Chapter 23 - Meditasi
Barbie and The Legend of Erythrina
C H A P T E R 23
***
Perempuan berambut pirang itu duduk bersila dengan mata terpejam menghadap ke sebuah patung raksasa yang terbuat dari emas, patung cerminan Ratu Erythrina Cristagalli yang dibuat oleh rakyat Erythrina untuk mengenang sang ratu. Myristi melakukan meditasi dengan kedua telapak tangan yang diletakkan di atas paha. Gadis itu berusaha untuk memfokuskan dan menjernihkan pikirannya agar bisa berkomunikasi juga menangkap suara para roh. Semua itu tidaklah mudah. Butuh usaha yang benar-benar keras dan juga waktu yang cukup lama bagi Myristi untuk membuka batinnya agar bisa menerima kehadiran para roh itu.
Namun, akhirnya Myristi berhasil untuk mengatasi semuanya. Gadis berambut pirang itu berhasil membuat sambungan komunikasi dengan para roh leluhur dan nenek moyang Erythrina. Kini, pikiran dan batin Myristi telah dipenuhi oleh banyak suara yang seperti berebut ingin ia dengarkan. Myristi mengerutkan kening, sedang berusaha mencoba memahami kalimat-kalimat acak yang silih berganti muncul di kepalanya.
***
Hari bergulir dengan sangat cepat. Posisi matahari yang saat ini telah condong ke arah barat membuat semua yang berada di kedua kubu semakin tidak tenang dan gelisah karena alasan dan sebab yang berbeda. Namun, di kubu Erythrina, kegelisahan serta kekhawatiran itu jauh lebih kental dalam menyelimuti mereka. Begitu pekat memenuhi atmosfer.
Di antara perkemahan kubu Erythrina, di dalam salah satu tenda yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan tenda-tenda lainnya di tempat itu, Rosella sedang berjalan bolak-balik dengan gerakan stagnan di depan sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah formasiyang akan menjadi strategi Erythrina dalam perang nanti.
Rosella merapatkan bibir dengan wajah yang kontras sekali terlihat gelisah. Namun, kepalanya yang sejak awal tertunduk mendadak terangkat, gerakan kakinya yang stagnan pun langsung terhenti begitu tirai pada tenda terbuka disusul dengan masuknya seorang gadis berambut cokelat bergelombang ke dalam ruangan itu.
“Bagaimana? Kau sudah mendapatkan kabar tentang keberadaan Myristi?” tanya Rosella dengan cepat.
Odette menggeleng lesu. “Aku beserta beberapa prajurit telah menyusur ke sekitar Padang Magellanic Iridium, namun kami tetap tidak mendapatkan hasil apa pun," lapor Odette.
Rosella menghela napas. “Apakah kau juga menelusuri Hutan Atraax Robustrus?”
Odette kembali menggeleng. “Hutan itu terlalu berbahaya. Kepala Arama Delonix melarang siapa pun untuk masuk ke sana,” jelas Odette.
Rosella mengerutkan kening. “Ke mana gadis itu pergi di saat genting seperti ini?” gumamnya.
“Aku telah memerintahkan beberapa prajurit untuk mencari ke tempat-tempat yang lebih jauh. Tapi, hingga saat ini mereka belum juga kembali. Aku takut kita akan kehabisan waktu jika masih menunggu Myristi sementara pasukan harus segera disiapkan sebelum gelap,” ujar Odette.
Rosella menghela napas dan memejamkan mata sekilas sebelum mengeluarkan sebuah perintah.
“Baiklah. Perintahkan kepada seluruh pasukan agar segera bersiap dan menyusun formasi seperti sebagaimana yang telah direncanakan.”
***
Kau belum berhasil mengontrol pikiranmu sendiri.
Gadis berambut pirang itu mengerutkan kening ketika ia akhirnya berhasil untuk menangkap satu suara yang lebih jelas dari suara lain. Namun, apa yang gadis itu dengar dari suara di pikirannya baru saja benar-benar membuat Myristi tidak mengerti.
Apa maksudmu? Aku sudah berhasil mendengar suaramu? Bagaimana mungkin aku belum berhasil mengontrol pikirnku sendiri?
Myristi mengeluarkan suara di dalam pikirannya sendiri untuk membalas kalimat para roh sebelumnya. Gadis berambut pirang itu tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan balasan selanjutnya.
Kau membiarkan semua roh yang berada di tempat ini masuk dan menguaasai pikiranmu. Kau tidak mengontrolnya.
Kening Myristi semakin berkerut dalam ketika dirinya mendengar balasan roh itu baru saja.
Lalu apa yang harus kulakukan?
Kali ini Myristi tidak langsung menerima jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan. Gadis berambut pirang itu perlu menunggu sebelum suara dari salah satu roh itu akhirnya mucul kembali di dalam pikirannya.
Jernihkan kembali pikiran. Netralkan perasaan. Hilangkan rasa takut yang tersembunyi di dalam sudut terkecil dalam hatimu. Kau tidak perlu menyimpan rasa takut itu.
Kening Myristi tetap berkerut, namun dengan alasan yang berbeda dari yang sebelumnya. Air muka Myristi berubah. Kali ini gadis itu benar-benar menunjukkan rasa takutnya yang nyata. Yang selama ini ia sembunyikan dari semua orang. Myristi menelan ludah sebelum kembali bertanya kepada roh itu dengan keteguhan yang berbeda.
Bagaimana …. Bagaimana kau bisa mengetahuinya?
Aku adalah roh. Bukan lagi sesosok makhluk fana. Aku mengetahui semua yang tersimpan di sudut tergelap di dalam hati manusia. Sekarang, ikuti perintahku tadi. Buang seluruh ketakutanmu. Kita tidak punya banyak waku. Dan aku tidak bisa terus-menerus menahan semua roh ini.
Walaupun apa yang baru saja diminta oleh roh itu adalah hal yang sulit, tetapi Myristi tetap mengikuti roh itu. Ia mencoba membuang semua ketakutan yang ada di dalam hatinya. Gadis muda itu kembali mengingat untuk apa ia melakukan semua hal berbahaya ini. Gadis berambut pirang itu kembali mengingat alasan utama yang membuatnya mampu melewati semua rintangan hingga pada akhirnya ia telah sampai di titik ini.
Myristi kembali mengigat semua yang telah dilewatinya hanya untuk menemukan satu jawaban. Dirinya melakukan semua hal ini, hanya utuk Erythrina, negeri yang sangat ia cintai. Myristi rela mengorbankan apa pun di hidupnya hanya untuk menyelamatkan Erythrina-nya. Karena sejak kecil, ia adalah seorang pejuang bagi Erythrina, yang akan membela negerinya meski harus mempertaruhkan nyawa.
Ketika alasan itu semakin menguat dalam diri Myristi, perlahan sura-suara berisik yang tidak beraturan dari para roh yang sejak tadi masih terus memenuhi isi pikiran dan batin Myristi, kini perlahan menghilang. Myristi berhasil mengontrol pikirannya. Gadis itu membendung semua roh yang ada di tempat itu agar tidak masuk ke dalam pikirnnya, kecuali para leluhur Erythrina.
Myristi menunggu hingga para roh leluhur Erythrina itu berbicara di dalam pikiranya. Hingga akhirnya Myristi bisa mendengar suara itu. Sebuah suara serak muncul pertama kali di dalam pikiran gadis itu.
Aku dan keempat saudaraku adalah pengikut pertama dari Yang Mulia Erythrina Cristagalli. Kami berlima adalah roh paling tua yang menghuni tempat ini. Kami juga yang membantu Yang Mulia Erythrina Cristagalli ketika beliau membangun Erythrina.
Ratu Erythrina Cristagalli menemuiku lewat mimpi dan memerintahkanku utuk datang ke tempat ini. Agar aku bisa berkomunikasi dengan kalian, para roh leluhur Erythrina. Aku memerlukan bantuan kalian.
Kami tahu apa yang kau alami dan apa yang kau inginkan dengan datang ke tempat ini.
Apa yang harus kulakukan untuk memenangkan peperangan dan mengalahkan Michelia Alba?
Wanita itu sangat kuat. Kau tidak akan bisa menang melawannya jika hanya mengandalkan kemampuanmu sendiri. Kau bukan tandingannya. Kau bukan apa-apa bagi wanita iu.
Aku tahu tentang hal itu. Karena alasan itulah aku berada di tempat ini sekarang. karena alasan itulah aku bertanya kepada kalian, apa yang harus kulakukan untuk bisa mengalahkan Michelia Alba?
Tidak ada balasan dari para roh itu. Pikiran Myristi tidak mengeluarkan suara apa pun. Gadis berambut pirang itu baru akan kembali bertanya sebelum pada akhirnya, para roh itu berbicara di dalam pikirannya. Namun, kali ini dengan suara yang berbeda. Suara yang berbicara di pikiran Barbie kali ini lebih halus dan tidak serak seperti tadi.
Ada satu cara yang mungkin bisa membuatmu bisa membendung bahkan mengalahkan wanita itu.
Cara apa itu?
Namun, ini cara yang sangat berbahaya.
Katakan kepadaku, cara apa itu?
Aku dan keempat saudaraku akan memberikanmu separuh dari kekutan kami. Tubuh fanamu harus menampungnya. Dan untuk itu, akan ada konsekuensi yang harus dibayar. Kekuatan ini sangat besar, tubuh fanamu tidak akan sanggup menampungnya untuk waktu yang lama. Dan ketika kau telah mencapai batasnya, kau mungkin akan kehilangan nyawamu.
Dan apa yang baru saja disampaikan oleh roh itu dalam pikirannya, berhasil membuat Myristi larut dalam dilema.
***
Hari telah gelap. Matahari telah sempurna hilang dari langit yang ada di atas Erythrina. Bulan pun semakin meninggi dengan kabut malam yang sesekali menutupinya. Dan gerhana bulan merah yang dinanti-nantikan sejak lama akan segera terjadi.
Seluruh pasukan dari kedua kubu telah berbaris di sisi kanan dan kiri Padang Magellanic Iridium. Mereka telah siap untuk melakukan sebuah pertempuran besar. Di sisi kanan padang itu, monster-monster liar yang menjadi sebagian besar dari pasukan Michelia Alba terus menggeram. Para monster itu menunjukkan gigi-gigi tajam dengan mulut yang terus mengeluarkan air liur berlebihan.
Di barisan terdepan, Michelia Alba menunggang sebuah kuda dengan baju zirah yang telah lengkap melindungi tubuhnya. Mata semerah delima milik wanita itu terus menyisir ke arah barisan pasukan Erythrina. Namun, ia tidak menemukan apa yang sedang dicarinya. Ia tidak melihat Myristi berdiri di antara pasukan Erythrina itu. Di sebelah Michelia Alba, Elena, yang merupakan jenderal utama dari Michelia Alba, juga telah lengkap dengan baju zirah dan menunggangi seekor kuda cokelat. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
“Aku menunggu perintahmu untuk menyerang, Michelia Alba,” ujar Elena.
“Aku belum menemukan gadis itu,” balas Michelia Alba.
“Kita tidak bisa menunggu terus atau waktu yang baik dari gerhana bulan merah itu akan terlewat,” ujar Elena lagi.
Michelia Alba diam tidak membalas.
Sementara itu ….
Di sisi kiri Padang Magellanic Iridium, Rosella dan Odette yang berada di barisan terdepan dari pasukan Erythrina, terlihat semakin tegang. Hingga saat itu, mereka masih belum berhasil menemukan keberadaan Myristi.
“Bagaimana ini? Myristi belum ditemukan. Bagaimana kita akan berperang tanpa dirinya?” tanya Odette cemas.
Odette menatp monster-monster yang berada di kubu pasukan Michelia Alba. Mereka semakin tidak sabar. Dan juga, tidak lama lagi gerhana akan segera dimulai. Mereka tidak punya waktu lagii untuk menunggu Myristi.
“Tidak ada waktu lagi. Michelia Alba tidak akan mengulur waktu karena gerhana bulan merah akan segera tiba. Kita harus menghadapi peperangan, dengan, atau tanpa Myristi,” putus Rosella.
Gadis itu mengarahkan kuda tunggangannya ke depan seluruh pasukan Erythrina dan menatap tajam ke arah kubu Michelia Alba yang mulai bergerak maju. Rosella mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan menyerukan sorakan keras.
“Demi Erythrina!!!”
***
Aku tidak peduli. Jika memang itu satu-satuya cara yang bisa kulakukan untuk mengalahkan Michelia Alba dan menyelamatkan Erythrina, aku akan melakukannya.
Sekali Myristi telah membuat keputusan, maka itulah yang akan teradi. Dan kini Myristi telah membuat keputusannya. Ia akan menerima kekuatan itu, sekalipun nyawa menjdi taruhannya.
Baiklah. Kita akan memulai proses ini. Persiapkan dirimu dengan baik, Gadis Muda. Ingatlah kekuatan besar selalu memiliki batasnya. Jangan lupakan batasmu. Kekuatan ini juga akan membuat pikiranmu mengetahui hal-hal yang mungkin kau sendiri tidak ingin ketahui. Berhati-hatilah.
Aku mengerti.
Myristi mempersiapkan dirinya. Ia meneguhkan batin dan memfokuskan pikiran. Gadis berambut pirang itu dapat merasakan bahwa para roh sudah memulai proses penyaluran kekuatan mereka kepada dirinya. Myristi merasakan sakit yang begitu tidak terkira menguasai seluruh tubuhnya. Napas Myristi mulai tidak terkendali. Kini rasa panas yang sangat mulai menjalari setiap inci dari tubuh Myristi. Bulir-bulir keringat telah berjatuhan dan membasahi wajahnya. Kening Myristi berkerut sangat dalam, gadis itu berusaha menahan dan menekan seluruh rasa sakit.
Hingga akhirnya, Myristi membuka mata dan menarik napas kuat-kuat. Proses penyaluran kekuatan itu telah selesai dilakukan. Tubuh fana Myristi berhasil menampung kekuatan besar yang disalurkan kepadanya, Namun tentu hal tersebut tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Myristi dapat merasakan seluruh organnya seperti baru saja diperbaharui. Rasanya seperti dia baru saja dilahirkan kembali ke dunia ini. Gadis muda itu juga dapat merasakan bahwa kelima indranya kini menjadi tiga kali lebih tajam daripada saat sebelumnya.
Myristi mengedarkan matanya ke seluruh rungan luas itu. Berusaha mencari sisa atau jejak dari para roh pengikut Ratu Erythrina Cristagalli tadi. Namun, begitu Myristi sadar bahwa mereka tidak akan dapat terlihat oleh mata fananya, juga karena komunikasi mereka telah terputus, maka Myristi berhenti mencari.
Gadis berabut pirang itu buru-buru berdiri begitu menyadari bahwa sudah begitu lama waktu yang ia habiskan untuk bermeditasi di dalam kuil ini. Myristi segera berlari ke arah pintu keluar kuil. Begitu tiba di luar, Myristi menggeleng pelan melihat bulan yang sudah mulai berwarna kemerahan.
“Tidak mungkin,” gumam gadis itu pelan.
Myristi menuruni anak tangga kuil dengan cepat dan langsung berlari menyusuri tepi Danau Baruna. Di atas sana, tidak lama lagi, gerhana akan segera terjadi. Gadis berambut pirang itu sangat menyadari bahwa waktunya sudah habis. Namun, ia tetap berlari sekencang mungkin untuk dapat sampai di medan pertempuran apa pun hasilnya nanti. Dan di tengah kegigihan dalam keputusasaan Myristi itulah, alam datang untuk menawarkan bantuan kepada dirinya.
Myristi menghentikan gerakan kakinya dan memicingkan mata kala netra kuning kehijauannya menangkap suatu pergerakan di kejauhan sana. Pergerakan itu semakin mendekat ke arah Myristi dengan gerakan yang pasti. Hingga tidak perlu waktu lama bagi gadis berambut pirang itu untuk melihat bahwa saat ini, Arcturus sedang melaju ke arahnya dengan kecepatan yang sukar untuk diikuti dengan mata telanjang.
***
30 Desember 2018,
D I L A T A S I
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top