Uas Diary
@hari pertama
Aaaaa... telat lagi telat lagi. Kapan sih aku bisa bangun lebih awal. Hari ini hari pertama UAS lagi. Oke oke... atur nafas Adhisti jangan panik. Setelah memakai seragam dengan rapi aku pun bergegas mengendarai motor dan membelah jalanan Kota Semarang.
Gila gila aku sampai sekolah pukul 7.15? Pasti barusan bel. Aaa kekuatan lari ala The Power of Kepepet langsung meluncur menuju ruang 23.
Aih napasku napasku.. hah hah. Bener bener alarm sialan, sekarang aku sampai diruangan 23. Pake ditanyain lagi kenapa telat sama Pak Tono. Untung deh pake alasan biasanya "sakit perut pak."
Setelah mengambil alat tulis dan kertas UAS segera aku duduk ditempatku. Huh untung ga telat.
"Loh, mbaknya to?" Sapa seorang anak lelaki yang duduk sebangku denganku.
Saat melihatnya mataku mengerjap sekali. Loh loh ni anak juniorku di ekskul art kan? Lah sebelahan denganku toh. Namanya Fahreza Rizki Romadhon. Sebenarnya aku baru kenal dia sewaktu lomba menggambar kemarin. Yah lumayan sih ya sebangku dengan orang yang kita kenal. Jadi ada temen ngobrol deh. Hahaha gimana ya sewaktu kelas 10 teman sebangku waktu UAS selalu kakak kelas yang aku ga kenal. Kalo perempuan sih bisa diajak ngobrol. Kalo lelaki? Aku ga berani ngajak ngobrol.
____________________
Ah.... Akhirnya pulang juga. Hari ini sih mata pelajaran nya cuma Sastra Jepang. Jadi kalo ga belajar aku masih bisa ngerjain kok. Hehehe.
Hem btw, adiknya cerewet banget. Ngajak ngobrol inilah itulah. Liat soal UAS punyaku juga. Aku cuma masih mikir itu anak laki tapi kok cerewet kayak perempuan ya? Ah sudahlah, lumayan bikin otak ga tambah stress. Mencairkan suasana gitulah.
Waktunya pulang untuk belajar besok. Hem besok terlalu surprise cara ngerjainnya. Yah aku sih udah sering ulangan harian PKWU (prakarya) menggunakan komputer. Lah ini? UAS PKWU menggunakan komputer? Nice sekali. Ah sudahlah, toh cuma PKWU doank dan yang lain tidak.
»«»«»«»«»»«»«»«»«»«»«»«»«»
@Hari ke 3
Aaaaaaaargh apa-apaan ini? Bodohnya diriku, semalem cuma belajar dikit itupun ga paham sama sekali dan tadi pagi aku telat lagi. Ga bisa minta ajarin temen dulu deh. Untung belum dimulai UASnya.
Huhuhu berasa mau nangis sumpah. Ini soal apa soal sih? Matematika Peminatan emang ajib. Aku pasrah mak. Maafin anakmu ini jika nilaiku jelek lagi.
Disaat saat aku mendesah pasrah saat mengerjakan soal tiba-tiba adeknya bersuara. "Soalnya syahdu mbak. Ga isa mikir. Haha." Katanya sambil senyam senyum. Gila, ni anak sebelahku kok bawaannya santai amat ya.
"Yah namanya juga matematika peminatan. Pusing ngerjain soalnya." Jawabku sekenanya.
Aku sudah mengerjakan sampai nomor terakhir tetapi masih banyak jawabanku yang kosong. Huh tau gini tadi malam aku bikin contekan rumus saja. Ah rasanya kepalaku hampir pecah.
Waktunya kurang 30 menit lagi dan dia mengajakku mengobrol seperti biasa. Yah lumayan lah ya bisa menghilangkan stres sejenak. Reza ternyata lucu juga anaknya.
Saat dia mulai membanding-bandingkan soal miliknya dengan milikku tiba-tiba ia memiringkan kepalanya dan bersandar dibahuku. What?! Apa-apaan nih bocah? Ga sopan, sangat ga sopan. Aku bukannya gila hormat dan menuntut adik kelas selalu menghormati kakak kelasnya. Tapi setidaknya dia harusnya menghormatiku sebagai perempuan. Aku yang tadinya kembali berkutat dengan lembar jawaban UAS untuk mencontek jawaban teman yang berada di belakang ku malah berjengit kaget sekarang. Kumohon semoga ga ada yang liat.
"Heh kamu ngapain sih?" Kataku sambil menggerakkan bahuku untuk mengusir kepalanya. Aku benar-benar merasa risih pasalnya aku tak pernah sedekat ini dengan lelaki.
"Butuh sandaran mbak. Aku ga punya tempat bersandar." Jawabnya sambil cengar-cengir. Huh dasar lelaki sama saja. Aku hanya mencebikkan mulutku mendengar jawabannya. Hah, sekarang harus nyontek dulu lah ya. Kurang 15 menit lagi nih.
"Alia, no.30." Ucapku lirih pada Alia teman dibelakangku.
"B, Adhisti" jawabnya
"Oke makasih."
_____________________
Teeet.... teeeeet.....
Suara bel pulang sekolah terdengar. Huh setelah pelajaran kedua Agama yang lumayan lah ga terlalu susah. Toh teorinya juga banyak dalam kehidupan sehari-hari. Saatnya pulang dengan hati riang. Pengen bocan (bobo cantik) dirumah.
"Hei Nur, pulang bareng yuk." Sapaku pada Nurul yang tengah berbincang dengan temannya di depan ruang 1.
"Hai , Dhis, kamu bawa motor? Boleh deh." Ucap Nurul padaku. Dia sahabatku sejak kelas 10 dan kita selalu pulang bersama sejak sebelum aku mengendarai motor.
"Gimana matnya?" Tanyaku pada Nurul saat kita berjalan menuju parkiran.
"Ah kamu taulah. Mat Sunah(minat) itu terlalu errrr. Aku ga paham parabola." Ujarnya lesu. "Kamu sendiri?"
Weh, ternyata dia juga ga bisa to. Aku kira dia, yang pintar matematika ketika kelas 10 dan melebihi aku ini, bisa ternyata enggak. Berarti sama lah ya sekarang level kita. Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban pada Nurul dan mendesah lelah.
Sebenarnya hari ini aku bukan hanya jengkel dengan Matematika Peminatan tetapi juga jengkel dengan Reza yang kembali melakukan kelakuan anehnya padaku bahkan juga menepuk-nepuk bahuku saat berbincang tadi. Aku tau tepukannya tidak kasar tapi aku risih dengan apa yang ia lakukan. -_-
»«»«»«»«»«»«»«»«»«»«»»««»««
@hari ke 5
Hah hari Jumat yang cukup menyenangkan. Bagaimana tidak, hari ini meskipun aku belajar sedikit setidaknya banyak materi yang keluar dari apa yang kupelajari. Hm pelajaran sejarah memang lumayan lah ya. Ah dan tak lupa Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia selalu jadi yang terbaik. Hehe.
Aish, kalian tahu? Kemarin saat mapel yang diujikan Bahasa Inggris dan Biologi, Reza berulah lagi. Lebih tepatnya saat mapel Biologi. Seperti biasa dia mengajakku mengobrol dan untungnya dia tidak bersandar seenaknya dibahuku. Dia mengajakku mengobrol terlalu lama hingga aku lumayan terkikik dengan apa yang dia bicarakan. Kita lupa jika pengawas hari ini terlalu galak. Saat ketahuan mengobrol oleh pengawas kami dimarahi dan pengawas itu menasehati kami agar lebih baik segera mengumpulkan hasil pekerjaan jika sudah selesai karena menurut beliau kita akan mengganggu anak-anak yang lain.
Bukannya malah menguntungkan anak lainnya ya? Kan mereka bisa mencontek dengan leluasa. Hihihi ~ batinku mencibir.
Sebenarnya ketika dimarahi itu yang lebih banyak dapat petuah ya si Reza. Karena pengawas kelasku tahu dia yang mengajak ngobrol duluan. Hahaha rasain tuh Reza. Lumayan deh ada yang membalaskan dendamku pada ni anak. Untuk membalas tingkah konyolnya kemarin.
Drrrt.... Drrrrt...
Baru aja ni hp dinyalain, eh udah ada pesan masuk aja. Eh pesan line ya. Dari siapa nih.
Setelah kubuka ternyata itu pesan dari grup art. Penulis pesannya Raka sebagai ketua dan Reza tengil itu. Katanya harus kumpul sepulang sekolah untuk menandatangani absen keikutsertaan dalam lomba menggambar kemarin.
Mataku melebar melihat isi pesan itu. Kurang ajar Reza bisa-bisanya dia ga mengingatkanku sama sekali. Padahal dia duduk sebangku denganku. Sekarang aku sudah terlanjur pulang ke rumah dan sudah tiduran di kasur yang empuk. Ih ngeselin.
Aku pun segera mengirim pesan pada Reza untuk menanyakan tentang tanda tangan itu.
To: Reza Romadhon
Heh tadi tanda tangan absennya gimana?
Setelah mengirim pesan itu tak lama ponselku bergetar. Hm cepat juga dia membalasnya.
From: Reza Romadhon
Udah beres mbak. Tadi udah ditanda tangani mas Raka dan aku semuanya.
Aku yang membaca pesan itu hanya mengangguk saja. Kemudian kukirim pesan balasan.
To: Reza Romadhon
Kamu tuh ya sebelahku tapi ga ngasih tau sama sekali.
Yo wis* makasih.
Setelah pesan itu terkirim tidak ada balasan pesan lagi. Huh ya udah lah ya. Masalah tanda tangan udah kelar. Saatnya bobo siang untuk melepas lelah.
»«»«»«»«»«»«»«»«»«»«»«»»«
@hari ke 6 (Hari Senin)
Ah leganya bisa berangkat lebih awal. Yah meskipun lebih awal 5 menit doank. Hehe.
Teeet.... teeeet....
Hm suara bel masuk udah bunyi tuh. Terpaksa deh udahan belajarnya. Semoga Matematika Wajib gak terlalu susah kayak Matematika Peminatan. Huh begini nih susahnya jadi anak IPA. Andai aja dulu aku milih masuk IPS. Mungkin ga seperti ini.
Baru saja aku duduk di tempat ku dan ingin bersandar di kursi tiba-tiba tangan Reza berada ditempat sandaran kursi. Dan sekarang kami terlihat seperti 2 sejoli yang duduk ditaman dengan si lelaki merangkul perempuannya. Ugh menggelikan.
Kudengar suara Alia yang tercekat menahan tawa. Tuh kan memalukan. Aku pun menatap Reza tajam tapi yang ditatap hanya melihatku santai sambil berkata "Loh mbaknya anak Art juga to? Kok ga bilang?"
Dasar nih bocah. Argh sabar Adhisti sabar. Kurang 3 hari lagi UASnya. Akupun menarik napas sejenak dan segera mengusir tangannya dari kursiku.
"Reza, tanganmu. Lepas tanganmu dari kursiku." Ucapku serasa memukul tangannya menggunakan pena yang tengah kupegang. Dia pun melepaskan tangannya.
Lihat ekspresi nya. Huh dia enak-enakan nyengir sedangkan aku disini menahan malu. Ya Gusti salah apa diriku sampai harus sebangku dengan adik kelas yang tidak tau sopan santun.
Setelah soal dibagikan kami mengerjakan dengan tenang. Berkutat dengan soal dan lembar jawaban masing-masing. Yah setidaknya suasana menjadi tenang sebelum dia mengajakku mengobrol lagi dimenit-menit terakhir.
___________________________
Jam istirahat ini kugunakan untuk menghampiri ruang 22. Itu ruang yang digunakan oleh teman sebangku denganku dikelas biasa.
"Jessi..." panggilku saat melihatnya tengah mengemasi alat tulisnya.
Ia melihat ke arahku dan melambaikan tangannya menyuruhku masuk. Akupun segera masuk dan duduk disebelahnya. Kami pun berbincang bertukar pendapat mengenai UAS selama 6 hari ini karena kami baru bertemu sekarang selama UAS berlangsung.
"Ya gitu, tadi mat nya aku banyak yang ngarang*." Ujar Jessika.
Ah ternyata dia sama denganku. Yah walaupun matematika wajib tidak terlalu susah tapi tetap saja aku tidak hapal aturan trigonometri. Terlalu banyak yang kuhapal sampai kepalaku berasa mau pecah. Ya Gusti.
Sambil membaca catatan di ponselku yang dikirim dari grup angkatan, aku sedikit curcol ke Jessika tentang perilaku ADIK KELAS TIDAK TAHU SOPAN SANTUN yang duduk sebangku denganku.
"Eh, masa to?" Ucap nya sedikit tak percaya dengan mata yang melebar. Aku hanya mengangguk saja. Dia tak memberi respon apapun kecuali menggelengkan kepalanya. Ya ya aku tau dia tak akan memberi respon yang kuinginkan tapi setidaknya bercerita dengan teman dekat dapat mengurangi rasa jengkel yang kupendam.
________________________
Ah, akhirnya sampai juga di rumah. Uh aku selalu merindukan ranjangku yang empuk ini.
Argh, entah kenapa aku jadi makin sebal dengan anak itu. Ya ya bagaimana tidak sebal, aku mencoba curhat pada Nurul tentang kelakuan adik kelasku itu. Kalian tau apa responnya? Dia malah menertawakanku dan mengejekku yang tidak-tidak. Ugh aku butuh saran bukan ejekan. Kenapa aku butuh saran? Entah apa ini namanya tapi apa yang dilakukan adik kelasku malah membuat dia selalu ada dipikiranku. Saat dia membuatku tertawa, kita ngomongin ga jelas hingga aku dan dia tersenyum. Oh gigi gingsul* itu terlalu manis untuk dilewatkan ketika dia tersenyum.
Eh, tadi aku barusan ngapain coba? Tuh kan tuh kan. Aaaargh adik kelas menyebalkan. Sialan.
Ups, aku langsung menampar mulutku. Adhisti dirimu sungguh tidak anggun. Perempuan kok berkata kasar. Huh tapi memang menyebalkan. T_T
Jadi intinya aku butuh saran untuk memusnahkan dia dari pikiranku. Gila gila, UAS tinggal 3 hari lagi tapi keadaanku malah mengenaskan seperti ini. Uh sebal sebal.
»«»«»«»«»«»«»«»«»«»«»«»«»«
@hari ke 9
Kamis yang cerah... YEAY.
Hari ini sangat menyenangkan, bagaimana tidak ini adalah hari terakhirku menjalankan UAS. Hari ini juga mapelnya hanya satu yakni Seni Budaya. Pertanyaannya seputar budaya jawa seperti pakaian adat (resmi dan tidak resmi), cara memakai pakaian jawa (resmi dan tidak resmi), gamelan, instrumen dan nada gamelan.
Yah walaupun banyak yg tidak kuhapal tapi setidaknya aku masih bisa menjawab dengan baik.
Huh hari ini aku dibuat sebal 2 kali. Yang pertama oleh adik kelas tengil itu dan yang kedua oleh ketua art Raka yang ga bisa tegas.
Kalian tau apa yang diperbuat oleh bocah tengil itu? Ketika dia sedang mengajakku mengobrol dimenit-menit terakhir seperti biasa sambil membanding-bandingkan soal yang aku kerjaan dengan soal yang dia kerjakan, tiba-tiba dia memiringkan kepalanya dan bersandar kembali dibahuku. Seketika hal itu membuat mataku melebar. Aaaarrrgh.... Bocah tengil sialan. Pipiku berasa memanas antara menahan amarah dan menahan malu.
"Heh, kamu ini." Ucapku mencoba memperingatinya. Namun yang diperingati hanya cengar-cengir ga jelas sambil memperhatikan tiap nomor di soal yang ia pegang.
"Bentar aja mbak. Diriku butuh sandaran, kurang belaian." Ujarnya santai.
Whaaaat?! Lelaki kayak dia kurang belaian? Hello,, aku berasa pengen muntah. Tidak mungkin lelaki seperti dia kurang belaian karena dia orang yang cukup friendly bukan orang yang kuper dan pasti dia sudah memiliki pacar. Anak SMA zaman sekarang ga punya pacar? Hanya orang yang kuper seperti diriku ini anak SMA yang tidak memiliki pacar.
Kucoba menyinggung tentang pacar padanya karena aku yakin dia sudah memiliki pacar. Yah setidaknya untuk mengingatkan dia agar tidak genit ke perempuan lain. "Heh kamu ini, sandaran sama pacarmu aja sana." Ujarku lirih.
"Diriku ini jomblo mbak, makanya kurang belaian." Ujar Reza santai. Entah kenapa ucapannya membuatku sebal. Bahkan sangat sebal. Bagaimana tidak sebal, dia yang kukira memiliki pacar berkata dengan santai dia tidak memiliki pacar sama sekali. Itu membuatku merasa skakmat dengan kata-kataku sendiri sekaligus curiga dia jujur atau tidak. Pasalnya dia juga termasuk dalam kategori lelaki kaya karena mengendarai mobil pribadi untuk berangkat ke sekolah. Lelaki kaya di sekolahku selalu menjadi sasaran empuk para cewek hits di sekolah untuk dijadikan pacar. Apalagi dengan tampang seperti Reza. Kulitnya putih dan badannya tinggi.
Aku hanya bisa berdecak kesal dan mulai menggerak-gerakan bahuku untuk mengusir kepala anak tengil itu. Huh menyebalkan..
Dan sekarang aku kembali sebal dengan tingkah Raka, ketua Art. Kemarin ia memberi pengumuman lewat grup line pada peserta yang bulan kemarin mengikuti lomba agar berkumpul di lobi. Tidak hanya itu, kami juga harus membawa peralatan menggambar yang kami gunakan untuk lomba kemarin. Hal ini untuk pengambilan dokumentasi karena kemarin saat lomba berlangsung kegiatan yang didokumentasikan hanya sedikit.
Aku berdecak sebal karena sudah hampir setengah jam kutunggu Raka tetapi anak itu tidak kelihatan batang hidungnya. Nurul juga mulai lelah jika harus menungguku terus. Bahkan aku juga harus melihat si bocah tengil itu. Dasar ketua aneh, ini udah pada ngumpul di lobi tapi dia sendiri ga ada. Huh -_-
Akhirnya aku memilih pulang bersama Nurul daripada harus berlama-lama disini. Paling tidak menonton drama korea di rumah. Bukan hari ini saja aku kesal dengan ketua itu, saat hari biasa ketika ekstrakurikuler Art berjalan dan ada beberapa anak yang sering membolos ia tidak bisa tegas. Bahkan bermuka masam saja tidak pernah. Dasar ketua yang terlalu baik.
Ah sudahlah ga perlu diingat. Lebih baik kulanjutkan menonton Moonlight Drawn by Clouds episode 13. Mumpung masih seru ini. Hehehe... ^_^
################
@Hari ke 10
Yuhuuuu...... hari ini sungguh menyenangkan. Lebih tepatnya Jum'at yang sangat menyenangkan. Bagaimana tidak setelah hampir dua minggu aku menjalani UAS yang entahlah membuat hidupku jungkir balik. Duh berasa apa gitu ya bikin hidup jungkir balik. Hehehe..
Karena kemarin adalah hari terakhir UAS membuatku sedikit lupa diri bila hari ini masih masuk sekolah dan membuatku begadang semalam suntuk dengan bermain ponsel. Dari membaca webtoon, nge cek sosmed, nge chat sama temen, baca wattpad, dan lainnya. Hal itu membuatku bangun kesiangan dan aku memustuskan untuk membolos saja. Toh di sekolah mau ngapain? Ga ada pelajaran, kelas 10 masih UAS untuk hari ini. Paling isinya hanya main doank.
Eh, kelas 10 masih UAS ya? Wah berarti tu bocah tengil juga donk. Eh, ngapain diriku mikirin bocah tengil itu. Uh, Adhisti kenapa kamu jadi sableng gini sih? Reflek aku pun menggelengkan kepala beberapa kali. Ah iya, hari ini aku juga kompakan lho sama Nurul dan Jessika. Kita sama-sama gak masuk hari ini. Sebelum pukul 8 tadi mereka menghubungi ku dan berniat tidak berangkat sekolah. Emang di sekolah mau ngapain coba. Toh berangkat cuma biar dikasih uang jajan sama orang tua. Bener kan ya? Hehehe....
Drrrt.... Drrrrt...
Tiba-tiba ponselku bergetar dan terlihat pesan masuk line. Hm ternyata dari Monic teman SD ku dulu yang sekarang bersekolah di salah satu SMK terkenal di Semarang.
Setelah kubuka isi pesannya ternyata dia minta diajarin soal matematika. Ugh matematika, untung dia minta diajarin matematika wajib bab 1 doank tentang Program Linier. Yah setidaknya aku masih bisa ajarin kalo yang ini.
Lama kami saling mengobrol dan mengajari lewat chatting line, akhirnya aku tiba-tiba curcol mengenai ADIK KELAS TIDAK SOPAN atau yang biasa kusebut BOCAH TENGIL. Kuceritakan semuanya dari awal UAS sampai hari ini. Yah ga apalah ya curcol dikit, diakan juga sahabatku ketika SD dan ga satu sekolah denganku sehingga dia tidak mungkin mengejekku nanti. Hahaha....
From Monic
Bisa liat orangnya ga? Minta id instagramnya donk. Aku pengen liat kayak gimana orangnya. Gini-gini aku bisa baca wajah orang lho.
What?! Ni anak kenapa? Ga ada angin ga ada hujan tiba-tiba bilang bisa baca wajah seseorang. Duh kasih ga ya id instagramnya? Kasih? Enggak? Kasih? Enggak? Entar diledekin lagi. Huh ya udah deh kasih aja. Aku tau kok dia ga mungkin ngeledikin aku. Kan tu anak orangnya lebih banyak serius ketimbang becanda.
To Monic
Nih ig nya @rezaromadhon.
Please jangan ngeledikin aku.
Setelah lima menit ga ada balasan dari dia aku berpikir mungkin Monic hanya mengerjaiku. Huh sebal hingga tiba-tiba ponselku bergetar dan menampilkan nama Monic. Huh kukira dia sama saja seperti Nurul yang akan menertawaiku atau Jessika yang tak merespon apapun, ternyata dia beda. Uh Monic emang the best deh.
From Monic
Ini ga orangnya?
Pada pesan itu terlampir sebuah foto Reza dengan teman SMP nya yang memakai baju adat. Pasti itu saat acara Kartinian April kemarin.
To Monic
Iya itu orangnya. Yang pakai beskap hitam.
Gimana orangnya?
Setelah mengirim pesan tersebut tak lama kemudian ponselku berbunyi kembali
From Monic
Mending kamu jauhin dia aja deh. Dari mukanya dia keliatan banget kalo tukang php. Katamu dia selalu bersikap sok manis dan kadang bikin jengkel kan? Itu udah ketahuan banget kalo dia tukang php. Udah jauhin aja, masih banyak laki-laki lain yang lebih baik.
Aku ingetin ya diphp itu sakit. Sakit banget karena aku udah ngerasain yang kayak gitu.
Setelah membaca pesan dari Ifah entah kenapa hatiku merasa lega. Ya bener banget, seharusnya aku ga mudah terpengaruh sama sikap anak itu. Bisa jadi dia hanya bercanda dan malah aku yang merasa baper sendiri. Mungkin lebih baik kumaafkan saja perbuatannya padaku agar aku lebih mudah melupakan dan menyingkirkan dia dari pikiranku. Memaafkan lebih baik bukan daripada aku baper terus.
To Monic
Makasih ya say. Kamu so sweet deh. Cie yang pernah diphp. Udah move on yah dari Dimas? Hahaha.
From Monic
Apaan sih. Cinta monyet jangan dibawa-bawa. Kamu juga tuh waktu SD suka sama Dimas. Hahaha kena kamu.
Aku hanya bisa tersenyum membaca pesan dari sahabat SD ku ini. Yah setidaknya mengingat cinta monyet kami dulu adalah orang yang sama yakni Dimas Pebrianto yang membuat kami saling mendiamkan satu sama lain, dapat membuatku melupakan kebaperanku. Huh tukang baper juga ternyata diriku. XD
Duh kenangan cinta monyet dengan Dimas itu adalah kenangan yang takkan terlupakan sekaligus memalukan. Hahaha....
END...
Nb:
Yo wis = ya udah
Gingsul = pertumbuhan gigi yang tidak rata dan saling bertumpuk (untuk beberapa orang gigi gingsul menambah daya tarik tersendiri seperti lesung pipi)
Ngarang = asal-asalan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top