Awal yg buruk

Lila membuka matanya perlahan sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Beberapa detik dia baru menyadari kalau dirinya sudah tidak lagi berada di lapangan, melainkan ruangan putih dengan aroma obat-obatan dan ada dua ranjang yang dia yakini saat ini tengah berada di dalam UKS.

"Siapa yang bawa gue kesini?" gumam Lila sembari mengedarkan pandangannya.

"Yang pasti sih anak SMA WingStar yang bawa kamu kesini." Ucap seseorang yang keluar dari toilet. Dalam UKS tersebut memang disediakan satu toilet.

"Siapa lo?"

"Aku Anis dari kelas sebelas, salah satu anak PMR yang sekarang lagi bertugas jaga UKS." Ucap Anis. Gadis berkulit sawo matang dengan lesung pipit di kedua pipinya dan kaca mata bulat yang menghiasi wajah manisnya.

Lila menggaruk kepala yang terasa gatal sambil tersenyum kikuk. "Oh, ternyata kakel ya. Maaf ya kak, tadi aku ngomongnya agak sinis."

Anis mengangguk, dia tidak mengambil pusing soal itu, karena disini dia hanya menjalankan tugasnya saja.

"It's okay. Di nakas ada roti dan mineral, lebih baik kamu isi dulu perutnya sebelum ke Aula. Masih tersisa 45 menit sebelum bu Dewi membubarkan anak kelas 10."

Kening Lila mengernyit heran, "emang ada apa di Aula, kak?"

"Penyampaian informasi dari bu Dewi buat kelas 10. Selebihnya aku kurang tau sih. Btw aku masuk kelas dulu ya, nanti ada kak Cici. Dia perawat di UKS ini." Lila mengangguk dan mengucapkan terimakasih untuk makanannya. Setelah itu Anis keluar dari UKS dan sedikit berlari kecil menuju kelasnya.

Sedangkan Lila mulai memakan roti yang ternyata isi selai strawberry, kebetulan sekali itu adalah kesukaannya.

"Udah istirahatnya?"

"UHUK!!" tiba-tiba Lila tersedak sembari menepuk-nepuk dadanya karena merasa ada sisa roti yang nyangkut di dalam sana. Dia terkejut dengan kemunculan seseorang yang merupakan sang ketua OSIS.

"Uhuk! uhuk!"

Daksa yang maju beberapa langkah dan mengambil minum untuk Lila.

Setelah mendapatkan botol air dari Daksa, Lila langsung meneguknya hingga sisa setengah.

"Gimana, udah?" tanya Daksa dan di angguki oleh Lila.

Daksa menghela nafas lega kemudian mundur beberapa langkah untuk memberi jarak agar dia dapat berbicara dengan gadis di hadapannya.

"Sekarang lo bisa ke Aula?"

Lila mengangguk, "b-bisa kak."

"Yaudah, kita kesana sekarang." Ucap Daksa yang keluar duluan. Lila yang tadinya sedikit menundukkan kepala karena takut, kini mendongak menatap punggung Daksa yang mendekati pintu. Dengan segera Lila turun dari ranjang dan menyusul Daksa.

***

10.30

Waktu istirahat telah tiba. Seluruh siswa-siswi SMA WingStar berhamburan keluar kelas. Sebagian dari mereka berebutan tempat saat tiba di kantin, bahkan suara berisik mereka dapat terdengar sampai keluar kantin.

"Busett ramai amat!"

"Seketika gue jadi males makan di kantin."

Lila mengangguk setuju dengan kedua teman barunya. Ya, baru hari pertama saat pembagian kelas Lila sudah mendapatkan teman baru. Dia senang karena kedua gadis itu yang terlebih dahulu mengajaknya berkenalan hingga mereka cepat akrab walau baru saling ketemu. Lila tipikal orang yang mudah akrab ke siapapun, asal dia di ajak berbicara duluan. Kalau dia yang memulai pembicaraan, dia pasti tidak tahu harus mengatakan apa. Bukan Lila sombong, tapi dia tidak ingin disangka sksd (sok kenal sok dekat) jika tiba-tiba ikut nimbrung.

"Udah terlanjur kesini, masa iya enggak beli apa-apa. Kita nyari tempat yang kosong aja dulu." Ucap Lila pada teman-temannya.

Kedua temannya mengangguk dan mereka berjalan beriringan mencari tempat kosong. Saat mata Lila mendapatkan satu meja kosong yang dekat pojokan, dia tersenyum lebar.

"Nah itu dia!" tunjuk Lila dengan jari telunjuknya agar teman-temannya tahu, "yuklah duduk disana."

"Eh, tunggu La." Salah satu temannya yang bernama Tika mencegat tangan Lila.

"Apa?"

"Emangnya gapapa kalo kita duduk disana? Lo liat dulu tuh, sekitarnya senior semua. Gue gak ada liat anak kelas sepuluh duduk disitu." Ucap Tika ragu-ragu.

"Bener juga kata Tika. Gue jadi ikut takut mau duduk disana." Sahut Nanda.

Lila memperhatikan itu dan tiba-tiba kepikiran lagi. Tapi dia juga bingung mau duduk dimana dengan situasi yang ramai seperti ini karena hanya meja yang di pojokan itu yang tersisa kosong dan tidak ada yang menempatinya.

"Cari bangku lain aja, La."

"Aishh, udahlah kesana aja guys, lagian siapa yang bakal ngelarang? Ini kan kantin sekolah bukan tempat pangkalan." Ucap Lila.

"Ya iya sih, tapi ngeri juga La kalau kita tiba-tiba duduk dekat meja para senior, kayaknya tuh meja udah di booking senior lain. Soalnya dari tadi angkatan kita gak ada yang berani duduk disitu."

"Mungkin mental mereka lemah kalo dekat-dekat senior. Udahlah jangan bacot lagi, gue yang jamin kita gak bakal kenapa-napa." Putus Lila sambil menggandeng kedua tangan temannya. Tika dan Nanda masih ragu, tapi mau tidak mau mereka nurut karena Lila terus menariknya.

"Nah kan enak kalo udah dapat tempat duduk. Sekarang siapa yang mesen?" tanya Lila memandang gantian kedua temannya.

"Gue sama Nanda aja, La."

"Ihh curang! Masa kalian ninggalin gue sendiri disini."

"Ya, kalau lo juga ikutan entar siapa yang jagain tempat kita?"

"Lah iya juga, tapi kalian jangan lama-lama ya!"

Tika dan Nanda sama-sama mengangguk.

"Lo sebut aja mau mesen apaan?" tanya Nanda pada Lila.

"Eum... Mie ayam sama es jeruk peras deh. Pakai duit lo dulu, eh atau Tika aja, eh pokoknya terserah deh. Nanti sampai di kelas gue ganti sekalian nyari tukaran duit kecil sama anak lain. Soalnya duit gue besar, entar kelamaan lagi nunggu kembaliannya."

Nanda memutar bola matanya dengan malas. "Bilang aja gak bawa duit, kan?"

"Eh lo jangan sembarangan kalau ngomong. Ya, walaupun bener sih." Balas Lila sambil cengengesan.

"Lo tenang aja, besok gue janji pagi-pagi pas lo datang langsung gue balikin duitnya. Tapi kok lo tau gue gak bawa duit?"

"Tadi pagi lo yang cerita kalo nyokap lo lupa ngasih uang jajan, terus lo buru-buru lari karena udah telat. Lo yang cerita lo sendiri yang lupa."

"Lah iya ya," Lila menggaruk-garuk kepalanya seperti orang bodoh.

"Udah ah, gue sama Tika beliin pesanan kita dulu."

Lila mengangguk dan setelah itu kedua temannya pergi. Kini tinggal Lila sendiri di meja yang dia tempati, karena bosan kalau hanya memperhatikan anak-anak lain yang berlalu lalang sambil menunggu teman-temannya, Lila memainkan ponselnya dan membuka aplikasi oren dengan nama wattpad.

"Lanjut baca yang semalam ah," gumam Lila lalu hanya fokus pada ponselnya.

Karena terlalu hanyut dalam cerita novel yang dia baca di ponselnya, Lila sampai tidak sadar bahwa sudah ada empat orang siswi yang berdiri di depan mejanya.

BRAK!!!

"Eh copot mak copot, kampret lo mak copot kampret." Lila terlonjak kaget sampai dia latah dan berdiri dari duduknya.

Keempat gadis itu saling pandang dan kemudian mereka tertawa mengejek.

"Anjir nih cewek kagetnya jelek banget."

Lila mendongak menatap keempat gadis itu yang menurutnya asing. Dia memperhatikan dari atas ke bawah, dan balik lagi dari bawah ke atas secara bergantian. Pakaian mereka seperti tidak layak di pakai untuk seorang pelajar. Seragam yang ngepas, satu kancing di atas terbuka, rok span yang sebatas lutut, dan ada yang menggunakan rok mini hanya sepaha. Bahkan wajah mereka juga di poles oleh make up yang menurut Lila liptin yang di pakai mereka cukup menor, tapi entah kenapa terlihat cocok. Mungkin karena keempat gadis itu goodlooking, menurut Lila.

Siapa nih? Kalo di liat dari penampilan sih, kayaknya mereka senior. Ucap Lila dalam hati.

"Woii! Ngapain lo liatin kita kayak gitu, mau gue colok tuh mata pake dua jari gue HAH?!" ucap salah satu dari mereka yang Lila curigai ketua gengnya, karena hanya gadis itu yang tadi mengebrak meja sambil mengejeknya.

"M-maaff," lirih Lila kembali menunduk karena malu dilihat oleh para senior yang lain. Dia jadi menyesal tidak mendengarkan perkataan teman-temannya untuk tidak duduk disini.

"Siapa nama lo?"

"Kh–Khalila, kak."

"Dari?"

"Hah?" Lila menatap kakak kelasnya dengan bingung, tapi melihat mereka menatap tajam nyali Lila langsung menciut dan menjawab, "dari kelas tadi kak."

Mendengar itu sontak membuat siswa lain yang tidak jauh dari tempat mereka tertawa, bahkan keempat gadis di hadapan Lila juga ikut tertawa.

"Bodoh." Ucap cewek yang bertanya tadi. Sebut saja namanya Qira, cewek itu menoyor kuat jidat Lila kebelakang.

Lila memegangi jidatnya yang terasa perih, karena kuku-kuku tajam Qira yang ikut menusuk.

"Lo dari kelas mana?!"

"Kelas sepuluh, kak."

"Pantesan lo berani duduk di sini."

"Maksudnya, kak?" tanya Lila bingung.

"Gue lepasin karena lo masih baru, sekarang lo pergi. Ini meja kita."

Walau sudah di bilangin, tetapi Lila sama sekali tidak beranjak dari tempatnya.

"Ngapain lo masih disitu? Sana pergi!" Sahut teman Qira.

"Tapi, kak, kan aku duluan yang datang kesini. Jadi siapa yang cepat dia yang dapat." Balas Lila begitu berani, walau dalam hatinya berkata lain. Harusnya setelah di bentak tadi dia langsung pergi, bukan malah melawan. Ini sih dia telah membangunkan macan betina dari tidurnya.

Qira tersenyum miring sembari bersedekap dada. Dia menatap tajam Lila, seakan Lila adalah mangsa yang tak akan dia lepas. Membuat Lila menelan Saliva nya takut-takut.

"Woahh," tiba-tiba ketiga teman Qira bertepuk tangan ketika Qira berucap seperti tadi.

"Welcome to the game little girl." Ucap Qira.

Lila melotot tegang, dia merasa setelah ini hidupnya tidak akan tenang.

Awal yang buruk. Batinnya.

***

1478 kata

Hmm mayanlahh yaw hehe:>

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top