektor II Bach. Desa yang kecil dan sangat sulit untuk dijangkau karena dikelilingi oleh hutan-hutan lebat.
Sebulan yang lalu, saat selebaran itu sampai di Desa Gamma, Myristi langsung meminta kertas iklan itu kepada petugas yang akan membagikannya. Meski telah lama memperhatikan asrama-asrama itu, Myristi tetap belum bisa memasukkan pendaftaran dirinya sebelum hari ini, sebelum dia genap berumur 15 tahun.
Semua gadis di Negeri Erythrina dianjurkan untuk memasuki asrama mana saja ketika mereka genap berusia 15 tahun, saat mereka dianggap telah mengerti untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Banyak asrama yang berdiri di Negeri Erythrina. Terutama asrama-asrama kecil di Sektor IV Haydn. Namun, semua gadis di Erythrina tetap berharap agar diri mereka dapat dipertimbangkan masuk di antara kedua asrama yang terbesar-Anapahalis dan Delonix. Sebelum akhirnya jika karakter para gadis itu tidak cocok di kedua asrama, maka mereka akan dimasukkan ke salah satu asrama kecil di Sektor IV Haydn.
Mungkin tidak semua gadis ingin masuk di antara kedua asrama. Mungkin ada segelintir gadis di Erythrina yang hanya ingin masuk di salah satunya. Benar-benar teguh hanya ingin di salah satu dari dua asrama besar itu. Dan itu terjadi pada Myristi. Myristi tidak ingin keduanya. Gadis itu hanya ingin masuk ke Anaphalis, yang sudah ia cita-citakan sejak kecil. Ia tidak memiliki keinginan sedikit saja untuk ada di Delonix.
Myristi berjalan ke arah di mana telah banyak gadis-gadis di Desa Gamma yang sedang berbaris untuk mengumpulkan surat-surat yang diperlukan untuk pendaftaran asrama mereka.
"Gadis-gadis! Berbarislah dengan tenang untuk mempercepat prosesnya. Dan tolong jangan membuat keributan!"
Petugas dari kantor Dewan yang ditugaskan untuk mengawasi pendaftaran hari ini langsung memperingati para gadis Desa Gamma yang terus mendesak agar cepat sampai pada giliran mereka. Myristi yang baru saja datang tentu saja mendapat giliran paling terakhir.
"Antriannya panjang sekali. Ini akan memakan waktu yang cukup lama," keluh Myristi.
Tiba-tiba saja, gadis yang berbaris di depan Myristi memutar tubuhnya dan membalas kata-kata keluhan Myristi tadi.
"Kau benar. Antriannya panjang sekali. Kau tahu, aku sudah hampir satu jam berdiri di sini. Seharusnya Dewan membuka dua antrian untuk mempercepat prosesnya. Oh, dan tentu saja. Ini hari terakhir pendaftaran asrama dibuka. Tentu saja antriannya dapat sampai sepanjang ini!"
"Uhm ...." Myristi bingung bagaimana menanggapinya. "Mungkin. Mungkin karena hari ini adalah hari terakhir pendaftaran asrama dibuka, maka antriannya bisa sepanjang ini."
"Tentu saja itu benar! Bicara soal asrama, apa kau sudah menentukan akan masuk ke asrama yang mana?"
Gadis itu berusaha melirik kertas pendaftaran Myristi, tetapi Myristi langsung menutupinya. "Aku ingin ke Anaphalis."
"Apakah yang kau maksud adalah Anaphalis dan Delonix?"
Myristi menggeleng. "Oh, tidak. Aku hanya ingin ke Anaphalis. Tidak ke Delonix atau asrama lainnya."
"Benarkah?! Oh, kau sungguh mengagumkan. Aku juga hanya mengisi kata Anaphalis di kolom asrama pilihan. Ibuku tidak mengizinkan aku memilih Delonix juga. Beliau melarang keras untuk itu. Huh, padahal kurasa asrama itu tidak buruk."
Myristi menyipitkan mata. "Mengapa dia melarangmu untuk ke Delonix?"
"Apa kau tidak mengetahui tentang rumor itu?"
"Rumor apa?"
"Rumor tentang Asrama Delonix."
Myristi mengangkat bahu. "Tidak. Tidak ada yang pernah memberitahukannya padaku," ucap Myristi.
"Oh! Kau ini malang sekali! Baiklah." Gadis itu mendekatkan wajahnya kepada Myristi. "Menurut rumor yang terdengar, asrama itu sangat misterius. Dan juga, siapa pun gadis yang sudah masuk di Delonix, mereka tidak akan pernah diperbolehkan keluar atau meninggalkan asrama sebelum menguasai segala hal yang diajarkan di sana," bisik gadis itu.
"Itukah rumornya?" tanya Myristi.
"Tidak hanya itu, banyak kabar yang mengatakan, bahwa beberapa gadis yang telah lulus dari Delonix dan tidak berhasil menduduki posisi Tujuh Dewan, tidak pernah kembali ke ibu mereka. Gadis-gadis itu menghilang secara misterius dan tanpa meninggalkan jejak. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan mereka. Atau apa yang Delonix lakukan terhadap mereka. Betapa malangnya nasib mereka!"
Myristi menatap gadis itu dengan cermat. Penjelasannya baru saja cukup banyak memanggil rasa ingin tahunya lagi. Membuat Myristi ingin mengajukan banyak pertanyaan kepada gadis itu.
"Bagaimana kau bisa mengetahui informaai sebanyak itu?"
"Ibuku bekerja di kantor berita di Sektor I Beethoven. Itulah sebabnya aku mengetahui cukup banyak tentang rumor itu. Memang apa yang kau harapkan dari desa kita? Desa ini terpencil sekali. Sangat sedikit ada kabar dari luar sana yang dapat sampai ke desa ini. Huh, seharusnya para Dewan memperhatikan pembangunan desa ini."
"Hei kalian! Jangan berbicara terus dan majulah! Masih banyak yang mengantri, jangan membuang waktu!"
"Oh, galak sekali," gerutu gadis itu dan segera maju hingga sampai di depan meja petugas pendaftaran.
Myristi menunggu hingga giliran gadis itu selesai dan sampai pada gilirannya. Setelah gadis itu selesai dan ingin meninggalkan tempat, ia sempat berbisik pada Myristi.
"Baiklah, sampai bertemu di Anaphalis!"
Dan gadis itu berjalan menjauhi tempat pendaftaran.
"Hei kau! Jangan melamun, Nak. Ayo maju."
Myristi maju hingga sampai di depan meja petugas pendaftaran dan menyerahkan kertas-kertas yang dipeluknya.
"Anaphalis lagi, huh?" tanya petugas itu saat melihat kertas Myristi.
"Apa itu sebuah masalah?" tanya Myristi bingung.
"Banyak yang mendaftar ke Anaphalis untuk tahun ini. Ah, setiap tahun juga begitu. Tapi, sangat sedikit yang akan terpilih. Kuharap kau tidak akan menyesal dan kecewa jika tidak terpilih."
"Kuharap kata-katamu tidak terjadi, Nyonya," balas Myristi.
Wanita petugas pendaftaran itu mengayunkan telapak tangannya di atas kertas Myristi dan mengucapkan sebuah mantra yang terdengar seperti "Anacaradium". Dan kertas pendaftaran Myristi menghilang dari sana.
"Baiklah, aku sudah mengirikan kertasmu kepada para Dewan. Silakan menunggu, 14 hari lagi seorang kurir akan mengirimkan hasilnya padamu. Berikutnya!"
"Nyonya, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" tanya Myristi. Petugas pendaftaran itu langsung memasang muka mengerut. "Apakah rumor-rumor? buruk tentang Asrama Delonix itu benar?"
"Jangan mudah untuk memercayai kabar burung, Nak. Baiklah, gadis berikutnya!"
***
Seorang wanita mengambil satu lembar dari tumpukan kertas yang ada di meja kerjanya. Ia menghadapkan telapak tangannya yang mengeluarkan cahaya terang berwarna kuning ke atas kertas itu. Tidak beberapa lama kemudian, sinar yang keluar dari telapak tangan wanita itu memudar dan menghilang. Sang wanita memberikan kertas itu kepada bawahan yang berdiri di sebelahnya sambil memberi keputusan.
"Anaphalis."
Selesai dengan kertas pendaftaran asrama yang tadi, sang wanita kembali melanjutkan dengan kertas pendaftaran asrama gadis lainnya. Ia kembali mengambil satu dari tumpukan kertas yang ada di meja dan kembali melakukan hal yang sama. Tetapi, berbeda dengan kertas sebelumnya, hingga beberapa detik kemudian yang cukup lama, cahaya kuning yang keluar dari telapak tangan wanita itu tidak kunjung pudar saat memeriksa kertas kali ini.
"Ini sulit," ucap wanita itu sambil menutup telapak tangannya. Membuat cahaya yang bersinar terang tadi menghilang dengan paksa. Kening sang wanita berkerut. Ia membaca identitas yang tertulis pada kertas yang sedang dipegang itu.
"Apa ada masalah, Nyonya?" tanya bawahannya ketika melihat sang wanita berhenti cukup lama pada satu kertas pendaftaran asrama.
"Cukup sulit bagiku untuk menentukan karakter dari pengirim kertas pendaftaran ini," jawab sang wanita.
"Apakah datanya kurang lengkap, Nyonya?" tanya sang bawahan dengan bingung.
"Tidak, bukan kurang lengkap. Tetapi, kepribadiannya sedikit kompleks. Gadis ini memiliki beberapa karakter yang sesuai dengan Anaphalis."
"Bukankah itu berarti bahwa ia akan masuk di Anaphalis?"
"Tidak, Rhea. Aku belum tahu. Beberapa karakternya yang lain, justru sangat cocok dengan Delonix. Lalu, ke mana aku harus memasukkan gadis ini?"
"Mungkin Anda harus mencoba memeriksa kertas pendaftarannya sekali lagi," saran sang bawahan.
Sang wanita mengangguk. "Baiklah, aku akan mencobanya sekali lagi."
Wanita yang merupakan Dewan Nomor III itu memejamkan mata. Telapak tangannya dihadapkan ke bawah hingga berhadapan dengan kertas pendaftaran asrama dan kembali mengeluarkan cahaya. Telapak tangan itu bergerak pelan menelusuri bagian-bagian kertas dari atas hingga bawah. Terus berusaha untuk menemukan karakter pengirim dari kertas pendaftaran asrama yang memuat identitas sang gadis.
"Delonix ... ?" tanya wanita itu dengan suara yang hampir tidak terdengar. "Oh, tidak. Anaphalis?" tanya wanita itu lagi, tetapi kembali ragu pada detik selanjutnya. "Keduanya? Tidak mungkin."
Dewan Nomor III itu langsung membuka mata lalu menjauhkan telapak tangan dari kertas itu. Kembali menutup telapak tangannya hingga menghilangkan cahaya kuning terang itu dengan paksa. Ia buru-buru memberikan kertas pendaftaran asrama itu kepada sang bawahan.
"Masih tidak berhasil juga, Nyonya?"
"Karakternya merupakan perpaduan dari dua asrama. Tetapi, adalah hal yang mustahil untuk menempatkan seorang gadis di keduanya," ujar Dewan Nomor III dengan sedikit bergetar.
"Lalu, apa keputusan terakhir Anda, Nyonya?" tanya sang bawahan.
"Anaphalis," jawab wanita itu. "Dia lebih aman jika dididik di Anaphalis, Rhea."
***
29 Desember 2018,
D I L A T A S I
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top