Jung Hoseok : Gift

Matahari terasa terik membakar kulit, peluh sudah bercucuran dengan deras.

"Kim (yn), FIGHTING!!!!" teriakan di ujung lapangan menambah kekuatanku untuk terus berlari.

Lelaki dengan senyum selebar kuda, namun tentu lebih tampan dari kuda. Berdiri di barisan penonton dengan banner di tangannya, mulutnya tak berhenti meneriakan yel-yel penyemangat untukku. Sejenak aku takjub pita suaranya tidak putus.

"Straight!" teriakan dari wasit mengakhiri perlombaan ini dengan timku sebagai pemenang.

Teriakan bahagia bergema di lapangan baseball ini, seluruh pemain berlari menghampiriku, mereka mengangkat tubuhku ke angkasa. Euforia kemenangan begitu mendominasi, tapi mataku tetap mencari seseorang di ujung lapang.

Jung Hoseok tersenyum sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"You're the best!" ujarnya tanpa suara, dan ku balas dengan senyuman paling manis.

"Akan ku berikan hadiah yang paling kau inginkan jika kau memenangkan pertandingan ini."

Sekelebat percakapanku dengan Hoseok sebelum pertandingan mampir dalam ingatan.
Aku mencoba mencarinya kembali dalam barisan penonton, namun urung di temukan. Aku menghembuskan nafas kesal. Kemana hilangnya kuda itu?

******************

Aku berjalan gontai menuju halte bus, hingga senyuman seseorang yang begitu ku kenal mengehentikan langkahku.

Hoseok berjalan dengan percaya diri -yang berlebihan- menghampiriku, "Kerja bagus, (yn)."

Aku tersenyum, dia mengulurkan sebuah cone ice cream favoritku, tahu betul apa yang dapat meluluhkan ku.

Ku terima ice cream di tangannya, "Gomawo, Hoseok-ah," dia mengangguk pelan dengan senyum masih bertengger.

"Mau jalan-jalan? Cuacanya cerah hari ini," tawarnya dengan senyum dan tatapan penuh harapan, bagaimana aku bisa menolaknya?  Sekalipun tubuhku sangat lelah.

Aku mengangguk pelan dan meraih tangannya "Kajja!"

Kami berjalan beriringan menuju taman terdekat, sekilas nampak seperti pasangan yang tengah berkencan memang, padahal bukan.

Aku dan Hoseok adalah teman satu kampus di Haneol University, dia adalah atlet renang sedangkan aku adalah atlet baseball. Lalu bagaimana kami bisa dekat?  Simple saja, kami tidak sengaja bertemu di sebuah tempat dan memiliki masalah yang sama.

Dari situ kami sering berbagi masalah dan solusi, yah,  jadilah kami sedekat ini. Terdengar klise memang, tapi memang itu kenyataannya.

"Ayo kita duduk, aku lelah kalau terus berjalan," keluhnya, aku hanya mengikutinya duduk.

Sesekali dia menghembuskan nafas dalam-dalam, seperti tengah mencoba  berkata sesuatu namun urung di katakan olehnya.

"Kau tidak lupakan?" tanyanya, Hoseok beralih menatapku penuh selidik. Ku hadiahi dia kedikan bahu acuh, dan dia hanya mencebikan bibirnya.

Hoseok merogoh sakunya, lalu mengulurkan sebuah kotak kado kecil yang di bungkus rapih, perlahan sebuah senyum terbit di bibirku.

"Igo mwoya?" tanyaku sok tidak tahu, aku menunduk menyembunyikan senyum malu-maluku.

"Kau ingatkan, liontin di toko dekat caffe biasa kita nongkrong?" aku mengangguk mantap menjawab pertanyaannya.

"Liontin berbandul lambang infinite berwarna biru, itu sangat cantik. Tapi, harganyakan mahal," giliran Hoseok yang mengangguk membenarkan ucapanku, aku menunduk kembali menyembunyikan wajahku yang memerah.

Jangan tanya jantungku yang sudah berdetak seperti tengah mengikuti pacuan kuda, ahh kuda di sampingku memang dapat meningkatkan kinerja jantungku. Jangan lupakan pipiku yang sudah memerah, mati-matian aku menyembunyikannya. Aku benar-benar tidak menyangka dia tahu aku suka memperhatikan liontin itu.

"Ambilah, aku beli ini untukmu," senyuman lebarnya menghipnotisku, aku menggigit bibir bawahku pelan dan menerima kotak di tangannya.

Jantungku berdegup kencang, perlahan aku menyobek kertas pembungkusnya.
Setelah selesai dengan kertas pembungkus, aku menghembuskan nafas dalam-dalam membuang rasa gugup yang tiba-tiba menyerang.

Aku menatap Hoseok di sampingku, dia hanya mengangguk mempersilahkan aku membuka kotak kado di tanganku.

Dengan senyum terlebar yang tak pernah ku tunjukan aku membuka kotak di tanganku,
"Taraaaaaaaaa!!!!" teriakan Hoseok membahana, tapi tidak denganku yang menatap benda dalam kotak, dengan tatapan. Harus ku jelaskan bagaimana ekpresiku saat ini?.

Senyum lebar ku perlahan menghilang, jantungku rasanya jatuh ke perut. Ku raih benda di dalam kotak tersebut.

"Gantungan kunci?" lelaki di sampingku mengangguk semangat, aku menatapnya tak percaya. Senyumanya berkembang lembar.

"Ne, gantungan kunci. Warna dan lambangnya samakan dengan liontin yang kau inginkan. Woah, kau tahu sangat susah mencari gantungan seperti ini, kau harus berterimakasih padaku, sini aku pakaikan," cerocosnya di dekat telingaku, aku memejamkan mata menahan kesal. Bunuh tidak ya?  Bunuh tidak ya? 

Seharusnya aku tidak berharap, aku menatap Hoseok nyalang, "Gomawo Hoseok-ah, kau pasti sudah berusaha keras mencari ini untukku, sekali lagi gomawo," ucapku penuh penekanan di setiap kata.

Dia hanya tersenyum semakin lebar, tidak merasakan perubahan emosi pada diriku.
Dalam hati aku mengutuk dan memaki dirinya. Andai membunuh orang itu tidak mendapat hukuman, sudah ku buang dia ke ternak buaya.

Kau membuatku melayang, lalu jatuh di saat bersamaan. Ini menyebalkan. Terkutuklah kau Jung Hoseok!!


Hui in here 😊 maklum lah bang hobi kan memang begitu, antara pinter sama bego beda tipis 😂😂 jangan lupa vote-mant kalian, next imagine special buat Taehyung yang mau ultah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top