Prolog
.
.
.
Kemenangan Blue Lock Eleven membawa kebahagiaan bagi para anggota juga pendukungnya. Tentu saja, hal ini mempengaruhi berbagai orang yang sebelumnya tak berada di pihak yang sama. Senyum Reo melebar, meyakinkan diri sendiri dengan tekad kuat. Genggaman pada baju itu kian mengerat tatkala mendapati seorang gadis dengan helaian biru muda berjalan mondar-mandir, tampak sibuk.
"Kumi-chan, jangan lupa bawa berkas ini, ya! Aku perlu menghadapi para reporter dulu," sahut Anri pada gadis berambut biru muda tersebut. Yang diajak bicara, hanya mengangguk tergesa-gesa, mengabaikan perhatian Reo dari balik iris ungunya. Lantas, Anri pergi meninggalkan ruangan setelah mendeklarasikan bahwa akan mentraktir para anggota yang telah berjuang keras dalam pertandingan terakhir tadi.
Ini masih belum berakhir.
Mimpi Reo untuk kedua sosok yang ia sayangi tersebut. Panggilan dari Nagi, ia hiraukan, berkutat pada pikiran sendiri sembari menghela napas. Mereka akan mendapatkan liburan dan Reo sudah tidak sabar untuk kembali berada di rumahnya sendiri karena fasilitas non-top di sini. Saat hendak pergi, langkahnya terhenti sejenak ketika mendapati sebuah handphone putih yang familiar, berada di tangan Nagi.
"Oi, Nagi, kenapa handphone Kumiko ada di tanganmu?"
Reo melemparkan pertanyaan, mengerutkan dahi kebingungan. Sementara, Nagi mengendikkan bahu acuh, "Daritadi, aku memanggilmu Reo. Mungkin saja ... Kumi lupa."
"Uh, dasar anak itu. Bagaimana bisa ia seceroboh ini?! Kalau kenapa-kenapa dan tidak ada yang bersamanya 'kan susah!" seru Reo, kesal. Lalu, menyambar handphone tersebut, berlari keluar menuju arah yang Kumiko tuju sebelumnya. Meskipun, ia tidak tahu pasti. Dengan gelisah, iris ungu itu bergulir, berusaha mencari keberadaannya.
Butuh beberapa menit untuk menemukan sosok yang dicarinya. Benar saja, lihatlah dirinya yang tengah kesusahan seraya mencoba menormalkan kembali deru napasnya, terlalu kelelahan.
Dengkusan kasar Reo embuskan, iris ungu itu memicing tajam saat mendapati Kumiko dengan tumpukan berkas, "Kau! Kau tahu bukan kalau kau tidak bisa capek?!"
"Eh, Reo?"
Kumiko tersentak saat dibentak tiba-tiba seperti itu. Siapa yang tidak kaget jika temannya datang dengan ekspresi penuh amarah? Lantas, Kumiko menghela napas, mengulas senyum canggung, "Ini bukan apa-apa, kok! Lagipula, aku datang ke sini untuk mendukung kalian dari belakang. Yah, parah sekali ya, ketahuan duluan!"
"Duluan darimana? Aku dan Nagi sama sekali tidak tahu sampai detik ini, saat kami melihatmu bersama mereka," ujar Reo, sedikit ketus. Jujur, ia tak ingin seperti ini, terlebih lagi dengan Kumiko yang sama sekali tidak mempunyai masalah bersamanya. Hanya saja, ia takut gadis itu akan meninggalkannya, sama seperti Nagi Seishiro.
"Mereka? Apa yang kau maksud Anri-san dan Ego-sanー"
"Iyaー"
"Atau Isagi-san dan Bachira?"
Kumiko bertanya dengan wajah polos, membuat Reo melotot. Jadi, selama ini, gadis yang ia sukai di hadapannya itu hanya menampakkan diri saat ia dan Nagi tak berada di sekitar. Sangat cocok untuk berkamuflase dan bersembunyi, sama seperti hubungan mereka berdua saat ini.
Sepasang kekasih yang diam-diam menjalin hubungan di belakang.
Walaupun, hanya dirinya seorang saja yang bertepuk sebelah tangan. Kurang lebih, seperti hubungan kontrak. Mikage Reo ingin mengikat gadis itu, agar tak pergi kemana-mana. Tetapi, dengan keadaannya yang sekarang, ia seolah merasa tak mempunyai rasa percaya diri akan apa pun.
"Reo?" panggil Kumiko. Kali ini, giliran pasangannya yang memasang ekspresi khawatir.
Pemuda berambut ungu itu mengerjap, tersadar akan dirinya yang terlalu berlarut dalam lamunan. Sontak saja, ia terkekeh pelan, memeluk sosok di hadapannya sembari mengabaikan tumpukan dokumen yang tergeletak di meja. Ia pun bertanya, "Kumiko, bagaimana kalau kita adakan banquet?"
"Huh, kenapa tiba-tiba?"
"Tidak apa-apa, hanya ingin mengubah suasana hati, haha. Kemenangan kita harus dirayakan, bukan?" balasnya dengan senyum yang bertengger di wajahnya.
Namun, Kumiko tidak tersenyum. Bukan, ia tidak mampu. Karena, gadis itu paham, ada sesuatu yang salah dari balik senyuman yang dipaksakan tersebut.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top