Chapter 11 - Bagian Terlarang di Perpustakaan
Barbie and The Legend of Erythrina
C H A P T E R 11
***
"Hutan Atraax Robustrus itu. Aku ingin mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang hutan itu dari buku-buku yang ada di perpustakaan. Karena kupikir, hal itu nantinya akan sangat berguna untuk rencanaku," jawab Myristi.
"Perlu kutemani?" tanya Odette.
Myristi menggeleng. "Tidak perlu. Jika nanti ada perkembangan, aku akan segera memberitahukannya kepadamu. Lagipula setelah waktu makan siang jadwal kelas kita tidak sama. Jadi, kita bertemu lagi nanti malam."
"Baiklah."
"Aku pergi," pamit Myristi dan mulai melangkah menjauhi Odette.
Myristi hanya berjalan melalui beberapa lorong sebelum akhirnya melihat pintu masuk pepustakaan. Posisi perpustakaan Delonix memang tidak jauh dari tempatnya berpisah dengan Odette tadi. Myristi masuk ke dalam perpustakaan dan menolehkan kepalanya ke kanan. Gadis berambut pirang itu menemukan seorang wanita tua yang merupakan penjaga perpustakaan sedang terlelap di balik mejanya. Myristi yang memang sudah sering melihat kebiasaan sang penjaga perpustakaan itu sejak beberapa bulan ini, hanya membiarkan saja penjaga perpustakaan itu tertidur tanpa berniat untuk membangunkannya.
Myristi terus berjalan masuk hingga dirinya terapit oleh rak-rak tinggi menjulang yang seluruhnya telah penuh oleh ribuan buku. Mata Myristi menilik dan setiap rak yang dilewatinya dengan tajam. Hingga akhirnya ketika Myristi telah sampai di tengah-tengah perpustakaan Delonix, gadis dengan netra kuning kehijauan itu mengangkat sebelah telapak tangannya, mengarahkan telapak itu ke depan, dan mengucapkan nama hutan terlarang itu yang langsung dilanjutkan oleh sebuah mantra.
"Hutan Atraax Robustrus vacidipus girganium."
Telapak tangan Myristi mulai bercahaya dan masih terus seperti itu. Sementara mata Myristi juga masih menatap rak tinggi besar berisi banyak buku yang ada di kanan dan kirinya. Gadis berambut pirang itu seperti sedang menunggu sesuatu. Dan benar saja, beberapa saat kemudian dua buah buku tipis melayang mendekat ke arah Myristi. Saat kedua buku itu sampai di depannya, Myristi langsung menurunkan telapak tangannya yang bercahaya dan menangkap buku-buku terbang itu.
Ketika tangan Myristi menyentuh dan merasakan betapa tipis buku yang diberikan oleh sang mantra kepadanya, Myristi langsung melenguh. "Buku yang tipis lagi?" gerutu gadis muda itu.
Myristi membalik kedua buku itu dan melihat judulnya, Rahasia Atraax Robustrus dan yang satunya adalah Asal Mula Hutan Atraax Robustrus. Namun, keduanya tetap membuat Myristi menekuk wajah karena tidak ada yang sesuai dengan keinginannya.
"Bagaimana mungkin aku bisa mengumpulkan banyak informasi jika mantra itu hanya memberikanku dua buku ini seperti ini," gerung Myristi frustrasi. "Mantra bodoh itu tidak memberikanku pilihan lain, sepertinya aku memang harus mencari buku lain tanpa bantuannya."
Pada akhirnya, Myristi mencari sendiri buku-buku yang memuat tentang informasi Hutan Atraax Robustrus tanpa menggunakan sihir. Myristi memeriksa beberapa rak yang dilaluinya dengan cepat. Mata Myristi terus menilik dengan cermat judul-judul dari ribuan buku yang dilihatnya. Myristi terus masuk semakin dalam ke belakang ruang perpustakaan itu. Gadis berambut pirang itu berpindah dari satu rak ke rak yang lain. Bergantian untuk memilah judul-judul buku dari rak di sisi kanan ke rak di sisi kiri. Myristi terus seperti itu untuk waktu yang tidak sebentar. Pencarian buku tanpa menggunakan sihir apa pun memang akan menghabiskan waktu yang lama.
Bahkan untuk mencari buku tentang Hutan Atraax Robustrus tanpa menggunakan sihir, Myristi telah melewatkan kelas sorenya. Myristi hanya berdecak dan menghela napas ketika ia melihat melalui jendela besar yang dilewatinya di perpustakaan, saat ini telah menunjukkan keadaan langit yang hampir gelap. Yang berarti bahwa malam akan segera datang.
Menyadari hal itu, Myristi langsung kembali melanjutkan pencariannya. Gadis muda itu semakin cepat melihat, mencermati, dan akhirnya mengambil buku-buku yang ia rasa akan memberikannya banyak informasi yang dibutuhkan. Dan ketika akhirnya gadis itu telah mencapai ujung rak buku di bagian belakang perpustakaan, tangannya telah membawa empat buku tentang Hutan Atraax Robustrus.
Namun, ketika hendak berbalik dan meninggalkan area belakang perpustakaan itu, Myristi tiba-tiba saja berhenti dan memakukan matanya ke suatu hal. Di ujung masing-masing rak buku yang tinggi dan besar itu, terdapat sebuah keranjang-keranjang yang diisi oleh banyak perkamen. Myristi mengerutkan kening dan memperhatikan keranang berisi perkamen itu. Gadis yang memang tidak bisa mengabaikan benda-benda itu begitu saja, akhirnya memilih untuk memeriksa satu per satu keranjang yang ada.
Di keranjang ketiga yang Myristi periksa, gadis berambut pirang itu menarik keluar sebuah kertas cokelat tua dari dalam keranjang. Myristi membuka kertas itu untum melihat isi di dalamnya, dan kontan saja gadis muda itu langsung terkesiap. Netra kuning kehijauan Myristi langsung berbinar dengan wajah yang menunjukkan senyum.
"Ini yang sangat kubutuhkan. Peta Hutan Atraax Robustrus …," gumam Myristi dengan antusias. Myristi menoleh ke sekelilingnya dan beruntung tidak ada seorang pun yang sedang melihatnya. Gadis itu buru-buru kembali melipat kertas cokelat tua itu dan menyisipkannya di dalam salah satu buku yang dibawa oleh Myristi.
Myristi beranjak berdiri lalu membalikkan tubuhnya. Dan ketika itu, Myristi kembali terperanjat. Kening gadis muda itu berkerut. Matanya melebar melihat apa yang ada di depan sana. Yang sejak tadi tidak disadari Myristi karena terus sibuk memeriksa keranjang-keranjang berisi perkamen itu.
Di seberang sana, ada area lain di bagian belakang perpustakaan Delonix. Di seberang sana, ada bagian perpustakaan yang lain. Bagian perpustakaan yang juga berisi rak-rak buku dengan ukuran yang lebih kecil. Dan yang membuat Myristi sampai terperanjat ketika mengetahui bagian itu untuk pertama kalinya adalah, bahwa area tempat Myristi berdiri saat ini dan area lain yang terletak di bagian belalamg perpustakaan itu, terpisahkan oleh sebuah selaput sihir yang kasat mata.
"Untuk apa mereka memisahkan bagian itu?" tanya Myristi heran.
Myristi yang jelas saja langsung merasa sangat ingin tahu tentang area yang terpisahkan oleh sihir tersebut, perlahan melangkah mendekati tempat itu. Namun, belum sempat Myristi mulai melangkah, sebuah suara dari belakang sana telah lebih dulu menegur gadis itu.
"Hei, Nak!"
Myristi berbalik dan menemukan wanita tua penjaga perpustakaan yang tadi ditemukannya sedang tertidur di meja depan, kini telah berdiri tidak jauh darinya sambil memasang wajah yang tidak ramah.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya sang penjaga perpustakaan dengan curiga. "Ini bukanlah tempat bermain, segera pergi dari sini," perintah wanita tua itu.
Myristi tidak langsung pergi, ia kembali melihat area itu dan menoleh ke sang penjaga perpustakaan. "Ada apa dengan bagian itu, Nyonya? Mengapa kalian memisahkannya dengan bagian ini dengan sihir?" tanya Myristi penasaran.
"Pergilah, tempat ini berbahaya untukmu."
Myristi menggeleng. "Setidaknya beri tahu aku lebih dulu tentang bagian itu," kata Myristi sambil menunjuk area di bagian belakang itu.
"Kau harus segera pergi sebelum aku mengusirmu secara paksa dengan sihirku," ancam wanita tua itu.
Myristi terpaksa menuruti ucapan sang penjaga perpustakaan dan segera pergi meninggalkan tempat itu. Namun, gadis berambut pirang itu telah mengingat dengan jelas bahwa ia harus mencari informasi lain lagi tentang bagian itu. Sebelum benar-benar sampai di pintu perpustakaan, Myristi sempat berhenti sebentar lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Saat Myristi keluar dari perpustakaan dan mengetahui bahwa sebentar lagi waktu makan malam akan segera tiba, gadis itu tanpa membuang waktu lagi langsung menuju ke ruang makan untuk menemui Odette seperti yang telah mereka sepakati saat berpisah tadi siang.
Myristi masuk ke ruang makan dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat itu untuk mencari keberadaan Odette. Begitu mata Myristi menangkap sosok gadis berambut cokelat bergelombang itu, Myristi langsung berjalan mendekati Odette dan duduk di sebelahnya. Myristi meletakkan kelima buku yang dibawanya dari perpustakaan ke atas meja hingga menghasilkan suara yang cukup berisik. Mendengar suara yang dihasilkan Myristi, Odette pun menolehkan kepalanya.
"Kau melewatkan kelas sore?" tanya Odette dengan mata yang memicing dengan curiga.
Myristi menghela napas dan mengangguk. "Mantra itu tidak berguna. Dia hanya memberikanku dua buku ini," kata Myristi sambil menunjuk dua buku yang didapatnya dari mantra tadi. "Maka aku harus mencari dengan kekuatanku sendiri tanpa bantuan mantra apa pun. Dan untuk itu aku terpaksa harus melewatkan kelas sore tadi."
"Kau akan mendapatkan hukuman untuk itu," peringat Odette.
Barbie mengangkat bahunya tidak peduli. "Selalu ada resiko untuk setiap hal, Odette," ujar Myristi. Sedetik kemudian, gadis berambut pirang itu langsung berseru antusias. "Ah! Tapi, itu benar-benar tidak akan sebanding dengan apa yang sudah kutemukan hari ini. Apa yang telah kutemukan tadi, kau harus mengetahuinya," jelas Myristi dengan mata yang berbinar dengan antusias.
"Memang apa yang telah kau temukan?" tanya Odette.
Myristi mendekat ke arah Odette dan berkata dengan setengah berbisik. "Aku menemukan sebuah kertas berwarna cokelat tua yang ternyata adalah peta Hutan Atraax Robustrus. Aku menemukan peta itu ada di tumpukan perkamen yang terdapat di bagian belakang perpustakaan. Aku ajan menunjukkan petanya kepadamu nanti," ujar Myristi sambil tersenyum.
"Penemuan yang bagus," tanggap Odette.
Kali ini, Myristi tersenyum semakin lebar. "Amu menemukan sesuatu lain yang lebih membuatku penasaran," ujar Myristi membuat kening Odette berkerut. Myristi kembali mendekatkan dirinya ke arah Odette dan berbicara dengan nada yang benar-benar berbisik. "Di bagian paling belakang perpustakaan Delonix, ada area perpustakaan lain yang tidak dapat dilewati karena terlindung oleh tabir sihir. Saat aku ingin mendekati area itu, penjaga perpustakaan langsung melarang. Tapi, tentu bukan tanpa alasan mereka melindungi bagian itu. Bisa saja area perpustakaan itu menyimpan sesuatu rahasia yang besar dan sangat penting sehingga tidak boleh diketahui oleh sembarang orang," jelas Myristi.
Sebelum Odette sempat membalas perkataan Barbir baru saja, lonceng tanda waktu makan malam telah berdentang. Membuat percakapan mereka terpaksa harus dihentikan. Jutaan debu emas yang beterbangan mulai memasuki ruang makan. Debu-debu itu terbang dan berputar-putar di antara para murid dan memunculkan peralatan lengkap dengan makanan juga minuman di depan semua gadis itu.
Myristi dan Odette menikmati makan malam mereka. Debu-debu emas itu selalu tahu makanan apa yang sedang dibutuhkan atau diinginkan setiap gadis dan kemudian memunculkan makanan-makanan itu untuk disantap.
Tidak butuh waktu lama bagi para gadis untuk menghabiskan makan malam mereka. Gadis-gadis yang telah menyelesaikan makan malam mulai keluar dari ruang makan untuk kembali ke kamar mereka masing-masing. Myristi dan Odette pun termasuk di antaranya.
Mereka langsung berdiri untuk meninggalkan ruang makan itu. Namun, sebelum mereka benar-benar meninggalkan ruang makan, Myristi tiba-tiba saja menghentikan langkah ketika matanya tidak sengaja melihat ke satu titik.
"Kali ini ada apa?" tanya Odette tidak heran lagi dengan Myristi yang suka berhenti dengan tiba-tiba.
"Sebentar, aku harus segera menemui seseorang. Hanya sebentar saja," pamit Myristi dan langsung melangkah ke arah seorang gadis yang saat itu sedang tertawa bersama gadis-gadis lainnya. "Elena!" panggil Myristi.
Gadis bermata amber yang dipanggil oleh Myristi lantas membalikkan tubuhnya ketika mendengar panggilan itu. Elena langsung tersenyum ketika menemukan Myristi yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.
"Hai, Myristi. Apa kau mencariku?" tanya Elena setelah membalas menyapa Myristi.
Myristi mengangguk. "Ya, ada hal penting yang harus kutanyakan kepadamu," kata Myristi. Gadis berambut pirang itu lalu melihat ke balik bahu Elena dan menemukan bahwa gadis-gadis yang merupakan teman Elena itu sedang memperhatikan mereka. "Dan … bisakah kita hanya berbicara berdua saja?" tanya Myristi setelah melihat keadaan.
Elena yang menyadari apa yang dimaksud oleh Myristi lantas berseru. "Oh! Tentu saja," jawab Elena. Gadis bernetra biru itu berpamitan kepada teman-temannya lalu mengajak Myristi ke sudut ruangan yang cukup sepi. "Jadi, ada apa?" tanya Elena.
"Pada pertemuan selanjutnya di Kelas Alam Liar, Profesor Adrianna akan membebaskan Anak Tingkat Satu untuk menjelajahi area paling luar dari Hutan Atraax Robustrus. Tetapi untuk bisa mendapatkan izin dari Profesor Adrianna, para gadis di Tingkat Satu haruslah memiliki pendamping dari Tingkat Enam. Atau kami tidak akan bisa memasuki hutan terlarang itu. Dan aku ingin memintanu untuk menjadi pendampingku nanti," jelas Myristi sambil tersenyum. "Kuharap belum ada gadis lain yang telah lebih dulu memintamu untuk mendampinginya," lanjut Myristi.
"Oh, tentu saja belum. Belum ada gadis yang memintaku untuk mendampingi mereka. Kaulah yang pertama, karena itu, baiklah, aku menyetujuinya. Aku akan menjadi pendampingmu untuk memasuki hutan terlarang itu," ucap Elena membuat Myristi semakin melebarkan senyum. "Jadi, hanya hal ini yang ingin kau bicarakan?" tanya Elena.
Ketika Elena mengatakan hal itu kepada Myristi, tiba-tiba saja suatu ide melintas di pikiran gadis berambut pirang itu. Ia pikir mungkin tidak ada salahnya untuk mencoba bertanya kepada Elena.
Myristi menghela napas sebelum kembali bertanya. "Elena, apakah kau mengetahui sesuatu tentang area di bagian belakang perpustakaan Delonix yang terpisahkan oleh tabir sihir pelindung?" tanya Myristi dengan perlahan, berharap bahwa Elena akan menjawab pertanyaannya.
Elena yang tidak menyangka bahwa Myristi akan menanyakan hal yang seperti itu, melebarkan matanya. "Mengapa kau tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?" tanya Elena.
Myristi mengangkat bahunya. "Entahlah. Aku hanya sedikit penasaran," kilah Myristi.
Elena mengalihkan pandangannya dan berdehem sebelum kembali melihat ke arah Myristi. "Bagian itu adalah area terlarang di perpustakaan. Tidak sembarang orang yang memiliki akses masuk ke area terlarang itu. Bahkan tidak ada satu pun murid yang bisa melewati bagian itu karena dilindungi oleh sebuah tabir sihir. Bagian itu berisi buku-buku juga perkamen-perkamen paling penting yang dimiliki oleh Delonix. Karena itu mereka sangat menjaga keamanan dari area itu," jelas Elena.
Myristi menyimpan informasi yang baru didengarnya dari Elena itu dengan baik. "Lalu apa yang dapat digunakan untuk memasuki area itu?" tanya Myristi.
Elena mengangkat bahu sambil menggeleng. "Entahlah. Tapi, kurasa, lukisan sebuah kunci yang tergantung di dinding perpustakaan di sebelah pintu masuk mungkin berhubungan dengan kunci untuk membuka area itu "
Balasan Elena baru saja benar-benar membuat semuanya menjadi terasa lebih jelas bagi Myristi.
***
29 Desember 2018,
D I L A T A S I
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top