Epilog

.
.
.

Harum sabun menguar di udara dan kepulan asap panas ikut tampak ketika Reo mengeser pintu onsen. Di hadapannya, terdapat seorang gadis berambut biru muda yang tengah meletakkan handuk satu persatu di lemari. Iris ungu itu membulat, wajah memerah dan panas. Lantas, ia berseru kencang, "Nagi, jangan keluar! Tetap di dalam sana!"

"Eh, memangnya kenapa, Reo?"

"Oh, yang ada di dalam Nagi dan Reo, ya?" sahut Kumiko polos. Namun, ia tak mengalihkan perhatiannya dan masih fokus pada pekerjaannya saat ini.

"Ku-Kumiko, kenapa kau ada di onsen pria, huh?!" tanya Reo, terbata-bata dan panik. Tentu saja, siapa yang tidak merasa malu ketika dilihat setengah telanjang oleh orang yang disukai. Kecuali, jika kekasihnya itu tak menganggap dirinya sebagai seorang lelaki.

Benar saja, lihatlah sikap santai itu, benar-benar membuat Reo tak mampu berkata-kata.

"Tidak usah sekaku itu, Reo! Badan kalian pasti bagus sama seperti Niichan atau Rin. Tidak perlu khawatir akan komentar dariku."

Tunggu, ia pernah melihat badan Itoshi Sae dan Itoshi Rin?

Reo menggeleng, pasti sewaktu masih kecil.

"Bukan itu masalah utamanya! Jawab aku, kenapa kau bertugas di sini?!"

"Yah, aku lupa menyetok handuk per kamar! Jadi, kuletakkan langsung saja di sini daripada dimarahi oleh Ego-san saat kembali nanti. Beruntungnya aku, karena yang ada di sini hanyalah Reo dan Nagi saja," ujarnya seraya tertawa ringan. Iris biru itu kini menatap Reo yang tak memakai busana, meskipun bagian bawahnya tertutupi oleh celana hitam pendek. Ia mengerjap, lalu mengulas senyum, "kudengar, kalian sudah baikan, ya?"

"Eh? Ah, ya, itu benar."

Reo menggaruk kepalanya yang tak gatal, mengabaikan Nagi yang duduk melantai sembari menyandar di balik pintu. Sosok berambut putih itu tengah menunggu mereka berdua untuk selesai mengobrol, atau mungkin saja terlalu malas untuk ikut bercengkrama dan berakhir menjadi nyamuk.

"Aku senang kalian sudah berbaikan. Maaf ya, tidak sengaja menguping pembicaraan kalian, hehe."

"Kau tidak seharusnya berpikir seperti itu. Lain kali, jangan ke sini lagi," ujar Reo seraya memalingkan wajahnya, mengacak helaian rambutnya, merasa sedikit frustasi akan ketidakpekaan si gadis.

"Hm, oke?"

"Kumi, bagaimana kalau kau dan Reo mandi bersama?" Nagi menyahut, jengah karena terjebak dalam situasi pasangan. Reo melotot, menjitak kepalanya.

"Oi, Nagi!"

"Ouch."

Melihat tingkah kedua temannya tersebut, Kumiko memasang cengiran lebar. Reo mengerjap, sekali lagi terpana akan gadisnya, membuat Nagi mencibir dalam hati. Lantas, Kumiko berucap dengan nada yang pelan, "Aku ... benar-benar senang kalian berteman lagi."

"Kau pernah bilang begini kepadaku. Kalau aku bahagia, kau juga akan bahagia, bukan?"

"Eh, ohーiya."

"Aku memang bahagia bisa berteman dengan Nagi. Tetapi, aku paling bahagia jika bersamamu. Karena itu, maukah kau untuk terus menghabiskan waktu denganku, Kumiko?" tanya Reo, menatap lekat gadis berambut biru muda itu dari balik iris ungunya.

Kumiko memiringkan kepalanya, "Aku tidak masalah, kok?"

Reo facepalm, bukan itu yang dimaksudnya, membuat helaan napasnya terdengar memenuhi ruangan. Benar, gadis di hadapannya ini sama sekali tidak bisa membedakan yang mana perasaan romantis dan mana yang platonic. Tetapi, kini hal itu bukan masalah untuk Mikage Reo.

Lihatlah rona merah samar yang menjalar di pipi gadis itu.

Ia benar-benar menghasilkan proses sedikit demi sedikit menuju tujuannya, memiliki Itoshi Kumiko seorang. Mereka berdua tidak lagi diam-diam menjalin hubungan, telah bisa leluasa menunjukan afeksi. Reo bisa dengan mudah menjauhkan mereka yang ingin mendekati sang gadis dengan status hubungannya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu."

"Ya, hati-hati Kumiko! Jangan sampai sakit dan awas tersesat!"

Gadis dengan helaian rambut biru muda itu membalikkan badannya, memberikan pose damai dengan senyum lebar bertengger di wajah mungilnya. Jantung Reo berdetak cepat, seolah terasa ingin meledak. Saat pintu ditutup, barulah Reo berjongkok, menyamakan tingginya dengan Nagi yang sedari tadi hanya menjadi orang ketiga.

"Barusan, Reo terdengar seperti melamar Kumi."

"Huh?"

Maukah kau untuk terus menghabiskan waktu denganku, Kumiko?

"Aku tidak bohong, 'kan?"

Wajah Reo memanas teringat kalimatnya, bukan karena efek uap di dalam ruangan. Reo mengerang, malu akan dirinya sendiri. Karena itulah, wajah Kumiko memerah!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top