"We, gimana sih lu, dah susah-susah gue cariin janda muda cantik, cerai mati, gak punya anak, malah lu tolak."

Eben terlihat gusar, ia gebrak meja Dewa hingga yang empunya meja kaget setengah mati. Dewa betul-betul kaget karena tak biasanya Eben masuk ke ruang kerjanya tanpa kabar, pasti Eben mengemban misi khusus dari ibu dan bapaknya.

"Kawinin lu aja, lu tau nggak dia itu masih trauma tolol, gak mau nikah dalam waktu dekat meski masa Iddahnya dah selesai."

Eben tertegun lalu perlahan-lahan duduk di kursi yang ada di seberang meja Dewa.

"Kok lu tahu?"

"Ya tahulah, rumah tu janda dekat rumah salah satu karyawan gue, tu janda masih trauma ingat gimana suaminya mati menggelepar diseruduk sapi ngamuk pas lagi jalan-jalan berdua, gandengan, dan lagi sayang-sayangnya, kan waktu itu mereka pengantin baru."

"Oh gitu." Suara Eben yang tadinya keras berubah pelan.

"Makanya kalo mo jodohin gue lihat-lihat dulu, jangan asal comot, asal ada janda muda lu kasi ke gue, tu janda kadang masih nangis, masih ketawa sendiri."

"Jangan-jangan dia ...." Eben jadi merasa tak enak pada sahabatnya.

"Makanya entu, lu mikir kalo mau nawarin cewek ke gue, jangan asal, gue emang mau nikah tapi gak keburu juga, meski bokap nyokap ngamuk-ngamuk terus, gue gak peduli, emang mereka yang ngejalanin? Nikah itu bukan perlombaan, siapa cepat dia dapat, nggak lah!"

"Yah elluuuu, maksud gue ni baek, gue mikir lu yang semakin tua, gue yang seumuran lu dah punya anak dua, ellu? Masak lu mau nikah nunggu usia kakek-kakek kan kasihan anak lu Wa."

"Nikah nggak sesederhana itu Ben, gue maunya nih nikah sama wanita yang gue cinta." Dewa menerawang menatap langit-langit ruang kerjanya.

"Emang lu dah nemu wanita yang lu cinta, Wa?"

"Belum!"

🥀🥀🥀

25 Agustus 2022 (18.42)