Chapter 24 - The Real War

Barbie and The Legend of Erythrina

C H A P T E R  24

***

Perang itu terjadi. Perang paling besar dalam enam ratus terakhir. Rigil Kentaurus II.

Rosella dan Odette bertempur di barisan paling depan melawan teman dan saudara mereka sendiri yang kini telah memihak kepada sang pemberontak, Michelia Alba. Berkali-kali Odette maupun Rosella harus meneguhkan hati dan menganggap siapa pun yang berhadapan dengan merek dalam perang ini adalah lawan. Musuh yang harus dihentikan. Bukan lagi saudara mereka dari Erythrina.

“Lepaskan tembakan!” perintah seorang pemimpin prajurit dari kubu Erythrina.

Sebanyak puluhan alat pelontar raksasa langsung menerbangkan batu-batu besar ke udara begitu tali penahannya diputus. Ratusan batu besar yang meluncur di udara itu melaju lurus ke arah sekumpulan monster yang berada di daerah pasukan lawan. Ketika benda-benda keras dan padat itu menimbun para monster itu, mereka serta merta langsung hancur menjadi debu.

Para pemanah Erythrina juga melepaskan bidikan hingga ribuan anak-anak panah kini ikut memenuhi pemandangan langit malam itu. Anak-anak panah dari para pemanah Erythrina juga berhasil membuat banyak monster hancur menjadi tumpukan debu.

Pasukan dari kubu Erythrina kontan saja bersorak keras dan berseru senang ketika tembakan serta bidikan yang mereka lepaskan berhasil mengurangi jumlah pasukan lawan. Namun, sorakan dan seruan dari para prajurit Erythrina mendadak berhenti begitu melihat apa yang terjadi di depan sana. Mata mereka melebar dan tidak sanggup mengeluarkan kata apa pun. Untuk sesaat, keadaan hening dan tercengang menyelimuti para pasukan Erythrina.

Rosella berteriak sambil melumpuhkan salah seorang gadis dari pasukan Michelia Alba sebelum mengangkat kepalanya. Melihat keheningan yang terjadi di pihak Erythrina, gadis berambut pirang bergelombang itu membalikkan tubuh. Dan apa yang terjadi di depan sana, di area di mana para pasukan monster Michelia Alba berada, mampu membuat Rosella membeku tidak percaya.

“Tidak mungkin,” gumam gadis itu dengan kening yang berkerut karena tegang.

Di sisi sebelah kanan Padang Magellanic Iridium, di mana tumpukan debu-debu monster yang berhasil dihancurkan oleh pasukan Erythrina berada, terjadi sesuatu yang sangat tidak diharapkan. Debu-debu monster itu berputar-putar di udara membentuk putaran bagai badai. Dan hal yang terjadi selanjutnya berhasil membuat sebagian besar prajurit dari kubu Erythrina—untuk pertama kalinya di malam itu—bergetar karena rasa takut.

Debu-debu yang berputar itu perlahan namun pasti kembali membentuk dan mewujud menjadi sesosok monster yang utuh tanpa terluka, sama seperti sedia kala. Malam semakin larut, bulan telah berwarna kemerahan, dan kekuatan pasukan Michelia Alba semakin besar.

Sementara Michelia Alba sendiri masih terus duduk di atas kudanya tanpa menyerang siapa pun. Wanita itu tiada henti mengedarkan pandangannya dengan sorotan tajam ke seluruh arena pertarungan dan masih tidak bisa menemukan sosok yang sejak tadi dicarinya. Michelia Alba belum menemukan sosok Myristi di dalam peperangan. Wanita yang memiliki netra semerah delima itu hanya terus memerintahkan para pasukan monsternya untuk maju ke medan tempur.

Di awal peperangan, kedua kubu terlihat seimbang. Pihak dari Erythrina masih berhasil menahan dan mengimbangi kekuatan dari pasukan Michelia Alba meski keduanya memiliki perbedaan jumlah pasukan yang jauh. Namun, semakin lama durasi peperangan itu terjadi, diiringi dengan semakin pekatnya warna merah yang menyelimuti bulan di atas sana, keadaan berubah drastis. Perbedan kekuatan di antara pihak Erythrina dan pihak Michelia Alba semakin terlihat dengan jelas.

Para gadis yang berada di pihak Michelia Alba mulai mengeluarkan sihir-sihir gelap yang sangat sulit dipatahkan oleh pasukan Erythrina. Para monster Michelia Alba pun jelas tidak bia dibunuh jika tidak menggunakan sihir khusus yang tentu sangat menguras tenaga para gadis Erythrina jika dilakukan secara terus-menerus.

Rosella dan Odette masih bertarung bersisian di garis depan. Saling menghalau puluhan gadis dan monster dari pasukan Micheia Alba yang mencoba melewati mereka.

“Jumlah mereka terlalu banyak. Kita tidak akan bisa menghabisi mereka dengan cara ini. Kita akan kalah,” ucap Odette kepada Rosella.

Rosella melepaskan sihir untuk menghancurkan sesosok monster sebelum membalas kata-kata Odette. “Kita belum kalah. Kita harus terus memperjuangkan Erythrina.”

“Lihatlah! Pasukan kita telah kelelahan bahkan sebelum Michelia Alba terjun ke dalam medan perang. Kita akan kalah!” seru Odette kesal.

“Dan Myristi pun bahkan belum turun ke dalam pertempuran. Kita masih memiliki kesempatan,” balas Rosella tetap optimis.

“Tapi, di mana gadis itu sekarang?” tanya Odette dengan sinis.

Rosella membalikkan tubuh dan menatap Odette dengan tajam. “Bisakah kau---“

Kalimat Rosella terputus. Matanya tiba-tiba saja menatap ke suatu titik di belakang Odete dengan sedikit tidak fokus. Melihat keheningan yang tiba-tiba saja terjadi pada Rosella, Odette pun ikut menoleh untuk melihat apa yang sedang diperhatikan oleh gadis itu.  Dan ketika gadis berambut cokelat bergelombang itu membalikkan tubuh, barulah ia menyadari bahwa sebagian besar dari pertempuran juga terhenti dan menatap ke satu titik yang sama dengan Rosella.

Di kejauhan, dari arah timur Padang Magellanic Iridium, terlihat suatu titik yang semakin mendekat ke arah pertempuran. Odette memicingkan mata untuk dapat melihat benda bergerak itu lebih jelas lagi. Dan gadis berambut bergelombang itu langsung terkesiap begitu menyadari benda bergerak apa yang sedang mendekat ke medan peperangan ini.

Arcturus yang berlari kencang sambil membawa Myristi di atas punggungnya.

Arcturus terus berlari menerobos dan menerjang melewati pasukan monster. Myristi yang duduk di atas punggung  Arcturus mengangkat pedangnya dan tidak mengibaskannya sesenti saja. Karena, semua monster yang dilalui oleh Myristi langsung hancur menjadi debu tanpa mewujud kembali. Gadis berambut pirang itu memancarkan sebuah cahaya kuning terang dari dalam tubuhnya. Cahaya kuning yang memiliki aura kekuatan para leluhur Erythrina. Hal itulah yang membuat Myristi mampu menghancurkan setiap monster yang dilalui, bahkan tanpa menyentuh ataupun melawan mereka.

Myristi melaju terus ke tempat di mana Rosella dan Odette berada. Gadis berambut pirang itu turun dari punggung Arcturus dan melangkah mendekati Rosella juga Odette. Myristi telah lengkap dengan baju zirah yang melindungi tubuhnya. Gadis muda itu menatap dengan cemas ke arah Odette dan Rosella.

“Maaf atas ketidakhadiranku. Semua belum terlambat, bukan?” ujar Myristi dengan suara dan raut wajah yang sarat akan rasa penyesalan.

“Untungnya tidak. Tapi, kau hampir saja sudah membuat kami semua cukup kelelahan, Myristi,” ujar Rosella dengan sedikit bercanda.

Barbie menghela napas dan membalikkan tubuh untuk melihat keadaan perang yang telah kembali berlangsung. “Kalau begitu, mari kita mulai perang yang sesungguhnya.”

Myristi kembali naik ke atas punggung Arcturus dan masuk ke medan tempur. Gadis itu melawan banyak monster dan gadis dari pasukan Michlia Alba. Myristi mengayunkan pedangnya, menebas, dan menangkis seluruh serangan dengan kecekatan yang luar biasa. Gadis muda itu juga mengeluarkan sihir tingkat tinggi yang mampu menghancurkan sepasukan monster dalam sekali waktu tanpa mereka dapat mewujud kembali.

Semua yang baru saja Myristi lakukan ternyata mampu menimbulkan decak kagum dan juga banyak pertanyaan dalam ratusan benak orang yang melihatnya. Rosella, Odette, prajurit Erythrina, dan bahkan pasukan Michelia Alba bertanya-tanya dari mana asal kekuatan baru yang Myristi tunjukkan saat ini. Kekuatan Myristi begitu besar. Aura yang berbeda terpancar begitu saja dari dalam tubuh Myristi. Kemampuan yang ditunjukkan Myristi kepada semua yang ada di Padang Magellanic Iridium malam itu, telah bertambah berkali-kali lipat dari kemampuannya beberapa waktu sebelum ini. Namun, hal itu tetap menjadi suntikan semangat bagi pasukan dari kubu Erythrina.

Michelia Alba yang melihat semua itu pun ikut bertanya-tanya. Wanita itu juga memperhatikan sang gadis sejak Myristi mulai memasuki arena tempur untuk yang pertama kali. Michelia Alba menggerakkan kepalanya dan melihat bahwa gerhana akan segera menuju titik puncaknya. Dan untuk memuaskan rasa penasarannya tentang kekuatan baru Myristi, wanita itu memilih untuk terjun langsung ke pertempuran. Michelia Alba menyerukan seruan perang dan menerjang masuk ke dalam medan perang.

***

30 Desember 2018,

D I L A T A S I

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top