BANAFSHA | CHAPTER 3
بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Jika mengharapkan perubahan dalam suatu bangsa, maka mulailah untuk berbenah."
💍🤲💍
RAUDHATUL ATHFAL setara dengan Taman Kanak-kanak (TK), di mana kurikulumnya ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan, dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Raudhatul Athfal Imad Din didirikan secara mandiri oleh Ghazwan Danadyaksa sejak tiga tahun lalu. Dia bertindak sebagai kepala RA, merangkap juga sebagai tenaga pengajar. Sedangkan Raziq, sang sahabat berperan sebagai bendahara juga tata usaha.
RAQ yang kedua pemuda itu kelola memang terbilang baru. Tapi, sejauh ini sudah banyak anak-anak murid yang diamanahkan pada mereka. Meskipun kerapkali terkendala biaya, karena RAQ Imad Din murni dari dana pribadi.
Baru sekarang-sekarang inilah mereka gencar mencari donatur agar RA yang mereka bina memiliki sarana dan prasarana yang jauh lebih baik lagi. Terlebih mereka pun, membutuhkan tenaga pengajar yang berkompeten, sebab dua tenaga pengajar sebelumnya mendadak resign.
"Zaman sekarang nyari orang yang mau digaji alakadarnya itu susah, Wan. Kita akan kelimpungan kalau kayak gini terus, gue juga nggak mau kalau harus berurusan sama anak-anak. Lo tahu sendiri, gue ini nggak sabaran, mana cocok jadi guru RA yang sabarnya harus seluas Samudera Hindia."
Ghazwan mengangguk setuju. "Hidup di Ibu kota itu keras, wajar kalau banyak di antara muda-mudi seperti kita memilih pekerjaan lain yang jauh lebih menjanjikan dari segi gaji."
"Itulah yang membuat kita kesulitan dalam me-rekrut tenaga pengajar. Kita butuh donatur yang bisa menyokong gaji para guru, bukan kayak sekarang yang hanya mengandalkan dari dana pribadi, dan juga iuran seikhlasnya yang diberikan oleh para orang tua murid. RAQ Imad Din harus maju di tangan kita."
"Insyaallah, kita harus terus berikhtiar untuk kemajuan RAQ Imad Din. Menjadi lembaga pendidikan islam yang melahirkan generasi qur’ani yang cerdas dan berakhlak mulia," sahut Ghazwan penuh semangat dan percaya diri.
"Aamiin, Wan."
"Apa proposal yang kita ajukan sudah ada yang di-aac?"
"Kemarin ada transferan masuk, alhamdulilah nominalnya cukup besar. Kita alokasikan ke mana dulu dananya?"
Ghazwan sedikit bernapas lega. "Alhamdulilah, masih ada dermawan yang mau menolong kita, yo, Ziq. Sebagian kita pakai untuk melengkapi fasilitas di kelas, banyak kursi dan meja yang sudah ndak layak, to?"
"Oke, sisanya kita keep dulu untuk keperluan lain yang mungkin nantinya akan kita butuhkan. Sekarang yang jadi perhatian kita ya cari tenaga pengajar, yang mau dan sukarela dibayar semampu kita."
"Mungkin kowe ada rekomendasi, Ziq? Relasi kowe, kan banyak."
"Kenalan gue nggak ada yang minat buat jadi guru, apalagi guru RA yang tingkatannya setara PAUD dan TK. Nggak akan ada yang mau."
"Yowes kalau gitu, aku aja yang cari."
Raziq mengacungkan dua jempolnya tanda setuju.
Ghazwan mendorong kursinya lantas berdiri. "Aku mau keluar dulu, Wan. Mau titip sesuatu?"
"Jangan lama-lama, bentar lagi proses belajar mengajar mau dimulai. Gue nggak mau ya, sendirian di sini."
Ghazwan melirik arlojinya. "Masih jam setengah 7, to, Ziq. Insyaallah sebelum jam 8 aku udah ada di sini lagi."
"Awas kalau sampai telat. Gue nggak mau stress dan darah tinggi sendirian ngadepin anak-anak yang lagi aktif-aktifnya."
"Iyooo."
Langkah Ghazwan tertahan kala baru saja keluar, langsung disambut dengan suara salam seseorang.
"Ada yang bisa saya bantu, to, Mbak?"
Perempuan itu diam sejenak lalu akhirnya berucap, "Maaf apa benar ini dengan Mas Ghazwan? Pendiri Raudhatul Athfal Qur'an Imad Din."
"Iyo, saya sendiri. Silakan duduk dulu, Mbak."
Perempuan itu pun menurut. "Sebelumnya perkenalkan saya Anjani Leksmana."
Ghazwan menangkupkan kedua tangannya di depan dada saat Anjani mengulurkan tangan untuk bersalaman. Dengan canggung perempuan itu pun menarik kembali tangannya.
"Beberapa hari lalu saya menerima proposal sumbangan atas nama Raudhatul Athfal Qur'an Imad Din, dan kemarin saya pun sudah mentransfer sejumlah uang ke rekening yang tertera dalam proposal. Kedatangan saya kemari hanya ingin memastikan, apakah dana yang kami keluarkan benar-benar digunakan sesuai dengan kebutuhan, atau---"
Ghazwan tersenyum samar, dia sudah tahu arah pembicaraan ini akan ke mana. Meskipun perempuan di depannya terlihat agak ragu untuk mengatakannya secara gamblang.
"Mari ikut saya, Mbak, nanti rekan saya yang akan menjelaskan terkait alokasi dana yang sudah Mbak sumbangkan," terangnya.
"Maaf jika tindakan saya terkesan berlebihan, pasalnya pihak kami sudah beberapa kali tertipu oleh oknum-oknum tertentu."
Ghazwan memilih untuk berjalan di depan Anjani, tapi karena ketidaktahuan perempuan itu, dia justru mengejar langkah Ghazwan hingga mereka jalan berdampingan.
"Ndak apa-apa, Mbak, justru saya senang kalau ada donatur yang ingin mengetahui lebih jelas aliran dananya dialokasikan ke mana saja. Hal ini juga bisa meminimalisir kecurangan, saya pun ndak ingin ada kesalahpahaman di antara pihak donatur dengan pihak kami sebagai penerima bantuan."
Ghazwan membuka pintu selebar-lebarnya dan memperkenalkan Anjani pada Raziq yang terlihat tengah fokus menatap layar komputer.
"Mbak Anjani perkenalkan ini Raziq Achmad Arifin selaku bendahara sekaligus tata usaha di RAQ Imad Din," katanya.
Berbeda dengan Ghazwan, Raziq justru lebih dulu mengulurkan tangan dan disambut tak kalah ramah oleh Anjani.
"Ziq, ini Mbak Anjani Leksmana donatur yang kemarin men-transfer sejumlah uang untuk RAQ Imad Din," sambungnya.
Setelah jabatan tangan di antara mereka terlepas. Anjani pun berucap, "Sedikit saya luruskan Mas Ghazwan dan Mas Raziq, saya hanya salah satu orang kepercayaan dari donatur. Dana itu bukan berasal dari saya, melainkan dari atasan saya."
Raziq dan Ghazwan mengangguk paham.
"Kedatangan Mbak Anjani untuk mengkonfirmasi terkait aliran dana yang kemarin kita terima. Kowe bisa jelaskan, to, ke mana saja uang itu akan dialokasikan?"
"Baik, Mbak, sebentar," katanya lalu berjalan untuk mengambil laptop dan duduk kembali bersama Ghazwan serta Anjani.
"Sebelumnya saya ingin menyampaikan banyak-banyak terima kasih karena sudah bersedia untuk menjadi donatur RA kami. Semoga bisa menjadi donatur tetap ya, Mbak," katanya diakhiri kekehan.
Anjani sedikit tersenyum. "Jika memang dana yang kami keluarkan benar-benar dialokasikan untuk kebaikan, dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan insyaallah saya akan membicarakan hal ini pada atasan saya."
Raziq mengangguk singkat, lalu menjelaskan semuanya secara terbuka dan tanpa ada sedikit pun yang ditutupi. Bahkan, dia juga menambahkan awal mula berdirinya Raudhatul Athfal Qur'an Imad Din sebagai penguat, bahwasannya mereka memang layak untuk dititipkan amanah.
Tak lupa setelah selesai berbincang pun, kedua pemuda itu mengajak Anjani untuk berkeliling dan melihat-lihat sarana serta prasarana yang ada di RAQ Imad Din. Keduanya berusaha meyakinkan donatur, jika memang dana yang dihibahkan akan dialokasikan untuk kemajuan RA.
"RAQ Imad Din berdiri mandiri dari dana pribadi?" tanyanya kembali memastikan.
Ghazwan mengangguk. "Betul sekali, Mbak."
"Maaf boleh saya tahu, kenapa Mas Ghazwan kepikiran untuk mendirikan tempat ini?"
"Kami ingin menjadi salah satu pencetak generasi qur'ani yang cerdas serta berakhlak mulia. Kami menyadari betul di zaman sekarang ini akhlak dan ilmu agama kerapkali dikesampingkan, maka dari itu kami menghadirkan RAQ Imad Din sebagai solusi bagi para orang tua."
"Boleh saya tahu kenapa diberi nama Raudhatul Athfal Qur'an Imad Din?"
"Dalam bahasa Arab imad din memiliki arti pilar iman. Rukun menurut bahasa artinya pilar yang menegakkan sesuatu. Sedangkan iman artinya percaya, membenarkan di dalam hati, mengakui dengan lisan, serta melakukan dengan perbuatan. Dan rukun iman kerapkali disebut sebagai pilar iman."
"Bukankah nama adalah sebuah doa? Dengan demikian kami berharap Raudhatul Athfal Qur'an Imad Din bisa mengkokohkan iman anak-anak, menjadi pondasi sekaligus pilar paling kuat, yang akan menjadi bekal untuk mereka di masa mendatang kelak."
💍 BERSAMBUNG 💍
Padalarang, 28 Desember 2023
Lagi-lagi aku mau bilang, kalau bahasa jawanya kurang mohon dimaafkan dan diingatkan. ☺️
Masih mau dilanjoott?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top