Chapter 21 - Anaphalis dan Pertemuan Pertama

Barbie and The Legend of Erythrina

C H A P T E R  21

***

Arcturus membawa Myristi berlari lurus menuju ke arah bangunan Asrama Anaphalis Javanica. Mereka menyeberangi jembatan yang melengkung di atas sungai yang mengalir di depan Anaphalis. Arcturus meringkik, dan ketika itu juga Myristi melihat bahwa pintu gerbang tinggi besar milik Anaphalis terbuka dengan sendirinya.

Kerika Arcturus memasuki halaman depan Anaphalis, ratusan dari penghuni asrama itu langsung menghambur keluar. Kuda jantan hitam itu berhenti dan membiarkan Myristi untuk turun dari atas punggungnya. Tepat ketika seorang wanita tua dengan dua perempuan lain yang mendampingi di sisi kanan dan kirinya terlihat berjalan cepat keluar dari dalam asrama.

"Arcturus," sapa wanita itu sambil membungkuk hormat di depan sang kuda.

Arcturus menganggukkan kepalanya sekali kepada sang wanita sebelum melanjutkan membuka suara untuk memperkenalkan Myristi.

"Gadis ini adalah Myristi, murid Delonix. Dan mulai saat ini dia akan mempelajari semua ilmu yang ada di sini."

"Arcturus," panggil Kepala Asrama Anaphalis dengan bingung. "Permintaanmu adalah hal yang tidak mungkin kami lakukan. Dan kau tahu dengan jelas alasannya."

Arcturus tersenyum dan beralih ke arah Myristi. "Ini giliranmu untuk memberikan penjelasan, Nak."

Myristi menatap sang kepala asrama dan meneguhkan hati. "Nyonya, Erythrina sedang berada dalam ancaman," buka Myristi.

Gadis berambut pirang itu lalu menceritakan semua yang telah dialami dan diketahuinya kepada Kepala Asrama Anaphalis tersebut. Selama mendengar cerita Myristi, kontan saja ekspresi yang wanita itu tunjukkan terus berubah.

"Dia akan kembali. Michelia Alba akan kembali pada gerhana bulan merah yang akan terjadi kurang dari lima belas hari lagi. Aku tidak tahu apakah itu telah benar-benar pasti atau tidak. Tetapi, yang terpenting adalah kita harus mempersiapkan semua yang Erythrina miliki untuk melumpuhkan pemberontak itu," tandas Myristi.

Sang kepala asrama menelan ludah. Myristi dapat merasakan ketegangan yang terpampang jelas di wajahnya saat ini. Beberapa saat dalam keheningan, Arcturus memecahkan situasi itu dengan pamitannya.

"Aku harus pergi. Terima gadis ini dan persiapkan dirinya. Hanya itu satu-satunya cara yang kita miliki sekarang," pesan Arcturus.

Kuda gagah itu telah berbalik dan bersiap berlari untuk pergi meninggalkan halaman depan Anaphalis ketika sang kepala asrama menghentikannya.

"Tunggu, mengapa harus gadis ini? Dia bahkan baru saja berada di tingkat pertama," ujar Kepala Asrama Anaphalis.

Tanpa berbalik, Arcturus menjawab, "Dia yang terpilih. Takdir memilihnya."

Setelah mengatakan hal itu, Arcturus langsung memacu kaki-kakinya untuk benar-benar pergi dari sana. Ketika kuda jantan hitam tunggangan Ratu Erythrina Cristagalli itu sudah tidak tampak di kejauhan. Kepala Asrama Anaphalis mengalihkan pandangan kepada Myristi. Tatapan khawatir, tegang, takut, dan juga kasihan bercampur menjadi satu di raut wajah sepuhnya.

Sang kepala asrama menghela napas sebelum berkata kepada seorang gadis yang berdiri di belakangnya. "Rosella, jaga tamu kita dan pastikan bahwa dia akan mendapat seluruh pelajaran yang telah kau pelajari selama di Anaphalis."

"Baik, Nyonya," jawab gadis bernama Rosella itu.

***

Malam harinya, Rosella membawa Myristi untuk pergi mengunjungi Perpustakaan Erythrina yang berada di pusat kota tidak jauh dari Anaphalis. Awalnya, sang kepala asrama hanya memerintahkan dua orang profesor untuk memberi kabar kepada para dewan pemerintahan bahwa Erythrina sedang terancam. Namun, atas saran dari Rosella, maka jadilah gadis itu dan Myristi berada di keramainan malam di pusat kota

Rosella menuntun Myristi ke sebuah bangunan yang cukup besar. Yang letaknya tidak jauh dengan Gedung Pemerintahan Erythrina tempat mereka berpisah dengan kedua profesor. Myristi mengamati bangunan berwarna putih itu dengan pandangan penuh binar. Di dalam sana, pasti ada ribuan buku yang memuat banyak informasi tentang apa saja.

Rosella melihat mata berbinar milik Myristi dan tersenyum. "Dan, ya, inilah Perpustakaan Erythrina, yang dibangun langsung oleh Ratu Erythrina Cristagalli saat beliau masih hidup. Inilah perpustakaan pertama dan paling tua di Erythrina. Kau bisa menemukan buku apa pun di dalam sana."

Myristi menoleh ke arah Rosella sambil terus berjalan. "Termasuk buku tentang Rigil Kentaurus?" tanya gadis berambut pirang itu dengan antusias.

Rosella mengangkat bahu dengan samar. "Mungkin saja. Tetapi, kurasa kau harus bertanya kepada sang penjaga karena mereka pasti memisahkannya dengan buku-buku lain."

"Baiklah, ayo!" ajak Myristi tidak sabar.

Rosella kembali menuntun Myristi memasuki gedung perpustakaan melewati sebuah pintu besar. Mereka melewati penjaga perpustakaan yang berjaga di dekat pintu masuk lalu menyusuri lorong-lorong panjang yang di kedua sisinya berdiri lemari tinggi yang oenuh dengan buku.

Mata gadis berambut pirang itu semakin berbinar melihat banyaknya informasi yang akan ia dapatkan. Matanya mulai menelusuri judul-judul buku yang ada di rak terdekat dengan cepat.

Baru beberapa menit Myristi mengamati rak tinggi di hadapannya, tiba-tiba saja suara keramaian dari luar sana terdengar oleh indra pendengaran gadis itu. Myristi berbalik ke arah Rosella yang ternyata juga sedang menatapnya ketika suara jeritan terdengar.

"Ada apa?" tanya Myristi curiga.

Rosella menggeleng. "Entahlah," jawabnya.

Tanpa menunggu apa pun lagi Myristi juga Rosella segera berlari dan keluar dari gedung perpustakaan itu. Dan keadaan yang mereka temukan di luar sana sungguh sangat buruk. Sangat berbanding terbalik dengan keadaan ketika mereka menuju gedung perpustakaan tadi.

Orang-orang berlarian menuju arah yang berlawanan dengan gedung pemerintahan yang terdapat persis di tengah kota. Gadis berambut pirang itu menatap heran sekaligus panik melihat para perempuan yang berlari sambil berteriak itu. Ia menoleh ke arah yang mereka hindari, mencoba mencari tahu apa yang menjadi sebab dari kerusuhan itu.

Rosella menangkap seorang perempuan yang hampir saja akan menabrak dirinya karena tidak memperhatikan sekitar. Raut ketakutan tampak jelas di wajahnya. Rosella menahan lengan perempuan itu ketika ia hendak kembali berlari.

"Ada apa?" tanya Rosella. "Apa yang terjadi di sana?"

Perempuan itu mengangkat telunjuknya ke arah ia datang, ke arah pusat kota di mana gedung pemerintahan Erythrina tempat Myristi dan Rosella berpisah dengan para jenderal tadi.

Sontak Myristi dan Rosella melihat ke arah yang ditunjuk oleh perempuan itu dengan kening yang berkerut. Namun, mereka tidak dapat melihat apa pun kecuali orang-orang yang berlarian semakin banyak untuk menghindari daerah itu.

Myristi kembali menatap perempuan itu dan bertanya lebih tegas. "Apa yang terjadi di sana?" tanya Myristi tajam.

Dengan suara bergetar, perempuan itu menjawab. "Erythrina diserang," jawabnya. "Seorang penyihir dengan beberapa pasukannya menyerang dan nembunuh ketujuh dewan tanpa sisa."

Setelah selesai mengatakan itu, Rosella mengendurkan cengkramannya pada lengan perempuan itu sehingga ia dapat kembali berlari. Meninggalkan Myristi dan Rosella dalam ketegangan mereka sendiri.

Myristi melebarkan mata dan menoleh ke arah Rosella dengan cepat. Hanya ada satu nama yang terpikir oleh pikirannya saat ini. Namun, gadis berambut pirang itu sangat berharap bahwa pikirannya kali ini tidak benar.

"Michelia Alba?" bisik Myristibertanya.

"Sebaiknya kita pastikan sendiri," jawab Rosella.

Kedua gadis itu pun langsung berlari melawan arus. Mereka berlari menuju gedung pemerintahan Erythrina tanpa menunggu apa pun lagi. Selama itu, Myristi dapat melihat bahwa ada beberapa titik kebakaran yang terjadi di sekitar sana.

Hingga sampai di depan gedung pemerintahan Erythrina, Myristi menatap ke seluruh sudut yang dalat dijangkau oleh matanya. Kerusuhan telah benar-benar terjadi di sana. Myristi melihat ada beberapa orang dengan tudung hitam yang berdiri di halaman gedung. Pandangan netra kuning kehijauan milik Myristi berhenti ke arah seseorang yang berdiri membelakanginya, postur tubuh yang sangat dikenalnya.

"Elena?" tanya Myristi untuk memastikan dengan suara yang cukup keras.

Perempuan itu berbalik dan ternyata memang Elena. Myristi pun tersenyum dan segera mendekat ke arah gadis itu.

"Mengapa kau bisa ada di sini? Dan …." Myristi menunjuk ke sekitarnya, "Apakah kau tahu apa yang telah terjadi di sini?" tanya Myristi.

Elena menatap Myristidalam diam sebelum akhirnya menampilkan senyum kecil. "Senang bertemu denganmu kembali, Myristi. Namun, kurasa ada yang lebih ingin bertemu denganmu."

Myristi mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Elena mundur beberapa langkah dan bergeser ke samping. Menunjukkan sosok lain yang telah berdiri di belakang Elena sejak tadi membuat Myristi terkesiap. Sosok perempuan dengan rambut hitam panjang dengan gradiasi biru. Sosok perempuan yang saat ini sedang tersenyum dingin. Sosok perempuan yang memakukan netra semerah delimanya tepat ke arah Myristi.

"Halo, Myristika," sapa wanita itu dengan suara dalam.

"Michelia Alba," desisnya.

"Jadi, kaulah gadis yang dikirim Erythrina untuk melawanku dalam Rigil Kentaurus?" tanya Michelia Alba dengan nada lembut yang dingin. "Sayangnya, aku tidak melihat dirimu sebagi ancaman."

Myristi mengabaikan kata-kata Michelia Alba dan terus menatap wanita itu juga Elena secara bergantian. "Apa yang telah kau lakukan di sini? Dan ada apa denganmu, Elena? Mengapa kau berdiri di sana?" tanya Myristi menuntut jawaban.

Michelia Alba bergumam sebelum membalas. "Gadis yang tidak sabar. Kau tahu, Elena, bukankah dia sangat tidak asing?"

Myristi menatap sekilas ke arah Elena yang hanya memandangnya balik tanpa membalas sepatah kata pun. Myristi menatap sekitarnya. Kini, semua orang yang memakai jubah bertudung hitam tadi telah berdiri menghadap ke arahnya dan Rosella.

Myristi mengangkat telapak tangan dan memunculkan sebuah cahaya sihir di atasnya yang siap untuk dilemparkan ke arah Michelia Alba kapan saja.

"Jawab pertanyaanku tadi dengan jelas," tegas Myristi.

"Elena adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki, tentu saja dia berdiri di sisiku saat ini," jawab Michelia Alba.

"Apa maksudmu? Sejak kapan Elena bisa menjadi sahabat—" Myristi menghentikan kalimatnya dan menoleh ke arah Elena dengan cepat. Satu kesadaran merasuki otaknya. "Buku harian biru itu adalah milikmu."

Saat Myristi mengatakan kesimpulannya, Elena tersenyum kecil. "Kesimpulan yang bagus," ujar Elena.

Myristi menggeleng. "Tidak mungkin."

"Elena sendiri yang menginginkan dirinya untuk kembali ke Delonix dan menjadi mata-mata, sehingga itulah yang dilakukannya."

Tanpa membahas apa pun lagi tentang Elena, Myristi mengalihkan topik. "Lalu apa yang kalian lakukan di tempat ini? Kalian hanya pengacau," ujar gadis berambut pirang itu dengan tajam.

Bukannya marah, Michelia Alba tetap terlihat tenang dan terus tersenyum. "Aku membunuh semua Dewan Pemerintahan Erythrina yang tidak berguna itu dan sepertinya teman-temanku sedang ingin bermain dengan api."

"Kau tidak seharusnya di sini. Gerhana bulan merahmu masih akan terjadi dua minggu lagi," balas Myristi sinis.

"Kurasa, aku tidak perlu lagi menjelaskan tentang hal itu, bukan?" tanya Michelia Alba yang tidak membutuhkan jawaban. "Aku akan datang. Aku akan menyerang Erythrina kembali pada saat gerhana bulan merah itu terjadi. Aku kembali. Dan ini, ini hanyalah awal, Myristi."

"Kau terlalu banyak bicara," ujar Rosella tiba-tiba.

Sebelum Myristi sempat melakukan apa pun, Rosella sudah maju sambil mengangkat sebelah tangannya dan melemparkan sebuah bola sihir ke arah Michelia Alba. Wanita itu hanya diam. Namun, Elena di belakangnya segera membuat perisai sihir dan dengan cepat melemparkan sihir balasan yang langsung melumpuhkan Rosella.

"Rosella!"

Myristi mengangkat kedua tangannya dan melepaskan sihir ke arah Michelia Alba tanpa berpikir dua kali. Tetapi, sang penyihir lagi-lagi membuat sebuah perisai tipis dan melepas sihir balasan yang langsung membuat Myristi tidak sadarkan diri seperti Rosella.

***

30 Desember 2018,

D I L A T A S I

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top