Bab 2
Ibu Sambung
Notifikasi pesan di IPhone ku berbunyi nyaring, baru saja ku ubah dari mode silent beberapa pesan masuk bersamaan. Selama jam perkuliahan ponselku memang harus di-silent.
Ternyata beberapa pesan tersebut berasal dari Mang Sodik, supir kami sekaligus suami dari Bi Imah. Segera kubuka pesan tersebut. Dua buah gambar dan sebuah video singkat terpampang di layar ponselku.
Dua foto memperlihatkan bapak bersama seorang perempuan seusia adik dari almahumah mamah dan satu lagi gadis ABG yang mungkin sekitar usia 14 tahun. Mereka sedang duduk berhadap-hadapan dan makan di restoran favorit kami.
Berikutnya aku sentuh layar untuk melihat video singkat kiriman Mang Sodik. Terlihat bapak tersenyum ceria lalu mengusap pucuk kepala si gadis ABG.
Apakah ini perempuan yang akan jadi ibu sambungku? Apakah gadis ABG itu akan jadi adik tiriku?
Pertanyaan berputar di kepalaku.
Ponselku kembali berbunyi, ada panggilan masuk dari abangku. Tanpa mengucap salam ia langsung bicara, "Kamu sudah lihat video yang dikirim Mang Sodik?"
"Sudah, Bang."
"Bisa nggak sih, Bapak tuh nunggu dulu sampai paling tidak 100 hari lah sebelum nyari istri lagi!" keluh abangku dengan nada tinggi.
"Aku juga maunya gitu, Bang. Tapi gimana,"
"Terus, kita setuju aja maunya bapak?"
"Aku nggak bisa ngelarang karena dalam Islam istri nggak meninggal pun boleh nikah lagi. Apalagi bapak sekarang udah jadi duda. Apa-apa yang nggak dilarang dalam agama, kita nggak boleh melarang, Bang."
"Berarti kamu setuju bapak kawin lagi dalam waktu dekat?"
Aku mengambil napas dalam-dalam. "Aku setuju kalo bapak mau kawin lagi, tapi kita minta bapak untuk menunda pernikahannya. Gak enak juga dilihat orang kalau istri baru meninggal udah nikah lagi."
"Ok, klo gitu nanti kita bicara ke bapak. Bapak boleh nikah lagi tapi setelah 100 hari meninggalnya mamah."
Aku pun mengiyakan ucapan Bang Ega. Mau tidak mau aku menyetujui keinginan bapak. Sebagai laki-laki ia memiliki kebutuhan yang kami anak-anaknya tidak bisa memenuhi. Meskipun masih ada rasa tak rela tapi aku berusaha ikhlas akan keputusan bapak.
_______
Bapak memerintahkan Bi Imah untuk menyiapkan beberapa parsel berisi buah dan kue-kue.
"Ini buat siapa, Bi?"
"Kata Pak Haji ini buat dibawa ke rumah calonnya,"
"Apa?"
"Kita akan ke rumah calon istri bapak, kamu dan Ega harus ikut!" Tiba-tiba saja bapak menyahut dari belakangku.
Aku tak terkejut dengan ucapan bapak, sejak menerima video kiriman Mang Sodik, aku dan Bang Ega sudah menduga cepat atau lambat hal ini pasti terjadi.
"Kapan kita pergi ke sana, Pak?"
"Sore ini juga. Bapak sudah bilang Ega untuk siap-siap, istri dan anaknya juga akan ikut."
"Bapak ingin mengenalkan kami dengan calon istri Bapak?"
"Kenalan? Nggak. Bapak mau langsung melamar dia."
"Langsung lamaran? Nggak kecepetan?"
"Hal baik harus disegerakan. Sana, siap-siap!" Bapak tak ingin dibantah.
Tidak lama lagi aku akan punya ibu sambung dan saudara tiri, semoga saja kami bisa akur selayaknya keluarga.
_______
Mobil kami berhenti di depan sebuah rumah sederhana yang berpagar hitam, rumah tersebut bercat hijau muda dengan banyak tanaman hias di sekitarnya.
Beberapa lelaki yang duduk di teras langsung berdiri begitu kami turun dari mobil. Mereka tersenyum semringah menyambut kami. Setelah bersalaman kami masuk ke dalam rumah. Lalu duduk lesehan di karpet yang telah disediakan. Bang Ega duduk di sebelahku. Tidak lama keluar beberapa perempuan yang kemudian duduk di seberang kami.
Seorang ustadz memimpin acara lamaran hari ini. Sejak masuk tadi aku tidak melihat perempuan yang ada di video kiriman Mang Sodik, gadis ABG di video itu pun tak ada. Ah, mungkin mereka di dalam kamar dan nanti akan keluar, pikirku.
Bapak kemudian menyampaikan maksud kedatangan kami, lalu sang ustadz bertanya apakah lamaran bapak diterima.
Perempuan agak gemuk berjilbab putih yang usianya tidak jauh dari bapak menjawab. Ia menerima pinangan bapak.
Bang Ega, menoel tanganku lalu berbisik, "Kalau ibu ini yang dilamar Bapak, lalu perempuan di video itu siapa?"
Gelengan kepala adalah jawabanku pada pertanyaan Bang Ega. Aku sama sekali tidak tahu jawabannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top