Namjoon : Two Hearts

"Dia menunggu aku sejak lama, dan dia menanti aku sejak bertahun yang lalu."




Aku tak pernah ingin menyakiti siapapun, terlebih menyakiti hati perempuan. Aku tidak ingat semenjak kapan aku berada dalam hubungan yang membingungkan seperti ini.

Aku tidak ingat sejak kapan hatiku terpecah menjadi dua bagian. Aku tak tahu kapan pastinya hatiku mulai bercabang. Pada dia yang jauh dari sini, yang kehadirannya seperti angin lalu, namun selalu berhasil menumbuhkan rindu layaknya benalu.

Dan rasaku tak pernah kurang kepada dia, wanita yang setia berada di dekatku. Menunggu kata putusku, tak pernah merajuk lelah sekalipun aku tahu hatinya berkali-kali patah.

Seumur hidup aku, ini yang pertama. Pintu hatiku di ketuk oleh dua wanita. Aku ..... Bimbang, harus memilih yang mana. Bukankah aku ini jahat? Aku membuat wanita di seberang samudera mananti tanpa pasti. Namun aku tahu dia setia dalam penantiannya.

Lalu aku juga membuat wanita di sisiku menunggu, bahkan dia terlihat jelas di mataku, kasih dan sayangnya tak pernah lekang atau hilang, ketabahannya begitu menawanku untuk tetap tinggal dan bertahan.

Namanya Veline, gadis berkebangsaan Amerika yang empat tahun lalu tak sengaja bertemu denganku. Dia adalah candu, aku tak bisa katakan jika aku tidak punya rasa. Nyatanya, aku pun ingin dia hadir di sini, menemani hari. Dengan dia, aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Tak perlu malu jika sekedar ingin berciuman, toh, negaranya adalah negera liberal.

Pertemuanku dengan Veline bermula saat aku berlibur sendiri ke Amerika, melepas penat akibat pekerjaan yang menumpuk. Veline gadis yang cantik, dia ramah dan pintar. Aku jatuh hati tanpa berfikir dua kali.

Dan gadis di hadapanku ini adalah, Sung Hyorin, gadis yang berada di negara yang sama denganku. Gadis yang sejak hari pertama kuliah telah curi seluru atensi. Hyorin mau bertahan di sampingku, sekalipun tanpa kejelasan sebuah hubungan.
Dia adalah rumah, tempat aku kembali kala lelah. Tempat aku mengeluh kala susah, tempat aku pulang kala jati diri mulai hilang.

Jika dengan Veline aku bisa bebas, maka tidak dengan Hyorin. Aku tak pernah akan mau merusaknya, tidak akan. Dia harus di jaga, karena terlalu berharga.

Dengan Veline aku hanya bertukar kabar lewat surat, tak sering aku tahu kabarnya. Jarang sekali aku bertemu muka dengannya, sekalipun internet sudah canggih, tapi sampai sekarang aku tak pernah tahu nomor ponselnya. Dan hal ini membuat hubungan kami semakin tak pasti. Dan ini adalah bulan ketiga dari surat terakhir yang aku kirim. Ya, Veline tak membalas suratku. Entah, apa yang terjadi padanya, aku tak pernah tahu.

Hyorin selalu ada di sampingku, berada jelas di mataku. Kasih dan sayangnya terhadap aku membuatnya sanggup menunggu kata putusku, aku tahu ini terdengar gila, tapi aku tak sanggup melepas Hyorin sekalipun ingin.

Pernah terlintas dalam benak, mungkin akan lebih baik jika aku memilih keduanya, lalu membagi kasih seadil-adilnya. Namun, wanita mana yang sudi kekasihnya berbagi hati?

Lalu, aku berfikir untuk memilih Hyorin. Tapi, aku kembali ragu, kala dalam diri timbul tanya, apa yang akan di fikirkan Veline soal ini?

Aku juga pernah berfikir akan berakhir dengan Veline, tapi apa aku sanggup menatap mata Hyorin yang penuh akan luka? Jawabannya tentu tidak.



Hari ini aku terima surat darinya, yang tiga bulan lamanya tanpa kabar. Surat itu di bungkus amplop berwarna biru muda. Dadaku bergemuruh, tanpa fikir panjang langsung membukanya.

Tulisan yang begitu aku rindukan tampak tersusun rapi dalam kertas pualam. Rinduku terbayar sudah. Namun ........ isi surat itu meluluhlantakan hati, mencabiknya secara nyata. Teramat ringkas, namun begitu beringas.

Namjoon. Aku sedia undur diri dari persaingan hati. Aku tak mau lagi menanti tanpa pasti.
Namjoon, aku memaafkan semua sakit yang mungkin tak niat kau beri. Mari anggap ini sebuah mimpi, yang datang sekedar untuk menguji.

Veline undur diri setelah berjuta luka yang dia terima. Aku menangis, menyesal telah membuat dia bertahan tanpa kepastian. Aku menyesali segala perbuatanku yang membuatnya terluka. Dia begitu tabah menanti, tapi aku tidak pernah datang untuk sekedar menemui.
Aku memasukan kembali surat dari Veline, lalu bergegas bangkit untuk menemui dia. Di akhir suratnya, Veline berkata agar aku tak lagi membuang waktu. Katanya, cukup dia yang merasakan sakitnya penantian. Ya, aku harus bergegas menemuinya.


Hyorin menatapku terkejut, mungkin tak menyangka aku akan datang di tengah malam begini. Tanpa berfikir lagi aku membawanya ke dalam pelukanku. Dia hanya diam membiarkan aku memeluk tubuhnya erat.

"Namjoon, ada apa?"

"Semuanya sudah berakhir, kau yang jadi juaranya." Bisikku lembut.

"Apa maksudmu?" tanyanya pelan.

"Kau adalah milikku, mulai detik sekarang dan seterusnya Sung Hyorin adalah milik Kim Namjoon."

Aku melepaskan pelukanku, menatap matanya dalam. Tanganku menggenggam kedua tangannya.

"Dengar, aku meminta maaf dan pengampunan darimu. Jika hatimu pernah terluka karena sikapku yang tidak konsisten. Jika kamu merasakan sakit, karena aku yang sering telantarkan kamu dan buat kamu menunggu. Aku minta maaf."

Gadis di hadapanku diam, tangannya membalas genggamanku tak kalah erat. Jantungku berpacu dua kali lebih cepat, ada perasaan takut yang tiba-tiba merangsek dalam dada.

"Aku memang sudah sering terluka karena kamu, hatiku sudah berulang kali patah, tapi kenapa aku tetap kembali meski kamu sering menyakiti." Aku menduduk dalam, merasa bersalah. Aku sudah menyakiti Hyorin begitu banyak.

"Hyorin, aku harap kamu tidak bosan untuk tetap bersamaku. Karena kali ini aku benar-benar akan mengikatmu untuk tetap di sisiku. Hanya aku dan kamu."

"Hyorin, will you marry me?"











Ku harap ini tidak ngenes yah seperti cerita bang Suga 😂😂 ahh susah sih bikin romance begini. Aku gak bisa bayangin lebih dari ini 😅 vote-ment jangan lupa 😄

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top