Chapter 10 - Chlamydomonas

Barbie and The Legend of Erythrina

C H A P T E R 10

***

Odette memandang ke arah Myristi dengan pandangan yang sulit diartikan. Setelah gadis berambut pirang itu selesai menceritakan semua yang dialaminya dalam mimpi dengan lengkap kepada Odette, Myristi kembali merenung. Odette tidak bisa menebak dengan jelas apa yang saat ini tengah dipikirkan oleh teman sekamarnya itu. Kemarin malam, gadis itu baru saja menerima penolakan yang menggoyahkan dirinya. Yang membuat gadis bernetra kuning kehijauan itu, akan menyerah atas mimpinya menjadi murid dari Asrama Anaphalis.

Dan pagi ini, gadis itu tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya dan mengatakan bahwa ia telah memimpikan sesuatu yang sangat aneh, namun terasa sangat nyata. Tentang kehadiran wajah seorang perempuan yang mengatakan bahwa Barbie tidak bisa menyerah begitu saja dan harus kembali berjuang untuk bisa ke Anaphalis.

Dua hal yang dialami gadis itu secara beruntun beberapa saat terakhir ini, memang telah lebih dari sekedar cukup untuk dapat mengombang-ambingkan Myristi.

"Lalu, apa rencanamu?" tanya Odette setelah dirinya menyetujui untuk membantu rencana baru Myristi agar dapat kembali ke Anaphalis.

Myristi menatap Odette sekilas dan kembali mengalihkan tatapannya. Myristi kembali terdiam dan belum menjawab Odette. Kening gadis berambut pirang itu berkerut. Tampak sekali bahwa pikirannya masih berusaha memikirkan satu dari seluruh cara-cara, kemungkinan-kemungkinan, harapan-harapan, serta dari berbagai rencana dan juga jalan keluar yang bisa diambilnya.

Myristi berusaha mencari jalan paling mudah dengan resiko paling kecil. Namun, dari semua hal yang telah terpikirkan oleh Myristi, tidak ditemukannya cara yang seperti itu. Kini ada sebuah cara yang Myristi pikir, hanyalah satu-satunya jalan yang bisa gadis itu gunakan untuk dapat kembali ke Anaphalis. Sebuah cara dengan resiko yang tinggi. Sebuah cara yang membutuhkan keberanian tanpa ada keraguan sedikit pun.

"Aku masih terus memikirkan tentang hal itu tanpa henti. Dan aku tetap tidak mendapatkan banyak cara," balas Myristi.

Odette menatap Myristi. "Tetapi, kau telah menemukan sebuah cara, bukan?" tanya Odette dengan yakin.

Myristi mengangguk. Gadis itu menghela napasnya sebelum mulai menjelaskan kepada Odette tentang satu-satunya jalan keluar yang dirinya miliki itu.

"Kau jelas tahu, sudah berulang kali aku meminta kepada Kepala Asrama Delonix, agar beliau mau mengirimkanku kembali ke Anaphalis. Kau juga tahu pasti, Kepala Asrama selalu menolak permohonanku itu. Bahkan setelah aku menjadi murid terbaik dan telah menguasai banyak hal yang telah Delonix ajarkan padaku dengan baik, aku masih tidak bisa keluar dari asrama ini," ujar Myristi sebagai pembuka penjelasannya.

Odette yang masih belum mengerti ke mana arah pembicaraan Myristi ini, hanya dapat mengangguk. "Tentu saja aku mengetahuinya," jawab Odette.

"Semua hal yang telah kulakukan, hanyalah agar aku bisa mendapatkan izin dengan baik dan benar. Tapi jika cara yang kuanggap benar ternyata tidak bisa membawaku keluar dari Delonix, maka aku akan keluar dari sini dengan cara yang sebaliknya. Aku akan keluar dengan cara yang salah," jelas Myristi.

Mata Odette langsung menyipit begitu mendengar apa yang baru saja dikatakan Myristi. Apa yang dimaksud gadis berambut pirang itu bahwa ia akan keluar dengan cara yang salah? Apa yang akan dilakukannya? Apa rencananya kali ini? Apa pun cara yang sedang dipikirkan oleh gadis bernetra kuning kehijauan itu, yang telah menjadi temannya selama enam bulan terakhir, Odette tidak memiliki perasaan yang baik tentang cara itu.

"Ya, Odette. Kali ini aku akan melakukannya dengan cara yang salah. Aku akan melakukan apa pun untuk bisa keluar dari Delonix dan pergi ke Anaphalis. Bahkan jika itu bertentangan dengan aturan-aturan yang ada, aku akan tetap melakukannya," ujar Myristi dengan kobaran ambisi yang sangat terlihat di kedua netranya.

***

"Pada enam bulan sebelumnya, aku telah mengajarkan dan mengenalkan kalian pada berbagai jenis hewan dan juga tumbuhan yang hidup di alam liar. Hewan dan tumbuhan itu, umumnya sangat langka dan jarang ditemukan. Tidak di semua tempat kalian dapat menemukan mereka."

Matahari yang bersinar sangat terik di siang itu, sangat menyengat kepala Myristi dan juga murid-murid lain yang sedang bersamanya di Kelas Alam Liar, kelas pertama yang diikuti Myristi setelah penguman penghargaan murid baru kemarin malam. Dan Profesor Adrianna yang menjadi pengajar di Kelas Alam Liar memerintahkan semua murid untuk berkumpul di halaman sebelah timur Delonix, yang berbatasan langsung dengan Hutan Atraax Robustrus.

"Namun, sekali saja kalian menemukan hewan dan juga tumbuhan tersebut, apa lagi beberapa dari jenis yang paling langka, maka mereka memiliki efek yang sangat membahayakan. Jangan tertipu, mereka tidak akan membunuhmu secara langsung. Tetapi, mereka akan memberikan kalian sesuatu yang bahkan lebih buruk daripada sekedar kematian yang mudah."

Dan yang sangat disyukuri Myristi adalah bahwa Odette memiliki jadwal kelas yang sama dengannya di Kelas Alam Liar. Sehingga gadis berambut cokelat bergelombang itu saat ini sedang duduk di sebelahnya sambil menekuk wajah dan memperhatikan sang profesor yang sedang menjelaskan di depan sana.

"Aku benci harus berpanas-panasan seperti ini," gerutu Odette sambil setengah berbisik. Beruntung mereka duduk di bagian paling belakang sehingga sang profesor tidak perlu mendengar keluhan Odette baru saja.

"Entah apa yang ingin disampaikannya di ruang terbuka seperti ini. Halaman Delonix benar-benar tidak seperti Alam Liar," balas Myristi.

Dan dari depan sana, Profesor Adrianna tiba-tiba saja memanggil nama gadis berambut pirang itu. "Nona Myristi?" panggil sang profesor.

Myristi langsung mengalihkan perhatiannya. "Ya, Profesor?" balas Myristi.

"Apa yang kau ketahui tentang Chlamydomonas?" tanya sang profesor.

Mendengar pertanyaan tentang sebuah tumbuhan yang pernah Myristi pelajari, perempuan itu pun menjawab dengan tegas dan tanpa keraguan. "Pohon Chlamydomonas adalah pohon yang termasuk ke dalam bagian dari keluarga tumbuhan Carolus Linnaeus-keluarga tumbuh-tumbuhan pencipta ilusi-dengan tingkat yang paling tinggi dan berbahaya. Pohon Chlamydomonas ini sangat sulit ditemukan karena keberadaannya yang dapat berpindah dari satu hutan ke hutan yang lainnya. Di Dimensi Livermorium, pohon ini hanya ada beberapa buah saja. Sulit untuk mengetahui jumlah pastinya," jawab Myristi dengan lancar.

"Dan bagaimana tepatnya, cara pohon itu menjerat korban-korbannya?" tanya Profesor Adrianna.

Myristi harus sedikit kembali mengingat apa yang pernah dibacanya dari buku yang memuat tentang cara kerja pohon pencipta ilusi itu. Namun, setelah berhasil mengingatnya dengan lengkap, Myristi tersenyum dan langsung menjawab pertanyaan Profesor Adrianna.

"Hal paling awal yang akan terjadi adalah, Pohon Chlamydomonas akan mengeluarkan dan menyebarkan bau yang sangat harum lewat udara untuk memikat para korbannya. Saat menghirup keharuman yang dikeluarkan oleh pohon itu, manusia akan berusaha mencari sumbernya. Ketika mereka menemukan pohon itu dan berdiri tepat di hadapannya, Pohon Chlamydomonas akan mulai melancarkan serangan ilusinya kepada manusia itu. Pohon Chlamydomonas akan menciptakan ilusi yang mampu melemahkan sang korban. Pohon itu akan menunjukkan keinginan paling dalam dan besar yang diimpikan sang korban. Bahkan sekalipun manusia itu tidak menyadari keinginannya sendiri.

"Karena Pohon Chlamydomonas mengetahui semua hal, tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa depan setiap manusia yang berdiri di hadapannya. Dan ketika para korbannya mulai terbuai dengan ilusi Chlamydomonas, maka pohon itu akan mulai menyerap semua ingatan dan juga kemampuan sihir sang manusia. Bahkan di beberapa kasus, Pohon Chlamydomonas juga menyerap daya hidup para korbannya," tutup Myristi.

Dan setelah menyelesaikan penjelasan panjangnya barulah gadis berambut pirang itu menyadari bahwa saat ini semua yang ada di Kelas Alam Liar, termasuk Profesor Adrianna, sedang menatap ke arah dirinya. Hingga beberapa saat kemudian, akhirnya Profesor Adrianna memberikan reaksi.

"Jawaban yang sangat bagus, Nona Myristi. Kau menjelaskan lebih banyak daripada yang kuinginkan," ujar Profesor Adrianna. Sang profesor kembali memfokuskan dirinya kepada semua murid, lalu melanjutkan ucapannya. "Dan belakangan, beberapa surat mengabarkan bahwa Pohon Chlamydomonas saat ini sedang berada di hutan itu," ucap Profesor Adrianna sambil mengangkat jarinya untuk menunjuk hutan yang menjadi perbatasan sebelah timur Delonix.

Ada pekikan-pekikan tidak percaya yang keluar dari beberapa anak di Kelas Alam Liar. Profesor Adrianna mengabaikan pekikan itu dan kembali melanjutkan penjelasannya yang belum selesai.

"Itu adalah Hutan Atraax Robustrus, sebuah hutan terlarang yang tidak bisa dimasuki dengan sembarangan atau kalian akan hilang olehnya. Dan di pertemuan kita selanjutnya, aku ingin membebaskan kalian semua untuk menjelajahi area satu dari Hutan Atraax Robustrus, yaitu area yang dinyatakan masih dalam tahap aman untuk dijelajahi. Namun, untuk bisa mendapatkan izinku melintas masuk ke dalam hutan terlarang itu, kalian harus memiliki seorang pendamping dari Anak Tingkat Enam. Jika tidak mendapatkan pendamping, jangan harap aku akan mengizinkan kalian masuk ke dalam Hutan Atraax Robustrus itu."

Myristi yang sejak tadi terus mendengar dan mencermati apa yang telah dijelaskan oleh Profesor Adrianna, kini tersenyum lebar. Gadis berambut pirang itu telah melihat sebuah kesempatan yang sangat baik untuk rencana besarnya. Dan Myristi, tidak boleh melepas kesempatan itu.

Setelah Kelas Alam Liar siang itu dibubarkan, Myristi dan Odette langsung berjalan bersama menuju ke ruang makan untuk waktu makan siang. Namun, sebelum mereka berdua benar-benar sampai di ruang makan, Myristi tiba-tiba saja mengehentikan langkahnya.

"Ada apa?" tanya Odette yang bingung karena Myristi yang tiba-tiba berhenti.

Myristi menatap Odette lurus. "Kita berpisah di sini, aku akan pergi ke perpustakaan, menghabiskan waktu di sana, dan melewatkan waktu makan siang. Saat mendengar penjelasan Profesor Adrianna di halaman tadi, tiba-tiba saja aku mendapat sebuah ide" ujar Myristi.

Mendengar jawaban Myristi tersebut, Odette menyipitkan matanya curiga. "Apa yang ingin kau lakukan?"

***

29 Desember 2018,

D I L A T A S I

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top