6
"Mas Seno, mungkin kita perlu bicara jujur sebelum kita ke jenjang pernikahan, mohon maaf kalau aku merasa tidak nyaman."
Seno mengerutkan keningnya, ia bingung dengan pernyataan tak nyaman yang dilontarkan Ratna.
"Maksudmu Dik?" Seno duduk di dekat Ratna, di ruang keluarga rumah orang tua Ratna, ia duduk lebih dekat ke arah Ratna dan Ratna berusaha menjauh dan lengannya ditahan oleh Seno.
"Kamu nggak nyaman kenapa?" Bisik Seno di telinga Ratna. Ratna menunduk dengan wajah memerah, ia menahan marah.
"Tiga kali Mas nerima telepon, saat kita bertunangan, lalu saat keluarga Mas ke rumah karena sanak keluarga yang rumahnya jauh kapan hari itu pamit ke Romo dan Ibu lalu terakhir saat orang tua Mas ke rumah menentukan tanggal pernikahan kita, selalu saja Mas kayak orang gugup, kalo memang itu bukan hal rahasia kan Mas bisa bicara di dekatku dengan suara pelan, itu dari siapa?"
Seno tersenyum sambil berusaha menggenggam tangan Ratna hanya Ratna melepaskan genggaman tangan Seno.
"Kamu cemburu?"
"Cemburu? Cinta saja belum, aku hanya tidak ingin setelah kita menikah ada hal besar yang aku nggak tahu, aku nggak akan segan-segan minta cerai jika aku dibohongi, aku sudah mengorbankan diri demi keinginan Romo jadi aku nggak mau pernikahan kita jadi mengenaskan."
Dan Seno berusaha tenang, ia sudah mengganti nama Stephanie di ponselnya dengan nama Stephen, jika sewaktu-waktu menelepon lagi maka akan Seno terima saja dan mengalihkan pembicaraan pada hal lain, itu sudah ada di rencana Seno, ia benar-benar tak ingin kehilangan Ratna. Semua sudah ia rencanakan matang, usia muda untuk bersenang-senang dengan Stephanie atau dengan siapa lagi dan saat tua ia ingin hidup tenteram dengan anak dan istri yang bisa membuatnya nyaman, ia yakin Ratna akan bisa membawa tenang hidupnya saat hari tua kelak.
"Jangan punya pikiran jelek Dik, aku sepenuhnya serius ingin menjalani rumah tangga denganmu, aku kan sudah pernah bicara jujur, jika aku pernah dekat dengan beberapa wanita tapi saat ini sedang tidak dekat dengan siapapun, aku ingin kita sampai tua berumah tangga, dengan anak-anak kita tentunya."
Ratna mengembuskan napas berat, ia tetap penasaran namun tak punya bukti.
"Aku tadi ingin menemuimu di galeri tapi kata Danu kamu sedang sibuk, ada tamu."
Ratna agak kaget tak mengira Seno akan menemuinya di galeri karena tadi ia sedang bersama Hannan, ia juga tak tahu jika Danu bersama Hannan.
"Oh, tadi aku sedang membayar pelukis yang melukis beberapa dinding di galeri, memang lebih baik Mas nggak usah ke galeri, kalo ada hal penting ya dibicarakan saja di sini."
Keduanya duduk agak menjauh saat mendengar langkah berat Joyo Hadi Kusumo, laki-laki tambun itu duduk di dekat Ratna dan Seno. Joyo menatap mata anaknya, Ratna menunduk.
"Jadi mulai sekarang aku tak mengijinkan laki-laki manapun mendekatimu meski hanya berteman. Seperti pelukis yang kapan hari ke sini itu, yang katamu orang Madura, Madura mana dia?"
"Sumenep, Romo."
"Oh, Sumenep? Apa dia masih turunan raja-raja juga? Romo tahu jika di Sumenep itu ada turunan raja-raja sampai sekarang karena dulu di sana juga ada keraton, apa dia keturunan Panembahan Sumolo? Atau Joko Tole yang lebih dikenal dengan julukan Koda Panole atau mungkin juga keturunan Pengeran Wetan? Romomu ini tahu cerita tentang raja-raja di Nusantara ini karena tiap tahun kami, para turunan raja-raja di Nusantara diundang oleh negara pada festival Keraton Nusantara, jadi di sana kami saling bertukar informasi. Tapi mengingat kamu sudah akan segera menjadi istri Seno maka sudah tidak ada jalan bagi siapapun untuk dekat denganmu."
Lalu Joyo menoleh pada Seno, ia tatap tajam mata Seno yang terlihat gugup.
"Aku titipkan anakku padamu Seno, Ratna ini anak kesayanganku, anak yang tak pernah membatah ucapan orang tua, jangan sakiti dia dan jangan kecewakan dia, jika kau menyakiti dia maka tak segan-segan aku sendiri yang akan membalaskan sakit hati anakku, jangan duakan dia bukan karena kita turunan raja-raja yang biasa dengan selir, ini sudah beda jaman, tak ada lagi selir atau wanita lain, bagiku kesetiaan itu tidak bisa ditawar, ngerti Seno!"
"Inggih, Pak Lik."
"Jika sampai kau menduakan dia, asal ada satu bukti saja maka aku sendiri yang akan mengusirmu dari kehidupan anakku!"
Seketika kelebat bayang Stephanie tergambar di mata Seno, tak ada jalan lain, ia harus mengakhiri semua kisahnya dengan Stephanie, Seno lebih memilih Ratna yang lebih menjanjikan ketenangan hidup dari pada Stephanie yang selalu saja menuntut banyak hal darinya.
.
.
.
Sementara Stephanie sedang marah besar di kamarnya, ia lempar semua benda yang bisa ia raih karena Steph mendapat informasi secara tak sengaja dari salah satu teman Seno yang juga teman kuliahnya saat mereka sama-sama mengambil post graduate dulu, jika Seno sudah bertunangan, teman Seno yang bernama Arsyad ini hanya memastikan pada Stephanie apakah keduanya sudah putus? Karena kabar pertunangan Seno dan Ratna telah menyebar dan dalam waktu dekat mereka akan menikah.
"Aku tahu Seno serius akan menikahi wanita itu, dari semua bajunya yang ia bawa, dari aset yang ia jual, ia lupa dari siapa aset itu berasal, tapi aku tak akan menyerah, meski ia berjanji akan kembali padaku setelah menceraikan wanita itu, tapi naluriku berkata lain, Seno akan benar-benar meninggalkanku, tunggu aku Seno, jika aku hancur maka kamu juga harus dalam kondisi sama, terlalu banyak yang aku korbankan untuk kamu!"
🔥🔥🔥
19 Februari 2022 (09.08)
Double up
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top