Chapter 12 - Hutan Atraax Robustrus

Barbie and The Legend of Erythrina

C H A P T E R  12

***

Siang itu, semua murid yang ada di Kelas Alam Liar yang sebentar lagi akan mengikuti penjelajahan di area terluar dari Hutan Atraax Robustrus, telah berkumpul di halaman samping Asrama Delonix. Para Anak Tingkat Enam yang juga menjadi pendamping dalam kegiatan kali itu pun telah ada di sana. Namun, tidak semua murid di Kelas Alam Liar mendapatkan pendamping. Membuat mereka tidak akan mendapatkan izin untuk bisa masuk ke hutan terlarang itu.

Seperti Myristi dan Odette. Myristi memang berhasil mendapatkan Elena sebagai pendampingnya hari ini. Tetapi, Odette tidak mendapatkan pendamping. Gadis berambut cokelat bergelombang itu bahkan tidak mencoba meminta satu pun Anak Tingkat Enam untuk mendampinginya. Karena sejak awal Odette memang tidak ingin memasuki apalagi menjelajah di hutan terlarang itu.

Selama sepuluh hari terakhir, Myristi benar-benar menghabiskan waktunya untuk menghafal jalan-jalan, rute-rute, dan juga bagian-bagian yang ada di Hutan Atraax Robustrus itu melealui peta yang ditemukannya di perpustakaan. Myristi juga sering melewatkan waktu makannya hanya untuk membaca dan memahami buku-buku yang memuat informasi tentang hutan terlarang itu. Dan kini, Myristi telah menyimpan informasi rinci tentang hutan itu di ingatannya. Gadis berambut pirang itu juga telah mengingat garis-garis serta batas dan area Hutan Atraax Robustrus yang dilihatnya berkali-kali lewat peta.

Dari bangunan asrama, Profesor Adrianna terlihat sedang berjalan menuju ke halaman Delonix. Melihat kehadiran sang profesor, semua murid Kelas Alam Liar dan juga para pendamping langsung menghentikan perbincangan dan memberikan perhatian mereka pada Profesor Adrianna.

"Semua murid Tingkat Satu beserta para pendamping dari Tingkat Enam, berkumpul dan mendekatlah. Aku akan memberikan pengarahan kepada kalian semua," perintah Profesor Adrianna kepada semua murid yang sudah berkumpul di halaman sebelah timur Delonix.

Profesor Adrianna melambaikan telapak tangannya ke udara, yang membuat butiran-butiran debu emas langsung beterbangan di depan wanita itu. Debu-debu emas itu kemudian bergerak dan bersatu hingga menampakkan suatu bentuk. Dan kali ini, debu-debu emas itu menunjukkan bentuk dari Hutan Atraax Robustrus.

"Hari ini, aku akan membebaskan kalian para murid yang berhasil mendapatkan pendamping dari Tingkat Enam. Kalian akan kubebaskan untuk menjelajahi area terluar dari Hutan Atraax Robustrus yang telah dinyatakan aman," buka sang profesor.

Debu-debu emas yang ada di hadapannya kini berubah menjadi sebuah bentuk yang sudah sangat Myristi hafal. Bentuk peta Hutan Atraax Robustrus. Namun, debu-debu emas itu hanya menunjukkan area hutan yang paling luar, bukan peta seluruh hutan.

"Dan untuk kalian Anak Tingkat Enam yang telah terpilih menjadi pendamping, tugas kalian adalah menjaga Anak Tingkat Satu yang kalian dampingi agar mereka tidak melewati batas area aman dan masuk semakin dalam ke hutan terlarang itu. Kalian harus memastikan bahwa mereka masih terus berada di dalam batas yang aman," lanjut Profesor Adrianna.

Profesor Adrianna kembali melambaikan telapak tangannya, membuat debu-debu emas yang tadinya sedang membentum peta dari bagian terluar Hutan Atraax Robustrus, mulai berhamburan dan kembali membentuk sesuatu yang lain. Kini debu-debu emas itu membentuk sebuah kotak kayu yang sisi-sisinya telah diukir.

"Aku telah menempatkan beberapa kotak kayu seperti yang kalian lihat ini di dalam hutan terlarang itu. Tugas kalian adalah mengumpulkan dan membawa kotak itu kepadaku sebanyak-banyaknya. Aku telah menempatkan kotak-kotak kayu itu secara acak di area terluar hutan. Kotak-kotak kayu tersebut, masing-masing telah diisi dengan sebuah mantra sihir milik Profesor Katrina yang dapat dimiliki dan dipelajari oleh siapa saja dari kalian yang berhasil menemukannya. Jadi, semakin banyak kotak-kotak kayu yang bisa kalian temukan dan dapatkan, maka akan semakin banyak pula ilmu baru yang dapat kalian pelajari," jelas sang profesor.

"Bersiaplah para murid dan pendampingnya, aku akan segera memulai penjelajahan ini. Untuk para murid yang tidak memiliki pendamping, segeralah memisahkan diri dan berkumpul di belakangku," perintah Profesor Adrianna. "Ketika kalian mendengar suara lonceng yang didentangkan, maka mulailah masuk ke dalam hutan itu."

Myristi mengamati batas antara halaman timur Delonix dengan Hutan Atraax Robustrus itu. Matanya tidak pernah berhenti untuk menatap hutan yang terlihat gelap dari tempatnya berdiri, padahal hari masih sangat terang.

Tidak perlu menunggu waktu lama, akhirnya para murid mendengar suara dentangan lonceng itu. Mereka semua langsung melangkah memasuki hutan terlarang itu dan mulai berpencar. Ketika Myristi mulai memasuki hutan itu, ia melihat bahwa hutan itu memang gelap karena cahaya matahari yang masuk, terhalang oleh lebatnya pohon.

"Elena, kurasa kita harus mulai dari sebelah selatan," ujar Myristi menyatakan pendapatnya.

Elena melihat ke arah selatan dan mengangguk. "Semua keputusan ada di tanganmu, Myristi. Aku hanya bertugas mendampingi dan menjagamu agar tidak melewati batas aman," balas Elena sambil tersenyum.

"Baiklah, ayo ke sana."

Myristi dan Odette memulai penjelajahan mereka dari arah selatan Hutan Atraax Robustrus. Myristi terus mengamati hutan untuk menyesuaikan keadaan yang sebenarnya dengan yang telah dihafalnya lewat peta. Dan ketika akhirnya Myristi telah dapat menyesuaikan beberapa bagian, gadis berambut pirang itu tersenyum.

Sejak awal, hanya mengingat dan mengenal setiap jalan, jalur, serta rute dan area-area yang ada di hutan terlaranglah yang menjadi tujuan Myristi mengikuti kegiatan Kelas Alam Liar kali ini. Gadis bernetra kuning kehijauan itu sama sekali tidak berniat untuk mencari kotak-kotak kayu berisi mantra yang telah disebar. Myristi hanya mengganggap hal itu sebagai bonus jika ia menemukannya secara tidak sengaja. Tanpa sepengetahuan Elena, sedikit demi sedikit Myristi juga telah mengetahui batas dari area terluar Hutan Atraax Robustrus.

"Berhenti Myristi, kau akan melewati batas area terluar lagi," ujar Elena menahan Myristi yang baru ingin melangkah masuk lebih jauh ke dalam hutan.

"Oh, aku tidak mengetahuinya," balas Myristi.

Beberapa kali Myristi sudah melakukan hal yang sama. Beberapa kali Myristi sudah berpura-pura tidak tahu dan mencoba melewati batas area terluar itu. Namun, berkali-kali juga Elena berhasil menahan dan menggagalkan usaha Myristi untuk melewati batas. Pada usahanya yang kelima dan tetap gagal, Myristi pun menyerah. Ia dan Elena kembali melanjutkan penjelajahan mereka karena waktu yang terus berjalan.

Di tengah penjelajahan menuju bagian utara hutan, Elena tiba-tiba menghentikan langkah dan meringis sambil memegangi kakinya. Myristi yang melihat hal itu pun ikut berhenti dan menatap khawatir ke arah Elena yang sekarang sedang berjongkok dan memeriksa kakinya.

"Ada apa?" tanya Myristi khawatir.

Elena mengangkat kepala dan menatap Myristi. "Kakiku terluka. Sepertinya karena tersangkut semak berduri saat perjalanan tadi," jawab Elena lalu kembali meringis. Myristi langsung membantu gadis bernetra amber itu duduk di batu besar yang ada di dekat mereka. "Kau bisa memberikan waktu untuk mengobati lukaku?" tanya Elena.

Myristi menatap Elena dengan pandangan cemas. "Kupikir kau harus kembali ke asrama sekarang, Elena. Agar kau bisa mengobati lukamu di sana. Kau tidak perlu melanjutkan penjelajahan ini," saran Myristi.

Elena mengerutkan kening menatap Myristi bingung. "Lalu bagaimana denganmu? Kau juga akan berhenti? Tapi kau bahkan belum menemukan satu kotak pun," cecar Elena.

Myristi menghela napasnya dan tersenyum. "Kau harus memercayaiku, Elena. Aku akan melanjutkan penjelajahanku tanpamu. Aku ingin sekali menemukan satu kotak mantra saja. Setelah itu, aku pasti akan segera kembali ke asrama," ucap Myristi mencoba membujuk Elena.

"Tapi, bagaimana jika kau melewati batas area terluar?" tanya Elena ragu.

"Karenamu, sekarang aku telah mengetahui batas dari area terluar. Aku akan berhati-hati. Percayalah. Aku akan kembali sebelum gelap," ujar Myristi, masih terus berusaha membuat Elena percaya kepadanya.

Elena mengerutkan kening, kemudian gadis itu menghela napas. "Baiklah. Aku akan kembali ke asrama. Jaga dirimu baik-baik dan kembalilah sebelum gelap," pesan Elena.

"Baik," balas Myristi.

Elena berdiri dan mulai berjalan menjauh dari posisi Myristi. Myristi terus menatap kepergian Elena hingga Anak Tingkat Enam itu menghilang di balik pepohonan. Myristi pun kembali melanjutkan penjelajahannya. Diam-diam, Myristi merasa beruntung karena dengan kembalinya Elena ke Delonix, maka ia bisa lebih bebas untuk pergi ke area mana pun yang ia inginkan.

Dan tentu saja semua berjalan tidaklah sama seperti apa yang telah dijanjikan Myristi kepada Elena. Myristi tidak menjaga dirinya tetap dalam batas area terluar yang aman seperti apa yang dikatakannya kepada Elena. Gadis berambut pirang itu, dengan rasa penasaran yang sangat besar yang telah dipendamnya sejak tadi, kini telah melangkah melewati batas tersebut.

Myristi terus masuk semakin ke dalam Hutan Atraax Robustrus itu. Gadis itu terus berjalan sambil kembali menyesuaikan hutan dengan peta yang telah dihafalnya. Myristi merasa sudah berjalan di jalur yang benar seperti yang sudah diingatnya. Namun, begitu dirinya sampai di tengah hutan terlarang itu, Myristi tersesat.

Gadis berambut pirang itu menenangkan diri dan kembali mengingat dengan keras apa yang telah dihafalkannya lewat peta. Berbekal hal itu, Myristi pun kembali berjalan untuk mencoba mencari jalan keluar dari tengah hutan agar dapat kembali ke batas area terluar.

Hari sudah menggelap dengan sempurna ketika Myristi masih berputar-putar di rute yang sama. Gadis itu merasa bahwa dirinya telah mengitari jalur yang sebanyak tiga kali. Hingga tiba di suatu titik, Myristi memutuskan untuk beristirahat sebentar.

Myristi menarik napas dengan berulang-ulang kali dengan cepat. Dan ketika itulah ia menghirup sesuatu yang sangat harum. Gadis berambut pirang itu mengerutkan kening dan langsung berpikir keras. Ia mencoba kembali menghirup udara dan ternyata sesuatu yang harum itu semakin terasa pekat hingga dapat memikat. Barbie memutar pandangan ke seluruh penjuru, namun ia tidak menemukan apa yang ingin dilihatnya. Sekali lagi, Myristi menarik udara ke dalam paru-parunya. Dan ketika bau harum itu masih terendus, di saat itulah Myristi merasa yakin.

"Pohon Chlamydomonas ...," gumam Myristi.

***

29 Desember 2018,

D I L A T A S I

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top