ME - JHOPE
Aku menatap pamflet yang terpajang di mading sekolah, masih panas ingatanku tentang kejadian tadi pagi saat kekasihku memutuskan untuk putus. Padahal, hubungan kami sudah berjalan hampir tiga tahun bahkan terlihat baik-baik saja.
…
“Maaf Hoseok-ah aku sudah sangat sabar denganmu.”
“Tapi, apa masalahnya Yui, bukannya aku sudah mengikuti semua saranmu? aku juga memperlakukanmu dengan baik.”
Aku mengais kedua lengannya untuk menatap padaku.
“Hoseok kau harus sadar!! apa kamu tidak punya cermin di rumah? apa kamu tidak sadar ketika teman-teman kita terus mengejekmu?”
Aku berpikir mengolah setiap kata yang ia ucapkan, memangnya apa yang salah dengan penampilanku? aku tampil dengan baik, kurasa aku juga cukup tampan.
Yui terdengar melenguh, ia melepaskan tanganku perlahan, terlihat berusaha untuk sabar.
“Hoseok dengarkan, aku lelah pacaran denganmu.”
“Kau selalu dibully di sekolah, aku tidak tahan harus pacaran dengan korban bully sepertimu.”
“Yui, aku tidak pernah merasa dibully mereka hanya bermain denganku.”
Mataku menatap lekat pada wajahnya.
“Sadarlah, kau tidak sadar di kantin Namjoon dan Yoongi yang menyiram kuah sayur di kepalamu tadi? lalu kemarin saat Jungkook melempar bola kasti sampai kaca matamu rusak, apa itu kau sebut bermain?”
“Mereka tidak sengaja Yui.”
Yui memijit pelipisnya, “Pokoknya kita putus hari ini, aku tidak mau pacaran dengan anak cupu sepertimu Hoseok.”
Tubuhku mematung setelah kepergian Yui dari atap sekolah, aku tidak sangka dengan alasan yang ia berikan padaku. Padahal aku sudah mengikuti semua sarannya untuk berdandan modern seperti anak-anak lainnya, tapi apa itu salahnya dia harus dibully?
Mungkin, aku saja yang terlalu lemah. Aku merutuki nasibku sebagai pecundang di sekolah ini.
…
Selepas perpisahan yang memilukan kemarin, aku sendirian sekarang.
Sekarang, tidak ada Yui yang selalu membelaku ketika aku dibully, dan jangan berharap dengan teman tak ada satupun orang yang sudi berteman denganku.
Kalaupun ada, mereka akan berakhir ikut dirundung bersamaku oleh Namjoon dan Yoongi.
Baru saja aku buka pintu kelas, satu ember tepung tumpah ruah menimpa sekujur tubuhku ditambah siraman air yang datang di akhir.
Aku menatap nanar kumpulan orang-orang yang tertawa padaku, kulihat Yui tak peduli sedikitpun, ia bahkan tak menoleh sama sekali.
“Hahaha, teman-teman kita sudah punya kue ulang tahun untuk perayaan minggu depan!!” ucap pria jangkung di depan kelas.
Anak-anak lainnya bertepuk tangan sambil terus tertawa memegangi perutnya.
Aku menahan amarahku, tak ada sedikitpun keberanian dalam diriku untuk keluar melawan mereka. Mataku memerah menahan malu dan rasa sakit.
Tubuhku tergesa pergi meninggalkan kelas, suasanan gelak tawa masih terdengar sayup-sayup di telingaku.
Aku menunduk lesu menatap pakaian yang telah penuh dengan tepung.
Lalu lalang di sampingku tak ada satupun yang peduli, hanya bisik-bisik mengejek yang kudengar.
Kepalaku masih tertunduk menyembunyikan perasaanku, sampai akhirnya lorong menjadi sepi.
Bel telah berbunyi namun tak sedikitpun rasa ingin kembali ke kelas, aku hanya ingin membersihkan tubuhku sekarang. Aku menatap lapangan luas di samping jendela, terlihat siswa-siswa di jam olahraga dengan gembira tertawa satu sama lain.
Aku sangat tau sebenarnya, aku tau jika selama ini aku selalu dibully. Lalu apa? nyatanya aku tak dapat melakukan apapun.
Aku tidak tampan, tidak juga cerdas, ataupun berbakat dan bisa aku jadikan kekuatan.
Aku seorang pecundang sejati.
Mataku menatap mading di samping jendela tadi, terlihat foto-foto kenangan sekolah ketika liburan kemarin. Aku teringat hari itu yang tak hadir, dan berakhir terkunci di gudang .
Daftar peringkat siswa pun terpampang jelas di mading tersebut, aku kembali sadar kenapa banyak guru yang tak peduli ketika aku dirundung habis-habisan oleh temanku. Aku bodoh.
Aku mengusap pelan air di ujung mataku, lembaran-lembaran pamflet kulihat terpasang di sampingnya. Ada banyak selebaran tentang kompetisi sekolah nanti.
Hingga akhirnya pandanganku tertuju pada pamflet tentang kompetisi menari untuk acara sekolah nanti.
Aku menatapnya lama, menimbang haruskah aku melakukannya? aku tak pernah menari sedikitpun, hanya ingatanku tentang tarian ketika aku di sekolah dasar.
Saat terakhir kali aku bebas dengan perasaanku sendiri.
Mungkin ini kesempatan terakhirku, aku tidak ingin menjadi pecundang. Aku harus bisa membuktikan pada mereka, pada Yui kalau aku dapat terlihat keren bahkan hanya untuknya.
…
Seseorang naik ke atas panggung, setelah penampilan apik dari duo rapper Namjoon dan Yoongi yang sukses membuat panas para penonton. Seseorang dengan jubah hitam menutupi wajah dan sekujur tubuhnya.
Penonton penasaran dengan sosok dibalik jubah tersebut, wajahnya tak nampak sedikitpun.
Setelah bunyi dentuman musik mulai mengalun, dengan irama beat cepat dan alunan musik hip hop. Kaki seseorang dengan jubah tersebut mulai bergerak dengan cepat.
Mengikuti setiap irama lagu yang tengah populer di kalangan remaja.
Setelah lepas intro dari lagu tersebut, bunyi decak kagum para penonton mengalun lebih kencang. Kemampuan menarinya tidak dapat diragukan.
“Jimin-ah, bukannya semua anggota klub dance sudah tampil tadi?”
“Iya Kook, lalu dia siapa ya?”
Terdengar ucapan salah satu peserta di samping panggung, seingat mereka tidak ada anggota klub yang memilki gaya dan kemampuan menari seperti seseorang di atas panggung tersebut.
Hampir drop musik tersebut mengalun, setelah irama yang makin menaik seseorang yang tengah menari dengan lues menarik jubahnya dengan cepat. Melempar asal pada ratusan penonton di hapanannya.
Matanya memancarkan tatapan swag dengan tatanan rambut sederhana, proporsi tubuhnya terlihat seperti seorang idol ditambah balutan style-nya.
Leather pants menambah kesan kakinya yang jenjang ditambah bomber jacket berwarna putih membuat dirinya terlihat semakin bersinar.
Semua orang tertegun melihat siapa pria dibalik jubah tersebut.
“Hei!! dia Jung Hoseok!!” ucap salah satu penonton, penonton lainnya semakin riuh berdecak kagum melihat penampilan dari Hoseok.
Tak ada satupun yang menyangka dia yang akan tampil di atas panggung, tidak ada lagi tampilan cupu dari dirinya, ia sungguh luar biasa.
Sorakan penonton terdengar sampai belakang panggung, penonton meneriaki nama Hoseok dengan semangat.
Peserta lainnya terperanjat dengan cepat untuk melihat apa yang terjadi di atas panggung. Namjoon dan Yoongi yang awalnya tidak peduli akhirnya ikut penasaran, mata mereka tak percaya melihat seseorang yang tengah menari di atas panggung.
“Namjoon-ah bukannya dia Hoseok yang sering kita bully?” ucap pemuda manis di sampingnya.
“Iya, apa ini nyata?” matanya menatap tak percaya, ia berusaha mengucek matanya membenarkan pandangannya.
“JUNG HOSEOK!! JUNG HOSEOK!! JUNG HOSEOK!!” Teriakan semangat semakin mengalun dengan keras.
Terlihat wanita yang memandang pria tersebut dengan tatapan tak percaya, tak percaya sosok di panggung tersebut adalah orang yang sama dengan pria yang ia putuskan di atap beberapa hari yang lalu.
…
Pertama kali dalam hidupku rasa percaya diri ini kembali, pasang mata memandang kagum kearahku. Tubuhku masih meliuk leluasa mengikuti irama musik.
Sekarang, aku, Jung Hoseok dapat memperlihatkan jati diriku.
.
.
.
.
.
.
.
-fin-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top