Tigablass
Hai Hai aku datang lagi💅
Jangan marahi aku yg lama update 🤠
Marahi saja mood dan tugas-tugas ku yang kayak Guguk.
Btw aku lagi suka dengerin lagu ini
🎶Gemes - Kuburan Band 🎶
Selamat membaca kawan💅
**
Seperti tidak terjadi apa-apa, kini mereka berempat sarapan bersama di meja makan.
Tidak bodoh, keempat manusia itu ingat apa yang terjadi malam itu, tapi keempatnya memilih untuk diam, toh tidak buruk juga berpura-pura bodoh, kan?
"Ini apa mah?" tanya Bright menunjuk makanan di dalam mangkuk dengan wajahnya datar.
Yang sebenarnya terjadi adalah kakinya di bawah sana menekan-nekan inti milik Papahnya. Dan pertanyaan Bright tadi sejujurnya di tanyakan untuk benda yang sedang di mainkan oleh Kakinya di bawah sana.
Namtan yang tidak menyadari itu hanya menjawab sesuai dengan yang ia pahami. "Jengkol rebus."
Bukan Bright yang terkejut, melainkan Dew. Alisnya menekuk tajam, apa katanya?
Jengkol rebus?
Seumur-umur Dew belum pernah makan jengkol, apalagi yang di rebus. Tapi entah apa yang membuatnya kini berpura-pura semangat untuk menyenangkan hati si pembuat masakan.
"Wah, Dew suka jengkol rebus!"
"Nih.... " Namtan menuangkan jengkol itu pada piring ke tiga pria di depannya. Di mulai dari Win, Bright lalu terakhir Dew.
"Aku gak suka jengkol," kata Win tanpa sadar membuat suara seperti merengek.
Win juga sebenarnya mencoba mengelak dari sensasi dan gelayar aneh yang menganggu tepat berada pada intinya, yang pelakunya tak lain adalah Bright, anak tirinya itu.
Namtan menuruti keinginan Win, dirinya tidak jadi menuangkan jengkol rebus tersebut ke dalam piring Win, dan menggantinya dengan menu lain. Namtan kini juga mulai memahami selera makan dari suaminya.
Sedangkan Bright, menggigit pipi bagian dalamnya, menahan gemas. Kenapa Pria yang lebih tua beberapa tahun darinya ini sangat menggemaskan. Win dengan rambut yang masih acak-acakan itu kini bersemangat menyantap makanannya.
"Sini aja tante, ke piring Dew banyak-banyak. Dew pecinta Jengkol kok," dusta Dew.
Bright di ujung sana tidak perduli. Ada dua aktivitasnya di meja makan pagi ini.
Makan dan menggoda Papa manisnya.
Oh, jangan heran sarapan pagi mereka Jengkol. Karena Namtan sedari dulu tidak memiliki aturan dalam menu sarapan. Selama makanan itu enak dan layak, Namtan akan tetap menyediakannya meskipun makanan itu tergolong berat untuk sarapan.
Win diam menikmati menu lain yang ada di meja makan ini. Dua rasa nikmat menyerbu Win pagi ini. Pertama menu masakan milik Namtan yang tidak di ragukan lagi untuk lidahnya.
Lalu yang kedua, kenakalan dari kaki Bright di bawah sana yang belum berhenti untuk menggoda miliknya walaupun masih terbungkus celana-yang pasti tidak di ragukan juga kenikmatannya. Win merasa dia bener-bener gila oleh Bright.
Win berusaha menormalkan tubuhnya. Nafasnya tercekat membuatnya sulit dalam mengunyah makanan.
Win menggeliat dan terbatuk.
"Hati-hati sayang, makannya," ucap Namtan memberi minum pada Suaminya, Win.
"Uhuk uhuk!"
Suara batuk juga datang dari Dew, pria itu sengaja tersedak agar mendapatkan atensi dari Namtan juga.
Dirinya juga bingung, sebelumnya fokusnya ada pada Pria manis yang berstatus Papah tiri dari temannya itu. Tapi sekarang, dirinya seperti di tarik untuk mendapatkan Afeksi dari Namtan, wanita yang tadi malam mendapatkan keperjakaannya.
"Kamu kenapa, Dew?" tanya Namtan.
"Minum tante, Dew Butuh air - butuh air!" serunya bersemangat, berharap mendapatkan perhatian yang seperti Win tadi.
"Itu di depan kamu kan udah ada." Tunjuk Namtan pada gelas yang sudah berisi air.
Eek.
Bahu Dew merosot, kok beda?
Dew kan juga ingin seperti Win. Apa harus menjadi Suaminya Namtan dulu baru di layanin? Haruskah Dew terima aja tawaran Namtan tadi malam yang meminta Dew untuk menjadi Suaminya?
"Asek asek ngewe terus," batin Dew.
"Bright, mamah mau kasih tau kamu sesuatu...."
"Apa mah?"
"Nanti, ponakannya Win bakalan datang, dia bakalan nginep di sini satu hari. Jadi nanti kamu temenin dia jalan-jalan ya?"
"Loh? Kok Bright sih mah?"
"Kan anak Mama cuma kamu, jadi yang bisa di mintain tolong ya kamu doang, gimana sih. Lagian cantik kok orangnya. Ya kan sayang?!" seru Namtan bertanya pada Win.
Win tersenyum kaku, dia melupakan fakta bahwa keponakannya akan datang nanti. Padahal sebelumnya dia biasa saja jika kehadiran salah satu keluarganya di sini. Tapi, kenapa sekarang perasaan tak menentu tiba-tiba menyerbu dadanya?
Meja makan menjadi hening setelah Bright mengangguk pasrah. Tiba-tiba atmosfer ruangan menjadi sunyi.
Win juga masih gelisah, bukan karena kaki Bright yang menganggunya-justru sebaliknya. Bright menghentikan aktivitas nakalnya tadi. Kini Pria itu fokus pada makanannya, yang mana itu membuat Win gelisah dan bertanya. Ada apa dengan Bright?
***
Apakah hari libur itu menyenangkan? Iya menurut Bright, kecuali hari ini.
Mood Bright yang tadi pagi buruk entah apa alasannya, kini semakin buruk sejak kedatangan Wanita yang katanya Keponakan dari si manis.
Bright sebenarnya tidak masalah dengan adanya bocah itu. Tapi yang menjadi masalahnya, dirinya tidak di biarkan untuk tenang karena sedari tadi wanita dengan dandanan meriah itu tidak berhenti berceloteh. Telinga Bright pengang.
"Yow men, gue denger-denger lu katanya suka bola ya?"
"Enggak, gue sukanya orang," kata Bright sambil menatap Win yang terlihat masam.
Loh? Kenapa?
Bright baru menyadari ternyata si manis sedari tadi tidak semangat dalam menyambut keponakannya, karena bibir manis itu sedari tadi terus menekuk ke bawah.
"Yaw, I know. I mean your hobby, tolol!"
"Gue udah pensiun dari bola."
"Bisa gitu ya?"
"Hem."
Perbincangan mereka terus berlanjut, hanya pertanyaan-pertanyaan kecil yang wanita itu layangkan pada Bright dan di jawab seadanya, karena sedari tadi Bright juga sibuk memperhatikan wajah lesu si manis.
Apa jangan-jangan Win cemburu?
Kalau iya, mantap kalau begitu, mari bermain bersama Bright Mwehehe.
" OMG! I forgot to ask your name!"
Bright terperanjat karena suara kencang dari wanita di depannya itu. Kalau bukan keponakan Win, mungkin wanita ini sudah Bright jambak karena berisik.
Istighfar Bright.
"Bright."
"Woww bagus banget namanya. Kenalin gue Milli."
Bright memandang tangan yang terulur di hadapannya itu. Mau tak mau Bright membalas jabatan tangan itu.
"Gue kira Meter."
"Ha?"
"Gak."
"Ck! Cuek banget sih daritadi. Lo gausah sosoan jadi cowok dingin deh, gak cocok brow!"
"Lo juga gausah sok asik deh, gak seru sis!" balas Bright.
Milli, wanita itu hanya memutar bola matanya malas.
Ngomong-ngomong, mereka hanya bertiga duduk di ruang tamu. Namtan tadi pergi dengan alasan ingin mengantri Minyak bersama para ibu-ibu lain, dan Dew yang sejak tadi setia mengikuti Namtan itu juga tak ingin ketinggalan. Dia juga ingin ikut dengan alasan mengantri Minyak juga untuk Ibunya di rumah. Alasan klasik yang tidak menarik.
Padahal setau Bright, Dew hanya tinggal bersama Max, Ayahnya.
Bright sudah tau niat kawannya itu, tidak dapat mencegah. Malah bagus menurutnya.
"Brow, kata tante Namtan nanti lo wajib temenin gue ke Alun-alun cari makanan sini, gak ada bantahan."
"Iya, tadi nyokap juga udah bilang," kata Bright pasrah.
Milli kini melirik ke arah Win yang sedari tadi diam. Adik dari mendiang Mamahnya itu tidak biasanya murung seperti itu.
"Om ku tersayang kenapa cemberut begitu? Pengen ikut juga? Nanti aku mau beli ciki sama seblak loh, Om mau juga gak? "
Win menoleh lalu menggeleng. "Enggak deh, kamu aja."
Demi Dewi, Win benar-benar ingin Milli sendiri saja yang pergi, benar-benar sendiri, tanpa Bright yang juga ikut menemani. Win hanya takut sesuatu yang menganggu pikirannya itu benar-benar terjadi.
Sejujurnya Win belum dapat merealisasikan apa yang ada di pikirannya, Win belum menemukan jawaban pasti apa yang membuatnya gelisah. Intinya Win tidak ingin Bright pergi menemani Milli.
Selama Win mengenal Milli, Win baru menyadari banyak kesamaan darinya dan Bright. Mulai dari hobi dan kesukaan lainnya. Win hanya takut mereka semakin akrab, dan Bright akan melupakan Win.
Terlalu jauh memang untuk berpikir seperti itu. Tapi itulah bayangan dari pikiran Win tadi.
Lihat sekarang, mereka terlihat akrab, menonton siaran yang sama melalui ponsel milik Bright. Milli mulai mengikis jarak dengan Bright, Bright juga terlihat tertarik dengan tontonan dan obrolannya bersama Milli.
Win sama sekali tidak dapat memahami apa obrolan itu. Mereka seakan melupakan Win yang masih ada di sana.
Win tidak suka. Sesuatu yang panas kini berkerumun dalam dadanya.
"Bright...." panggil Win.
Bright masih fokus pada ponsel dan tayangnya.
Win bangkit, memilih ke kamar. Dia bingung kenapa seperti ini. Matanya menghangat, sesuatu menggenang di pelupuk matanya.
Win tidak suka di diamkan.
Si manis itu berjalan ke kamar tanpa memperdulikan apapun. Dia takut Bright atau Milli melihat ke arah matanya yang menggenang.
Win duduk di sudut kasur. Memikirkan apa yang sedang ia rasakan, karena sejujurnya dia juga bingung dengan perasaannya. Ini pertama kalinya Win merasakan perasaan sesak seperti ini.
Win tidak ingin melihat itu lagi, dia tidak suka melihat Bright berdekatan dengan orang lain sekalipun itu keponakannya sendiri.
Tiba-tiba pintu kamar Win di buka, Bright muncul dari sana dan menuju ke arah lemari, seperti mengabaikan keberadaan Win.
"Bright, lagi cari apa?"
"...."
"Bright?!" panggil Win sekali lagi.
"Ya?"
"Lagi cari apa?" tanya Win. Astagah, Win ingin mengutuk suaranya yang serak, tanda Win akan menangis.
Win tidak suka di diamkan oleh Bright seperti ini. Memangnya Win ada salah apa sebelumnya sampai Bright mengacuhkan keberadaan Win?
"Cari jaket Mamah, buat Milli," ucap Bright sibuk mengacak isi lemari tanpa memandang ke arah Win
"Hiks.... "
Sontak kepala Bright langsung menoleh ke arah Win. Melihat bagaimana wajah si manis yang me-merah dan air mata yang mengalir dari sana.
"Loh? Kenapa? "
"Bright, hiks ... Jangan pergi ya. Di sini aja sama Win!"
TBC
*
*
*
Yeayy abiss
Gimana part ini?
Jangan minta adegan ngeW tiap part mulu😭 bentar lagi puasa^^
Maap ya aku lama banget update nya😭
Karena aku update sesuai mood juseyoo 🙏
Semoga suka dengan Part ini dan jangan lupa Bintang nya supaya aku makin semangat updatenya.
-Adik Ipar Win lagi 🐰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top