Chapter 19 - The Dark Secret of Erythrina's Legend

Barbie and The Legend of Erythrina

C H A P T E R  19

***

Myristi tersentak. Ingatannya tentang pernyataan Odette terhadap Rigil Kentaurus dua bulan yang lalu, membawa tatapan Myristi mengarah pada gadis berambut cokelat yang masih tertidur di ranjang. Tanpa menunggu apa pun, Myristi langsung berdiri dan berjalan ke arah Odette untuk membangunkan gadis itu.

"Odette!" seru Myristi sedikit keras sambil mengguncangkan tubuh gadis itu. "Odette, bangunlah!"

Odette menggeliatkan tubuhnya dan membuka sedikit mata untuk melihat Myristi yang saat itu tengah memandang dirinya dengan air muka yang tidak tergambarkan.

"Kau pernah mengatakan bahwa kau tahu sesuatu tentang Rigil Kentaurus. Kau harus memberitahukannya kepadaku sekarang juga," ujar Myristi dengan tergesa.

Kata Rigil Kentaurus yang diucapkan oleh Myristi ternyata mampu memulihkan seluruh kesadaran Odette. Gadis itu langsung terduduk tegak di atas ranjangnya dan menatap Myristi dengan tajam.

"Apa maksudmu?" tanya Odette.

"Saat kita berusaha memecahkan kunci itu, kau mengatakan bahwa dirimu pernah mendengar kata Rigil Kentaurus. Aku yakin kau pasti mengetahui sesuatu tentang itu. Dan aku ingin kau memberitahuku sekarang, Odette," jawab Myristi sedikit mendesak Odette.

Gadis berambut cokelat itu membuang pandangan ke arah lain. "Aku tidak mengingatnya. Kau salah dengar," kilah Odette.

Myristi menggeleng cepat. "Tidak mungkin. Aku mendengarnya dengan jelas bahwa kau mengatakan hal itu," sanggah Myristi.

Dengan masih tidak menatap Myristi, Odette pun membalas. "Berhentilah menyudutkanku untuk memberitahumu karena aku memang tidak pernah mengatakan apa pun," balas Odette tajam.

Myristi mengerutkan kening kesal. "Kau bohong," desis Myristi. "Kau mengatakan hal itu dengan tidak menatapku. Mengapa kau tidak mengakuinya dan terus berkilah? Apa sulitnya bagimu untuk memberitahuku tentang Rigil Kentaurus itu?"

Pertanyaan dan kata-kata Myristi baru saja ternyata berhasil menyulut emosi lain dalam diri Odette. Gadis berambut cokelat itu turun dari ranjang dan berdiri di depan Myristi. Ia menatap teman sekamarnya itu dengan tatapan tajam yang sulit untuk dijelaskan.

"Apa yang ingin kau ketahui?" seru Odette. "Apa kau ingin mengetahui bahwa Rigil Kentaurus adalah sebuah perang paling gelap yang pernah terjadi di Eryhtrina? Apa kau ingin mengetahui bahwa Rigil Kentaurus telah menyebabkan banyak korban yang bahkan masih berdampak hingga hari ini? Apa yang ingin kau ketahui, hah? Aku-aku tidak mengerti dirimu, Myristi."

Odette membuka mulutnya seperti akan memuntahkan kalimat-kalimat lain. Namun, gadis itu menggeleng dan kembali merapatkan bibir. Odette dengan cepat berlari ke arah pintu kamar untuk pergi dari tempat itu.

Sementara Myristi, gadis berambut pirang itu hanya terdiam dengan kening yang berkerut kesal sekaligus bingung dengan reaksi yang ditunjukkan Odette. Dirinya hanya bertanya, namun mengapa reaksi yang diberikan gadis itu sedemikian buruk? Myristi masih tidak membalikkan tubuh hingga terdengar suara keras dari bantingan pintu di belakangnya. Myristi mendesah.

Ada hal lain yang lebih utama saat ini, Odette, batin Myristi.

Gadis itu membuka buku kecil bersampul biru di tangannya dan kembali menelusuri beberapa bagian yang membuatnya menjadi tidak tenang.

Perempuan ambisius itu suka mencari fakta-fakta tentang penyihir.

Myristi segera berlari ke arah di mana buku-bukunya tertumpuk. Gadis berambut pirang itu menarik satu buku tebal dari tumpukan itu dan membukanya. Jari-jari Myristi terus bermain untuk membalik halaman, menyusuri satu per satu kata, dan membalik halaman lagi. Hingga akhirnya pekikan kecil keluar dari mulut Myristi ketika ia menemukan apa yang sedang dicari.

Myristi menemukan fakta itu. Fakta tentang keterkaitan penyihir dengan bulan. Bahwa kekuatan seorang penyihir akan semakin menguat ketika gerhana bulan merah terjadi. Namun, sayangnya, gerhana bulan merah hanya terjadi satu kali setiap kurun waktu satu abad.

"Jadi itu alasannya mengapa perempuan itu suka mengamati bulan di malam hari?" gumam Barbie sambil mengerutkan kening. "Tapi … kapan gerhana bulan merah itu terjadi pada abad ini?" lanjut gadis itu.

Myristi kembali menarik buku lain dari tumpukan. Kali ini, gadis berambut pirang itu menarik keluar buku yang memuat tentang sejarah Erythrina. Myristi kembali membalik halaman dengan cepat dan melarikan mata dengan teliti.

Hingga ketika gadis itu akhirnya menemukan tentang lembaran yang mendata tentang saat-saat terjadinya gerhana bulan merah selama beberapa abad terakhir, Myristi hampir tidak bisa memercayai apa yang telah ditemukannya.

"Tidak mungkin," gumam Myristi.

Pikirannya dengan cepat memproses semua yang baru saja gadis itu temukan. Seketika itu juga Myristi langsung melupakan rencananya untuk melarikan diri dari Delonix. Kini, ada hal yang lebih penting dari itu untuk Myristi lakukan. Jika dugaan Myristi tidak meleset, maka saat ini Erythrina sedang dalam bahaya.

Dengan cepat Myristi merapikan tumpukan bukunya dan bangkit berdiri. Ia berlari menuju pintu kamar dan segera keluar dari sana untuk menuju ruang kepala asrama Delonix. Myristi sudah memutuskan langkah selanjutnya yang akan diambil gadis itu. Ia akan memberitahukan kepala asrama.

Gadis berambut pirang itu mengetuk pintu ruangan kepala asrama dan langsung memasukinya setelah mendapatkan izin.

Sang kepala asrama menghela napasnya ketika melihat bahwa yang baru saja mengetuk pintu ruangannya adalah Myristi. Wanita tua itu tahu bahwa gadis berambut pirang itu akan kembali membahas hal yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Karena, Myristi sangat jarang—bahkan hampir tidak pernah—mengunjunginya ke ruangan ini jika bukan karena sesuatu hal yang penting menyangkut keinginan gadis itu untuk keluar dari Delonix.

"Halo, Myristi," sapa sang kepala asrama. "Kali ini, apa lagi yang ingin kau katakan untuk kembali membujukku?"

Myristi mengerutkan kening karena sesikit kesal dengan sambutan yang diberikan oleh Kepala Asrama Delonix itu. Namun, gadis berambut pirang itu mengabaikannya. "Maaf, jika aku mengganggu Anda, Nyonya. Tetapi, ada hal penting yang harus kutanyakan kepada Anda," ujar Myristi tanpa basa-basi.

Sang kepala asrama menundukkan kepala untuk kembali melanjutkan pekerjaan yang sempat terhenti karena ketukan Myristi. Namun, wanita tua itu tetap mempersilakan Myristi untuk bicara. "Katakanlah. Apa yang ingin kau tanyakan padaku?"

Myristi memejamkan matanya sebentar sebelum mengutarakan tujuannya dalam satu tarikan napas. "Aku ingin Anda memberitahukan kepadaku tentang Pemberontakan Rigil Kentaurus dan siapa Michelia Alba?"

Gerakan tangan sang kepala asrama yang sedang menuliskan sesuatu di atas perkamen, kini benar-benar terhenti karena dua hentakan keras yang baru saja dilontarkan oleh Myristi.

"Anda tidak perlu bertanya tentang apa yang kumaksud. Karena aku yakin Anda pasti mengerti dengan jelas dengan pertanyaanku baru saja," ujar Myristi sebelum Kepala Asrama Delonix itu memberikan reaksi.

Sang kepala asrama meletakkan bulu di tangannya dengan sangat hati-hati. Dahinya yang telah penuh dengan kerutan, kini bertambah menjadi berkali-kali lipat. Wanita tua itu menghela napas dan mengangkat wajahnya untuk menatap Myristi.

"Dari mana kau mengetahui kedua hal itu?" tanya Kepala Asrama Delonix itu dengan pelan, namun tajam.

"Aku …." Myristi belum mampu untuk memberitahukan kepada siapa pun tentang buku tipis bersampul biru itu. Hingga ia memutuskan untuk tidak mengatakan yang sesungguhnya. "Kedua hal itu muncul dalam mimpiku tadi malam. Aku merasa perlu untuk mengetahuinya. Dan melihat reaksi Anda baru saja, aku menjadu semakin yakin bahwa Anda adalah orang yang paling tepat untuk kutanyai tentang hal itu."

Sang kepala asrama berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah jendela besar yang terdapat di ruangan itu. Beliau menjatuhkan tatapan ke suatu titik di luar sana dengan pikiran yang tetap menerawang. Sementara Myristi masih berdiri di belakangnya demi menanti sebuah jawaban.

“Rigil Kentaurus adalah satu-satunya perang yang paling bersejarah di Erythrina. Dalam sebuah perang, kita seharusnya melakukan hal itu untuk membela dan semakin menyejahterakan nama Erythrina. Tetapi, dalam Rigil Kentaurus … mereka melakukan sebuah perang untuk melawan serta menghancurkan bangsa dan saudara sendiri,” buka sang kepala asrama.

Myristi berjalan mendekat hingga dirinya saat ini berada persis di belakang sang kepala asama. “Sebuah perang yang dilakukan untuk menghancurkan bangsa dan saudara sendiri? Maksud Anda, Rigil Kentaurus terjadi untuk menghancurkan Erythrina dari dalam?” tanya Myristi.

Kepala Asrama Delonix itu mengangguk. “Dulu, keadaan Erythrina tidak seperti ini. Negeri ini dipenuhi dengan keharmonisan, bukan kewaspadaan. Anaphalis Javanica dan Delonix Regia, dua asrama yang menjadi akar paling kuat bagi Erythrina, saat itu masih hidup dalam persahabatan yang erat. Keduanya begitu tersohor hingga ke seluruh penjuru negeri. Saling berbagi ilmu. Membahu dan merangkul dalam menghadapi masalah. Dan di beberapa kesempatan, kedua asrama tersebut bahkan melakukan pertukaran pelajar.”

“Apakah Anda baru saja mengatakan bahwa untuk belajar di kedua asrama, sebenarnya adalaha hal yang tidak mustahil dan memang lazim dilakukan?” sambar Myristi dengan tajam.

Sang kepala asrama bergeming, masih menatap ke luar jendela. “Itu dulu, sebelum Pemberontakan Rigil Kentaurus terjadi. Itu dulu, sebelum seorang perempuan yang berasal dari salah satu sudut negeri hadir dan membuktikan bahwa apa yang telah kedua asrama terapkan selama ini, merupakan suatu kesalahan. Dan itu hanya terjadi beberapa tahun setelah Ratu Erythrina Cristagalli telah tiada."

Kepala Asrama Delonix itu menghela napas sebelum kembali melanjutkan cerita dengan menyebutkan sebuah nama yang tidak pernah hilang dari pikirannya. “Michelia Alba …. Dia adalah satu dari segelintir gadis yang berhasil masuk dan lulus dari kedua asrama. Bertahun-tahun Michelia Alba lewati untuk mempelajari semua hal dari Anaphalis dan Delonix. Sihir penyembuh dan sihir penangkal, strategi dan kebijakan, serta kekuatan dan kecerdasan, telah menjadikannya sebagai seorang penyihir muda terkuat sekaligus putri yang sempurna pada masanya.”

Myristi menatap sang kepala asrama dengan tatapan tidak mengerti meskipun wanita itu sudah pasti tidak dapat melihatnya. “Jika mempelajari ilmu dari kedua asrama memang dapat membentuk putri-putri yang sempurna untuk kepentingan Erythrina, lalu di mana letak kesalahannya?” tanya Myristi.

Sang kepala asrama memejamkan mata sekilas. “Itulah yang luput kau sadari, Myristi. Bahwa kesempurnaan adalah hal yang semu. Tidak ada satu pun makhluk yang sempurna di dunia ini. Dan memang, semua ilmu yang dipelajari dari kedua asrama akan sangat baik bagi kepentingan dan perkembangan Erythrina jika digunakan dengan benar. Tetapi, bagaimana jika yang terjadi adalah yang sebaliknya? Bagaimana jika semua ilmu itu digunakan untuk melawan Eryhtrina? Yang terjadi adalah, mungkin Erythrina akan hancur.”

“Apa yang terjadi?” tanya Myristi penasaran.

Kepala Asrama Delonix itu tersenyum. “Pikiran untuk menguasai Erythrina muncul dalam diri Michelia Alba seiring dengan semakin dalamnya ilmu yang perempuan itu miliki. Keinginan untuk menguasai seluruh negeri dan mengubah Erythrina menjadi Michelia Alba pun semakin dalam. Michelia Alba mengumpulkan pengikut dan melakukan pemberontakan, yang di kemudian hari dikenal dengan Pemberontakan Rigil Kentaurus. Perempuan itu menyatakan perangnya terhadap Erythrina dengan membunuh Kepala Asrama Anaphalis.”

Myristi terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. “Lalu apa yang terjadi?” tanya gadis berambut pirang itu.

“Pemberontakan Michelia Alba saat itu berhasil dibendung. Salah seorang putri terkuat dari Anaphalis yang rela mengorbankan nyawanya berhasil menghentikan gerakan Michelia Alba dan membuat perempuan itu menjadi sekarat, hingga dia harus menghentikan serangan serta menarik mundur pasukan. Sejak hari berdarah itu, Michelia Alba menghilang. Sudah berabad-abad perempuan itu tidak pernah memunculkan dirinya sekali saja. Tetapi, siapa pun yang mengetahui tentang sejarah Peristiwa Rigil Ketaurus itu, tahu dengan pasti bahwa Michelia Alba belum mati. Dia hanya sekarat. Michelia Alba tidak akan dapat dibunuh semudah itu, meskipun Erythrina telah mengorbankan nyawa putri Anaphalis terkuatnya. Michelia Alba masih hidup, entah di mana. Beberapa dari para anggota dewan terdahulu meyakini bahwa pemberontakan itu belum usai. Michelia Alba akan kembali. Namun, kapan perempuan itu kembali, tidak ada yang dapat memastikannya.”

Tak ada balasan dari Myristi. Sang kepala asrama menghela napas dan memutar tubuh sehingga kini ia berdiri berhadapan dengan gadis berambut pirang itu. “Dan yang sangat kusesali adalah fakta bahwa sebagian besar dari pengikut Michelia Alba adalah para putri Delonix. Hal yang membuat Delonix hingga saat ini, dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Hal yang membuat rakyat berpikir bahwa Delonix hanya akan menghasilkan jiwa-jiwa pemberontak bagi Erythrina. Hal yang akhirnya membuat rakyat Erythrina menyebarkan rumor buruk agar tak satu pun dari anak cucu mereka ingin masuk ke Delonix,” tutup Kepala Asrama Delonix itu.

Myristi terdiam dengan kening yang berkerut. Kepalanya berpikir keras untuk mencerna semua hal yang baru saja diterimanya. Dan ketika itu, barulah gadis itu mengingat maksud dan tujuan utamanya menemui sang kepala asrama.

“Nyonya, aku tahu kapan Michelia Alba akan kembali. Dia akan melakukan pemberontakan selanjutnya, Rigil Kentaurus II, pada malam di mana gerhana bulan merah akan berlangsung. Itu adalah malam di mana para penyihir akan berada di puncak kekuatan terbesar mereka. Yang membuat semuanya semakin memburuk adalah, bahwa gerhana bulan merah itu akan terjadi tidak lama lagi. Itu akan terjadi pada tanggal 30 Spica. Yang berarti lima belas hari lagi dari sekarang. Dan tahun ini, adalah tepat 666 tahun sejak Michelia Alba menghilang. Dan yang seperti sudah seharusnya Anda ketahui adalah bahwa angka 666 adalah angka yang paling keramat bagi para penyihir ilmu hitam,” ujar Myristi memberitahukan semua yang telah diketahuinya kepada sang kepala asrama.

Kepala Asrama Delonix itu terdiam. “Bagaimana kau bisa mengetahui semua itu?”

Myristi mengalihkan pandang sebentar dan baru akan membuka mulut untuk kembali mengatakan bahwa ia mengetahui semuanya dari mimpi sebelum pintu ruangan sang kepala asrama tiba-tiba menjeblak terbuka dengan suasar keras. Yang mana berhasil menyedot perhatian kedua orang yang sedang terlibat perbincangan serius. Dan di depan pintu itu, berdirilah sesosok gadis dengan wajah pucat pasi dan peluh yang sudah membasahi seluruh wajah.

“Maaf telah menggangu  Anda, Nyonya. Tetapi, ada hal penting yang harus Anda tahu. Arcturus … saat ini tengah berada di halaman sebelah timur Delonix dan menimbulkan kegemparan di antara para murid,” berita Elena.

Air muka sang kepala asrama segera berubah ketika mendengar hal itu. Myristi menatap Kepala Asrama Delonix dan Elena bergantin dengan bingung.

“Siapa Arcturus?” tanya Myristi heran.

Kepala Asrama Delonix itu tidak menjawab. Beliau hanya mengangkat tangannya untuk menunjuk ke arah sebuah lukisan besar yag tergantung pada dinding di atas pintu masuk ruangan. Sebuah lukisan yang menggambarkan seorang perempuan berpakaian baju zirah lengkap yang sedang menunggangi seekor kuda hitam jantan.

***

29 Desember 2018,

D I L A T A S I

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top