FIRE ALARM - SUGA
Hari ini mungkin sudah masuk hari ke dua puluh delapan setelah BTS tak memiliki jadwal manggung apapun atau persiapan comeback. Sihyeok pd-nim meminta kami untuk beristirahat dan tak bekerja sama sekali. Katanya, demi kesehatan tubuh kami dan kebaikan mental kami.
Sebenarnya aku senang-senang aja diberi banyak waktu istirahat, aku bisa tidur seharian di kamar. Namun nyatanya berlibur hampir sebulan ini malah membuat ku semakin stress karena keberadaan tiga bocah labil yang masih jauh dari kata dewasa.
“Hyeong…”
“Suga hyeong…”
Terasa dua buah jari menusuk-nusuk pipiku ditambah bunyi rengekan yang terus mengganggu tidurku.
“Pergilah.”
Jawabku singkat dengan nada yang cukup dingin, kurasa mereka akan langsung pergi seperti biasa karena mereka pasti tau kalau aku sudah merespon mereka seperti itu, itu artinya aku tidak ingin diganggu.
“Hyeong..!!”
Namun sekarang bunyi suara rengekan malah bertambah, satu suara yang sedikit cempreng dari dua suara sebelumnya membuatku memutuskan untuk membuka mataku. Setidaknya jika Jimin yang merengek itu artinya ada hal yang lebih waras dibandingkan dua bocah sebelumnya.
Aku membuka mataku untuk melihat mereka yang masih merengek, kulihat dua pemuda yang lebih muda berdiri di belakang Jimin. Sedikit menyembunyikan badannya dengan tatapan yang terlihat seperti ketakutan.
“Wae, wae..?”
“Hyeong kookie lapar, tidak.. kami lapar hyeong.” Ucap pemuda pendek sang pemilik rambut pirang.
“Kalian kan bisa pesan makanan cepat saji seperti biasa.”
“Tapi hyeong, sungdeuk hyeong bilang kita tidak boleh makan-makanan cepat saji sekarang ia bilang kita harus membentuk lagi massa otot kami yang hilang, hyeong juga lihat sendirikan gimana bentuk perutku yang lucu.” Jelas Jimin panjang lebar.
“Seokjin hyeong?”
“Dia pergi dengan Jaehwan hyeong.”
“Namjoon? ah tidak tidak, bagaimana dengan Hoseok?”
“Hoseok pergi sejak tadi pagi dan belum pulang sampai sekarang dia bilang akan bertemu dengan pd-nim sampai malam.”
Aku melenguh kasar, aku kesal sebenarnya, karena waktu tidurku terganggu tapi melihat tiga bocah di depanku menunduk sendu sambil sesekali mengusap perutnya membuatku tak tega.
“Baiklah, baiklah aku memasak.”
Mata mereka membulat gembira melihat kearahku seakan tidak percaya.
“Hei, cepat ikut aku ke dapur.”
Tak lama kami menyiapkan beberapa bahan yang diperlukan, aku hanya akan membuat nasi goreng untuk mereka. Setidaknya membuat nasi goreng tak begitu merepotkan pikirku.
Aku menyuruh mereka bertiga untuk tetap diam duduk di meja makan agar proses memasakku tidak terganggu oleh mereka dan aku bisa cepat-cepat kembali untuk tidur.
Mereka bertiga memakan krekers yang tersedia di meja makan sambil menunggu menu santapan mereka, aku sendiri dengan lihai memotong-motong daun bawang dan beberapa bumbu lainnya dengan cepat, mereka ber “waaahh” ria melihat kemampuanku mengiris sayuran.
Aku tersenyum kegelian melihat mereka yang terus-terus bilang waaahhh setiap aku menyelesaikan langkah-langkah proses pembuatan nasi goreng.
“Waahhhh hyeong hebat sekali!!” ucap Jungkook.
“Iyaa.. iyaa jjinjaa ajari kami juga hyeong lain kali, hyeong sangat keren.” tambah taehyung yang duduk di samping Jungkook.
Setelah memanaskan minyak aku menuangkan satu persatu bahan-bahan yang sebelumnya sudah kusiapkan, ketika sibuk membolak balikkan nasinya mencampur semua bahan dan bumbu aku jadi teringat dengan atraksi yang kulihat di acara memasak kemarin malam.
“Kalian mau melihat yang lebih keren lagi?” ucapku sambil menengok kearah mereka.
“Mau.. mau.. mau hyeong!!” balas mereka serentak.
Aku makin tersenyum lebar melihat reaksi mereka, dengan sigap aku melipat lengan bajuku sampai siku lalu kuambil alcohol untuk kutuangkan sedikit pada nasi goreng tersebut. Aku berniat untuk membuat atraksi yang dinamakan dengan flambé.
Semalam aku melihat chef menuangkan alcohol lalu muncul api dari masakan yang tengah dibuatnya, kurasa membuatnya tak begitu sulit.
“Lihatlah.” ucapku dengan nada yang sedikit sombong.
Sambil menyunggingkan senyumku, aku angkat wajan tersebut sedikit menjauh dari kompor lalu kutuangkan alcohol tersebut sedikit. Setidaknya sejauh ini aku sudah mempraktekan yang kulihat semalam.
Setelah itu aku sedikit memiringkan wajan tersebut mendekat kearah kompor dengan api yang masih menyala, dengan lihai aku menggoyang goyangkan wajan tersebut lalu muncullah jilatan api dari wajan tersebut.
“Waaaahh hyeong!! hyeong benar-benar jjang!!”
“Daebak hyeong!! DAEBAK jjinja!!!”
Aku semakin bersemangat mendengar sorakan mereka, aku menggoyang-goyangkan wajan tersebut menghadap tiga pemuda yang masih menganga melihat atraksiku.
Seperti pertunjukan memasak dan rapp yang kami lakukan saat American hustle life dulu, aku sedikit mengeluarkan rapp-ku dan meliuk-liukkan tubuhku menyesuaikan bunyi beat yang muncul karena bunyi wajan dan spatula yang saling beradu.
Sebenarnya aku sedikit kewalahan mengendalikan atraksi flambé yang tengah aku pamerkan pada mereka, namun karena tak ingin penontonku kecewa aku tetap melanjutkan atraksi tersebut sambil melantunkan bagian rapp-ku di lagu Fire.
Namun lama kelamaan jilatan api terlihat makin membesar dan tak terkendali, aku berteriak menyuruh mereka bertiga untuk menjauh.
“Yaa!! yaaa! bagaimana mematikan benda ini??” ucapku panik.
“Hyeong, jangan bercanda lihat apinya semakin besar.” ucap Jimin yang ketakutan dibalik tubuh Jungkook.
“Hei!! cepat menjauh dan ambil tabung pemadam di dekat rak sepatu.”
Mereka bertiga berlari kedepan dengan cepat, aku yang semakin tak kuat memegangi wajan yang semakin memanas dengan refleks melempar wajan beserta isinya kearah meja makan.
Alih-alih membuat apinya padam, api yang masih berkobar dari wajan tersebut dengan cepat menyambar krekers yang berserakan di meja makan tersebut dan membuat api berkobar semakin besar.
Dengan panik aku berlari kedepan, kulihat mereka bertiga hendak kembali ke dapur sambil menenteng tabung pemadam.
“Lari keluar!!”
Aku berlari sambil menyeret tubuh mereka keluar.
Setelah sampai di luar dengan aman, aku lihat asap api membesar dan keluar dari fentilasi dapur rumah kami. Petugas pemadam kebakaran telah datang tak lama kami sampai di luar, aku yang memanggil mereka saat panik berlari keluar tadi.
Beruntungnya kebakaran tadi tak menyebar pada bangunan lain atau menyebabkan konsleting listrik, api hanya membuat hangus segala hal yang ada di dapur kami termasuk menu nasi goreng spesial yang tadinya ingin aku sajikan pada tiga bocah yang tengah meringkuk panik memeluk tubuhku di belakang.
Sial, aku tak ingin lagi liburan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Fin~🔥
⛔ Adegan hanya boleh dilakukan oleh profesional teman-teman hehehe, karena tak cukup menjadi savage kekeke~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top