BANAFSHA | CHAPTER 13

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Jika memang waktunya sudah datang, maka akan Allah mudahkan."

💍🤲💍

"SEBELUM saya menjawab pinangan, Mas saya ingin mengatakan sesuatu terkait kondisi saya. Sebab, saya tidak ingin ada yang ditutup-tutupi, hingga akan menjadi akar permasalahan di masa mendatang nanti," ungkap Raiqa mengawali.

Ghazwan mengangguk paham, dia akan menyimak dengan baik perihal apa pun yang hendak disampaikan oleh Raiqa.

"Pertama terkait latar belakang keluarga, saya merupakan yatim piatu yang hidup sebatang kara. Pak Damar dan Bu Mala merupakan orang tua kerabat saya, yakni Anjani. Saya meminta tolong pada beliau untuk 'melihat' keseriusan Mas Ghazwan terkait apa yang sudah sebelumnya kita bahas di masjid beberapa hari lalu."

"Kedua terkait karier dan pekerjaan. Saya seorang wirausaha jasa boga, lebih tepatnya catering. Saya tidak bisa meninggalkan sepenuhnya tugas dan tanggung jawab saya, karena itu merupakan bisnis yang sudah susah payah saya rintis. Maka jika Mas keberatan dan meminta saya untuk benar-benar menjadi seorang ibu rumah tangga, mohon maaf saya tidak bisa. Ada banyak sekali pertimbangan, dan itu bukan hanya menyangkut ihwal finansial."

"Ketiga terkait keturunan, sebagaimana yang sudah Mas ketahui bahwasannya saya ini anak tunggal yang kini menyandang status sebagai yatim piatu. Oleh sebab itulah saya mengharapkan adanya buah hati yang bisa meramaikan kehidupan saya yang sepi. Untuk hal ini saya tak mematok terkait kuantitas, asalkan harus lebih dari satu. Karena saya tahu, bagaimana sulitnya hidup seorang diri tanpa ada support dari keluarga dan saudara."

"Terakhir ihwal kesehatan, saya menderita gagal ginjal kronis dan harus menjalani cuci darah 2-3 kali dalam sepekan. Dan ini point yang harus benar-benar Mas pertimbangkan, hidup bersama orang sakit bukan perkara mudah dan saya sangat bisa memaklumi hal tersebut. Semua keputusan ada di tangan Mas, jika memang bersedia untuk melanjutkan silakan, kalaupun hendak mundur diperkenankan," pungkas Raiqa diakhiri sunggingan lebar.

"Boleh saya tanya sesuatu?" seloroh Ghazwan.

Raiqa mengangguk cepat.

"Apa Mbak yang menjadi donatur RA saya?"

Raiqa kembali mengangguk. "Kenapa? Keberatan?"

Ghazwan menggeleng lemah, dia meneguk ludahnya terlebih dahulu sebelum berujar, "Maaf saya ndak tahu, dan dengan lancangnya saya justru mengajukan pinangan. Seharusnya saya cross chek terlebih dahulu, saya bukan pria yang mapan sebagaimana Mbak. Saya ndak bisa menjaminkan masa depan yang layak, bahkan RA yang saya bangun pun bisa menjadi lebih baik atas uluran tangan Mbak. Mohon maaf atas kelancangan dan kekeliruan saya."

"Kenapa harus minta maaf? Saya tidak mencantumkan pria mapan dalam kriteria suami yang saya dambakan," sangkalnya diakhiri sedikit kekehan.

"Sebagaimana yang sebelumnya saya paparkan, tentu Nak Ghazwan sudah menyimaknya dengan baik, bukan? Apa dari pemaparan saya ada yang menyingung ihwal finansial dan kemapanan? Tidak ada, kan," ujar Damar ikut dalam obrolan.

Ghazwan mengangguk singkat. "Justru karena hal itu pulalah, saya merasa sudah sangat jauh tertinggal. Saya hanya seorang wiraswasta dengan cakupan kecil yakni berjualan kain serta batik di Tanah Abang. Ndak sebanding dengan apa yang sudah Mbak Raiqa miliki sekarang."

"Mendadak hilang kepercayaan diri?" ujar Raiqa.

"Bukan hilang kepercayaan diri, justru yang menjadi kekhawatiran saya ialah apakah Mbak bisa menyesuaikan jika kelak nanti kita berumah tangga? Keadaan dan kondisi kita cukup jomplang, dan saya ndak mau malah terkesan menyusahkan Mbak di saat nanti kita sudah menikah."

"Dalam Islam kita dianjurkan untuk memilih pasangan yang sekufu, setara, sepadan, meksipun itu ndak melulu berpacu pada kemampuan finansial. Justru sekufu yang Islam maksud dalam hal keimanan dan juga ketakwaan, tapi, saya wajib mempertanyakan hal ini. Karena saya pun ndak ingin mengubah kehidupan Mbak menjadi sesuai kehendak saya."

"Memangnya Mas mengira kehidupan saya seperti apa, hm? Meskipun orang-orang memandang saya punya segalanya, dunia seolah berada dalam genggaman, tapi ya saya masih hidup dalam taraf wajar dan biasa-biasa saja. Sebagaimana manusia yang selalu berusaha untuk merasa cukup, minimalis dalam segala hal, karena jujur saya pun tidak suka dengan kehidupan yang glamor dan seolah mengagung-agungkan harta yang sejatinya hanya titipan, bukan milik saya seutuhnya," jelas Raiqa begitu tenang.

Anjani menahan senyumnya dan dengan enteng dia pun berkata, "Yang nggak wajar itu hanya patokan dalam bersedekah dan beramal, Mas. Raiqa lebih doyan keluarin uang buat orang lain, ketimbang buat dirinya sendiri. Sifat dermawannya hanya berlaku untuk orang-orang, nggak berlaku untuk dia pribadi."

Raiqa menggeleng dan menggeplak tangan sang sahabat. "Kamu ini, jangan dibahas di depan umum kalau soal seperti itu. Terlalu sensitif dan bisa menimbulkan banyak asumsi. Yang kayak gini itu harusnya di-keep supaya jadi rahasia antara kita sama Allah aja."

"Umum apaan sih, Ray, orang ini kita cuma berlima juga. Cuma ada Mama, Papa, Mas Ghazwan, aku sama kamu doang. Ihh, kamu ini suka berlebihan."

"Sudah-sudah, kenapa ini malah adu mulut. Jadi, kelanjutannya mau bagaimana?" lerai Mala seraya geleng-geleng.

"Gimana, Ray?" Kini Damar pun menoleh ke arahnya.

"Kalau aku sih gimana keputusan Mas Ghazwan, Pa. Terkait kekhawatiran yang sempat Mas Ghazwan tanyakan, aku sama sekali nggak mempermasalahkan. Aku sudah terbiasa hidup sederhana, nggak ada masalah asalkan masih diperbolehkan untuk melanjutkan bisnis yang sudah aku rintis."

Damar mengangguk kecil lalu beralih pada Ghazwan. "Sekarang saya tanya sama Nak Ghazwan, bagaimana keputusannya?"

"Bismillah, saya ingin melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius."

"Ihwal kesehatan saya?"

"Tak jadi masalah bagi saya, mau hidup dengan orang sehat ataupun yang kurang sehat tugas dan tanggung jawabnya akan tetap sama. Hak dan kewajiban yang harus dipenuhi pun sama sekali ndak berkurang, justru akan bertambah."

"Saran saya, agar Mbak lebih merasa tenang alangkah baiknya dibuat surat perjanjian pranikah. Terlebih ada banyak harta yang Mbak peroleh di saat masih melajang," tukasnya.

"Perjanjian pranikah dibuat hanya untuk orang-orang yang memiliki rencana akan berpisah nantinya, dan dia hendak melindungi harta pribadi karena takut tercampur. Mas berencana untuk menceraikan saya?"

Dengan cepat Ghazwan menggeleng kuat. "Bukan seperti itu maksud saya, justru saya ingin melindungi apa yang sudah Mbak miliki."

"Saya tidak memerlukannya, karena sejatinya saya tidak pernah memiliki itu semua. Kalau memang masa saya untuk menikmati rezeki yang Allah titipkan selesai, ya sudah berarti memang hanya sampai di situ saja rezeki saya."

"Baik, jadi gimana ini keputusannya? Papa perlu jawaban yang tegas dan nggak berbelit-belit ya, Ray."

Raiqa sedikit berdehem lalu berucap dengan mantap. "Insyaallah saya menerima pinangan Mas Ghazwan."

"Nah kayak gitu kek dari tadi, Ray," timpal Anjani seraya memeluk sahabatnya penuh kehangatan.

"Rencana Allah itu emang indah, aku berencana untuk menjodohkan kalian berdua. Ehh, di luar perkiraan ternyata Allah lebih dulu merealisasikan apa yang sudah aku rencanakan," bisiknya tepat di samping telinga Raiqa.

"Jadi ceritanya kamu kecolongan start nih?" godanya seraya terkekeh kecil.

"Kecolongan kali ini sangat amat aku ridai."

Di seberang sana, Ghazwan akhirnya bisa bernapas lega. Dia mengucap syukur yang tiada terkira. Semoga Allah memperlancar dan memudahkan segala hajatnya.

"Jadi kapan Nak Ghazwan membawa orang tua untuk membicarakan ihwal kelanjutan dari hubungan kalian?" tanya Damar langsung pada intinya.

"Insyaallah saya usahakan dalam waktu dekat. Bisa saya minta nomor ponsel Bapak? Karena mungkin nanti saya akan lebih banyak terlibat komunikasi dengan Bapak selaku wali."

"Boleh," sahut Damar singkat.

"Nggak tukeran nomor kontak sama Raiqa aja, Mas?" goda Anjani seraya tersenyum jahil.

"Kalau itu belum waktunya, Mbak."

💍 BERSAMBUNG 💍

Padalarang, 07 Januari 2023

Akhirnya, Banafsha menuju halal juga nih 🤭 ... Kira-kira mau kondangan online di tanggal berapa?

Masih mau dilanjoott?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top