Host Live Streaming

Sebagai orang kampung, Dayat Sudrajat diajarkan untuk selalu berpegang pada pepatah yang berbunyi, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Pria bertubuh besar itu percaya jika pepatah tersebut bukan hanya tentang menghargai adat setempat saja, melainkan juga tentang aspek kehidupan seperti karir, agama, hingga jasmani dan rohani.

Seorang manusia harus bisa beradaptasi dengan sekitarnya, tetapi tetap tidak melupakan nilai-nilai yang terpatri pada diri. Itulah pesan dari pepatah yang membentuk Dayat sejak logikanya baru berjalan setelah mendapat pendidikan di sekolah dasar.

Di salah satu bilik studio lantai dua sebuah agensi pemasaran, Dayat mempresentasikan toples kaca bertutup kayu estetik dengan percaya diri. Pria berumur 26 tahun itu mendekatkan toples tersebut ke hadapan 9kamera ponsel, membuat warna pastel dari bilik tempatnya berada seolah menyatu dengan etalase berisi barang lainnya.

Pekerjaan keempat Dayat Sudrajat di bulan keduanya merantau adalah host live streaming. Menurut pria berjenggot tipis nan maskulin itu, pekerjaan yang ia lakoni sama seperti saat dirinya bekerja dengan juragan sayur di Cianjur, hanya saja ia harus terbiasa dengan kamera dan aplikasi sosial media yang berbeda.

"Iya, Bunda Hani. Mau cari yang nomor berapa? Di sini semua barang insyaallah berkualitas. Saya mah berani jamin barangnya awet, kuat, sama tahan lama, Bunda. Nah, buat ayah-ayah yang mau bikin surprise buat si ayang di rumah, wajib banget hukumnya buat checkout! Kenapa? Karena promonya cuma ada hari ini aja! Dari Bunda Yudha, 'Om, saya mau lihat etalase nomor 4'. Boleh banget atuh! Mangkok Sayur Macook antipanas, antiretak, antipecah, berkualitas premium!"

Berbeda dengan berjualan di pasar tradisional, seorang host live streaming harus berakting lebay, heboh, dan lucu untuk mendapatkan atensi calon konsumen. Bisa berbicara cepat bak rapper tentunya juga poin plus pada industri ini.

Jika tidak berpenampilan menarik, minimal berperilaku menarik. Meski kejam, host tidak goodlooking dengan prinsip 3L (Lemah, Lesu, Lunglai) tidak akan pernah dilirik oleh pembeli. Meski baru beradaptasi dan mempelajari dunia berjualan online, Dayat seratus persen yakin akan hal itu.

Selain host goodlooking dan pandai berakting, host yang mahir dalam memanfaatkan fitur marketplace seperti diskon dan gratis ongkir tentunya juga bisa menarik perhatian konsumen. Mau bagaimanapun, potongan harga adalah madu yang memanjakan jiwa tetapi membahayakan isi dompet. Walau harganya lebih mahal dan minim kegunaan, barang dengan potongan harga akan lebih menggoda iman dibanding barang yang murah jaya apa adanya.

"Nah, Bunda. Ini Mangkok Sayur Macook yang antipanas, antiretak, antipecah, dan berkualitas premium punya, nih! Bisa dilihat ya kalau mangkok Macook ini teh bahannya dari kaca tebal berkualitas tinggi yang aman dipakai hingga suhu seribu derajat celcius! Seribu derajat celcius, bo! Kalau Bunda mau masukin ke microwave atau masak sayurnya langsung kayak chef di TV, yang dari mangkok kaca langsung masuk ke kompor, ini bisa banget! Aman banget! The best lah pokoknya mah. Belum lagi—"

Dayat tiba-tiba menoleh ke sana-ke mari, menciptakan keheningan yang membuat beberapa penonton live bertanya-tanya melalui chat. Bulu kuduknya merinding. Ia menelan ludah dan meraba tenguk yang dikuasai aura dingin tak mengenakkan. Pria itu menarik napas panjang dan memikirkan hal positif. Ketika ia ingin kembali fokus pada kamera, tangan pucat kasar dengan kuku yang panjang tiba-tiba meraba kantung mata kanannya.

"ALLAHUAKBAR!"

Teriakan takbir menggelegar ke seisi ruangan setelah mangkok kaca antipanas, antiretak, antipecah, dan kualitas premium itu pecah. Dayat tidak sengaja membanting mangkok itu, membuat waktu di bilik-bilik pastel lainnya seolah terhenti. Semua mata di ruang studio tertuju pada pecahan kaca yang tercecer, perlahan beralih ke wajah merah padam Dayat, lantas kembali menjalankan tugas mereka sebagai host sembari sesekali mencuri pandang terhadap kekacauan yang telah terjadi.

Dayat mengelus dada dan menahan sumpah serapahnya di dalam hati. Itu bukan kemauannya. Mau bagaimanapun, itu salah dari mangkok kaca yang memiliki klaim antipanas, antiretak, antipecah, dan kualitas premium yang sedang ia pasarkan. Penipuan kualitas produk yang spektakuler dan menyisakan pecahan sangat anggun. Terlalu anggun seperti retaknya karir Dayat Sudrajat saat ini.

"Ya, tenang aja, Bunda. Itu mah cangkir saya yang gak sengaja ketendang di bawah meja. Suara pecah dikit gak ngaruh ya, Bun," elak Dayat sembari memasang senyum profesional. "Mangkoknya aman, kok, Bunda. Tenang aja, Mangkok Sayur Macook-nya gak pecah, kok! Sumpah! Bentar, saya ambil dulu."

Di saat isi live chat makin ribut menanyakan apa yang telah terjadi kepadanya, Dayat Sudrajat menghilang dari sorot kamera setelah melempar senyum sumringah dan lambaian ramah. Ia berhasil mengelak dengan sempurna. Akan tetapi, jantungnya berdebar kencang disertai keringat dingin yang mengucur bak pipa PDAM yang bocor.

Seandainya makhluk gaib nan jail itu tidak membelainya mesra, kejadian itu tidak akan pernah terjadi. Untungnya, sebagai mantan penjual sayur yang telah menjelajah setiap pasar di kabupaten Cianjur, ia sudah terbiasa mengakali segala situasi genting untuk menenangkan konsumen. Plan B. Dayat harus mengambil mangkok kaca tipu-tipu serupa dari bawah lemari etalase produk di belakangnya.

Hari sial tak kenal tanggal. Rasa gundah benar-benar melingkupi hati dan tubuh kala Dayat membongkar isi bawah lemari tersebut. Ia merinding. Tidak hanya karena karirnya yang terancam, melainkan karena sosok gaib yang ikut andil sebagai suksesor kejatuhan karir keempatnya itu. Tepat saat tangannya berhasil menyentuh permukaan mangkok kaca, jemari lain mengelus punggung tangannya disertai sensasi yang membekukan.

"Kamu bisa liat aku, Bang?" bisik suara cempreng sosok wanita tepat di telinga kiri Dayat.

Ia memilih bungkam saat bulu kuduknya kembali meremang. Pria itu sudah tahu seperti apa akhir yang akan terjadi bila sengaja menjawab pertanyaan yang tidak mungkin ditanyakan orang hidup itu. Syukurnya, suara itu tidak membuatnya membanting mangkok kaca tipu-tipu untuk kedua kalinya.

Dayat menutup matanya dan menghela napas panjang. Ia menenangkan hati dan segenap jiwa raga dengan memanjatkan ayat kursi. Tangannya sudah berhasil menjepit mangkok sayur yang katanya antipanas, antiretak, antipecah, dan kualitas premium itu. Hal yang harus ia lakukan adalah duduk kembali di kursinya dan menatap kamera.

Pria itu membuka matanya di tengah doa, aman. Sosok suksesor kejatuhan karirnya itu sudah menghilang. Dayat kembali menebarkan senyum profesional dan duduk di kursinya. Namun, baru saja Dayat berkedip sekali, wajah kuntilanak yang penuh belatung muncul tepat di depan kamera ponselnya.

"ALLAHUAKBAR, LA ILAHA ILLALLAH!"

Dayat yang ingin melancarkan segala teknik marketing-nya malah melancarkan serangan kepada sosok tanpa fisik itu. Kali ini, ia benar-benar memecahkan Mangkok Sayur Macook antipanas, antiretak, antipecah, kualitas premium, ditambah bonus ponsel android satu-satunya yang mengheningkan cipta.

Live streaming dan karir Dayat Sudrajat pun berakhir dengan sangat spektakuler, megah, dan tidak akan pernah dilupakan seperti konser Taylor Swift yang mendunia.

***

Kiamat sedang bergejolak di benak Dayat Sudrajat. Ia sangat jengkel dengan semua hal yang terjadi selama dirinya merantau ke Jakarta Selatan. Matahari yang menyengat kulit, keringat yang membasahi kemeja, bising knalpot kendaraan, asap rokok yang menguar, dan bau ketiak yang membuncah dari pria gemuk di dekat penyimpanan galon air seolah tak mampu disandingkan dengan kekalutannya.

Dayat yang kehilangan semangat juang dan nyawa ponselnya tertegun di kursi supermarket dengan wajah kecut. Ia hanya bisa menyaksikan pembeli yang datang silih berganti dan sobat perantauannya yang mondar mandir memanen uang parkir. Tak lama setelah kawannya mengacungkan jari tengah ke pemotor yang kabur, sobat Dayat dengan perawakan jangkung kering itu duduk di sampingnya dan menawarkan rokok sebagai tanda ramah tamah.

"Gudang Gula Jaya? Jaya? Jay—"

"Diem, Pul. Maneh1 jangan ngikutin si Depe dulu, kepala urang(2) lagi mumet."

"Kunaon(3)? Dipecat lagi?" Pria bernama Saipul itu melepas topi lusuhnya dan tertawa. "Udah atuh, Yat. Masalah kerjaan mah tinggal nyari lagi. Gampang itu mah, kerjaan banyak. Insyaallah orang kayak elu mah bakalan cepet dapet, kok."

"Gampang belah mananya, Saipul Jamal? Yeuh nya(4). Lamaran di Indonesia mah udah gak ngotak. Minimal umur 24 tahun, pengalaman 3 tahun, berpenampilan menarik. Urang? Umur 26 tahun, pengalaman tukang angkut sama jual sayur, terus muka pas-pasan gini mau jadi apa, atuh? Kemaren-kemaren udah syukur keterima jadi tukang jaga outlet minuman, eh dipecat. Jadi waiter, dipecat oge(5) . Jadi cleaning service, tempatnya banyak setannya. Lah, ayeuna(6)? Jadi host jualan online oge dipecat. Urang mah heran, kunaon sih setan teh gak mikir kalau urang butuh makan sama bayar kos?"

Dayat Sudrajat menghentak-hentakkan kaki ke lantai. Ia kesal, mengapa dirinya menjadi lebih sensitif dengan keberadaan hantu setelah merantau. Dan hal paling utama, kenapa ia harus latah? Pria itu lantas mengacak-acak rambutnya tak karuan lalu menarik napas dalam dalam.

"Jadi setan mah enak, gak usah kerja cari makan, terus tinggal suka-suka neror orang. Lah, urang? Cita-cita ngerantau itu mau penghasilan stabil biar bisa nabung modal nikah. Eh, malah gak ada hasil. Uang hasil nabung dari 12 juta gak kerasa tinggal 6 juta gara-gara beli hape baru, bayar kos pertama kali, belum lagi maneh ngut—"

"Hus! Udah ah." Saipul merangkul pundak Dayat dan meneruskan, "lagian kata gue oge ngapain elu ngekos di tempat mahal? Baru masuk resto udah belagu ngomong, 'ih, da gaji urang mah pasti gede di resto, ngekos juga masih ada sisa buat nabung', eh pas pindah ke kos besoknya dipecat. Kalau cari kontrakan di Jaksel mah ya minimal kayak gue atuh, ngontrak 400 ribu. Yang penting ada tempat tidur sama tempat simpen barang yang aman mah udah cukup. Elu kan bisa diem di kontrakan gue dulu kayak kemarin, terus nanti bayarnya patu—"

"Tapi kontrakan maneh teh banyak setannya, panas, banyak jamur, kecoa, kamar mandi di luar, air butek bau, belum lagi rumah sebelahnya suka setel lagu jedag-jedug pake salon 24 jam. Patungan? Maneh belagu ngekos 400 ribu oge waktu bulan kemarin urang yang bayar, kan? Padahal pas urang awal-awal nebeng, maneh duluan yang bilang bayarnya bagi dua."

Saipul terdiam. Tak lama kemudian ia berdeham, menepuk pundak Dayat sekali lagi, dan mengganti topik, "Inget, Yat. Kalau kata orang sini mah, 'Stop overthinking, life must go on' biar tetep waras."

"Gimana gak overthiking, Epul?" Dayat memukul meja, membuat perhatian orang tertuju kepadanya selama beberapa detik. "Tiap kerja udah mulai lancar, tiba-tiba setan jadi sok asik. Kunti nyari jodoh lah, pocong dari Cirebon nyari keadilan lah, tuyul nyari emaknya lah."

"Hus! Udah ah. Nih, gue ada saran buat elu," Saipul mengambil Iphone-nya dan menunjukkan screenshot website haram. "Di saat kepala penat, depo judol solusinya. Siapa tau kan elu teh bisa sukses jadi orang kaya kalau nyoba mah. Tingali yeuh, tadi oge gue dapet 4 juta, padahal cuma depo 200 ribu. Cuma 200 ribu, bo! Bentar, gue kirim link-nya ke elu."

"Sia(7) teh dongo, picek, apa gimana, sih? Tingali atuh, hape urang teh rusak!" Dayat menggetok kepala Saipul dengan ponselnya. "Sia ngutang ke urang oge belum bayar malah ngajak depo judol. Pantes we betah tidur di kontrakan yang banyak setannya!"

***

(1) Maneh: Kamu.
(2) Urang: Saya. Tergantung konteks kalimat, artinya bisa berubah menjadi kita.
(3) Kunaon: Kenapa.
(4) Yeuh nya: Gini ya.
(5) Oge: Juga.
(6) Ayeuna: Sekarang.
(7) Sia: Bahasa kasar dari Kamu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top