VII. Money Laundry

Ada banyak cara untuk mencuci uang, Outfit memiliki banyak perusahaan dan bisnis resmi yang dibagikan menjadi beberapa bagian, bisnis untuk mencuci uang dan bisnis resmi mereka yang merupakan kedok di masyarakat umum dan kepolisian.

Ada beberapa shell company yang dimiliki oleh Outfit, perusahaan cangkang itu hanya asli di atas kertas, tanpa bangunan, tanpa aset, bahkan tanpa pegawai di bawahnya. Di bawah perusahaan itu Outfit mencuci uang yang mereka dapatkan dari cara haram, mulai dari jual beli narkoba hingga senjata, sejak beberapa dekade lalu Outfit berhenti melakukan human trafficking meski bisnis itu tentu saja tidak akan pernah berhenti seluruhnya. Masih ada beberapa antek Outfit yang menjalankan bisnis jual beli manusia itu.

Selain perusahaan cangkang, Outfit juga memiliki beberapa perusahaan dan investasi resmi lain. Restoran Al Dente milik Paman Al salah satunya, restoran itu terlihat kecil dari luar, dengan papan nama reyot dan kursi yang berderit tiap kali diduduki, tetapi siapa yang menyangka bahwa di dalam restoran kecil itu ada beberapa miliar uang yang dicuci tiap harinya, omzet mereka fantastis tiap tahun meskipun tentu saja sebagian besar pelanggan mereka berasal dari kalangan Outfit dan imigran Italia, sebagian omzet yang tertera di kertas itu berasal dari pencucian uang jual beli senjata. Ada beberapa investasi atas nama Ferro di perusahaan resmi dan terdaftar, uangnya juga diputar di dalam perusahaan itu. 

Ayahnya sendiri, Antonio Amato, memiliki sejumlah uang di beberapa rumah sakit dan klinik. Klinik giginya sudah tutup beberapa tahun lalu, tetapi masih menghasilkan sejumlah uang. Sementara itu Outfit memiliki sebuah rumah sakit kecil di pinggir kota yang dikelola secara resmi. Tidak semua kejadian yang terjadi di dalam Outfit bisa ditangani di dalam rumah dengan dokter panggilan, beberapa kejadian seperti yang terjadi pada Carmine beberapa tahun lampau hanya bisa ditangani di dalam rumah sakit dengan peralatan yang memadai meski tentu saja hanya dalam keadaan terdesak saja mereka ke rumah sakit yang juga melayani masyarakat sipil ini.

Dari beberapa bisnis dan investasi yang dimiliki Outfit, seperti Asphere hingga Lady Luck, mungkin ini bisnis yang paling tidak dia mengerti. Perputaran uang di dalam Lady Luck paling cepat dari seluruh bisnis yang ada, Asphere dan beberapa klub lain milik Outfit berada di nomor urut nomor dua, sementara gerai seni ini, mungkin urutan kesekian termasuk yang paling belakang.

"Apa kau tahu rules pertama pencucian uang?" Alessio tiba-tiba bertanya kepadanya ketika pria itu membuka pintu galeri seni itu untuknya.

Bibiana menggelengkan kepalanya. Dia kuliah, di jurusan bisnis, tetapi tentu saja, pelajaran dan teori yang ia dapatkan di bangku kuliah dan sekolah hanyalah yang berhubungan dengan bisnis bersih dan resmi, bukan pencucian uang semacam ini.

"Jangan memperlihatkan bahwa kau punya uang." Bibiana membuka mulutnya sesaat lalu mengatupkannya kembali. Alessio tersenyum kecil, "apa kau tahu perbedaan orang kaya baru dan orang kaya lama?"

Ini salah satu rules lain yang Bibiana pahami dengan baik, tetapi dia tidak tahu apa hubungannya dengan pencucian uang.

"Orang kaya lama tidak akan memperlihatkan mereka punya uang."

"Kenapa?" Bibiana tahu jawabannya, tetapi dia ingin mendengar pria itu menjelaskannya.

"Karena pajak dan pemerintah akan mengejar aset asli mereka bila terlihat terlalu kaya." Alessio mengerling kepadanya. "Ini bukan persoalan yang mana elegan dan yang mana murahan, ini persoalan pajak."

Mereka berdiri di tengah galeri seni saat ini dan alih-alih menjelaskan tentang setiap lukisan dan patung yang berada di galeri ini, Alessio menjelaskan pekerjaannya. "Pemerintah memberikan pajak untuk setiap benda berharga yang kau punya. Kau punya rumah, boom, kau harus membayar PBB setiap tahun. Kau punya mobil, boom, kau harus bayar pajak kendaraan. Kau punya penghasilan dari gaji, boom, kau harus membayar pajak pendapatan setiap bulannya dari pekerjaan yang kau kerjakan dengan susah payah. Sementara itu ada hal-hal lain yang sulit terlacak oleh pajak dan pemerintah, di sinilah cosa nostra melakukan pencucian uang, beberapa kali hingga bersih."

"Jual beli barang seni."

"Tepat sekali." Alessio menarik napas dalam, matanya melihat dari sudut ke sudut, benda-benda seni yang tidak ternilai harganya. "Bukan hanya barang seni, benda apa saja, hobi apa saja, yang tidak terlacak pajak."

"Hobi?"

"Kau hobi tanaman, boom, sebuah ruang untuk melakukan pencucian uang. Jual beli tanaman hingga perhiasan berharga di Christie's, kau pikir siapa yang ingin membeli barang menggelikan dengan harga yang tidak kalah menggelikannya itu?"

Bibiana mengangguk, ada beberapa hal yang tidak dia mengerti di dalam dunianya, tetapi pria ini mampu menjelaskannya dengan mudah.

"Dari Amsterdam, Geneva, Hongkong, hingga Dubai. Ini jejaring internasional yang tidak hanya dikendalikan oleh satu sistem saja, ini dikendalikan oleh beberapa keluarga besar, saling menyuplai kebutuhan pokok mereka satu sama lain. Bila kau telusuri lebih dalam Bibi, Bratva dan Outfit mungkin saling berselisih, bisnis mereka seperti Asphere dan Blue Danube saling bersaing, tetapi jauh di dalamnya, uang saling bersahabat."

"Apa?" Bibiana mengerutkan keningnya.

"Bratva dan Outfit mungkin saling membenci satu sama lain, tetapi mereka juga saling membutuhkan. Berikut dengan keluarga-keluarga lainnya, siapa lagi yang ingin mencuci uang-uang kotor mereka selain satu sama lain?"

Perkataan Alessio ada benarnya, membuat Bibiana menarik napas dalam sembari memperhatikan deretan lukisan itu kembali. Siapa yang bisa menilai karya seni? Tidak ada seorang pun yang bisa menilai apakah lukisan yang dibeli di pinggir jalan lebih murah daripada lukisan yang berada di dalam museum. Seorang kurator seni mungkin bisa menilai teknik dan kelangkaan lukisan itu, tetapi orang-orang ini, orang yang berada di belakang layar dengan niatan mereka sendiri, adalah para pemain sebenarnya, mereka lah yang memberikan nilai terhadap karya-karya seni yang berada di depannya.

"Kenapa kau memilih pekerjaan ini, Ale?" Bibiana menoleh ke arah pria itu. Rambut emasnya terpantul cahaya lampu galeri, dia nyaris sama seperti deretan lukisan yang berada di tempat ini, indah nyaris tidak bisa dinilai harganya.

"Ini yang paling bersih." Bibiana menelan ludahnya mendengar penuturan Alessio. "Meskipun perputarannya tidak secepat Asphere atau bahkan di bawah Al Dente, galeri yang paling bersih." Pria itu menyunggingkan senyum lebar, gigi geliginya yang rapi terpampang jelas.

"Kau menikmati pekerjaan ini." Ungkap Bibiana begitu saja. Alessio tahu banyak hal, tetapi dia tidak seperti Rocco atau bahkan keponakannya Emilio. Alessio seperti sosok orang kaya lama yang baru saja dia jelaskan tadi, 'bila kau tahu banyak hal, jangan perlihatkan itu'.

"Tentu saja, aku tidak perlu berkutat di depan komputer setiap saat seperti yang lainnya, mengawasi naik turun uangnya yang menggila begitu cepat. Aku juga tidak perlu berada di dalam lapangan setiap saat menggadaikan nyawaku." Mata pria itu bertemu dengan mata abu-abu platinanya. "Aku dengar apa yang terjadi pada Dante Amato."

Jantung Bibiana mencelos, dia baru saja menikmati kencan ini ketika Alessio membawa nama Dante ke dalamnya. "Ada apa dengan Dante?"

"Tunanganmu yang sebelumnya, dia meninggal dalam kecelakaan mobil delapan tahun lalu." Bibiana mengangguk, itu bukan rahasia umum lagi bahwa Dante mati terpanggang dalam kecelakaan mobil yang didalangi oleh Bratva. "Dia mati dan ayahmu sakit, oleh karena itu kau membutuhkan tunangan lain."

"Seperti yang kau ketahui, tempat ini, dunia ini, adalah tempat para lelaki." Bibiana mendengkus. "Aku berterima kasih karena kau sudah menawarkan diri, kau tidak perlu mengkhawatirkan Dante. He is dead."

"Apa kau yakin?" Alessio memperhatikan wajahnya dengan seksama.

"Tentang apa? Dante?"

Pria itu mengangguk. "Tentang perasaanmu kepada pria itu, apa juga sudah mati?"

Bibir Bibiana kelu, dia tidak memiliki jawaban yang pasti terhadap pertanyaan yang Alessio lontarkan. Bagaimana pun juga Dante telah menjadi bagian paling berpengaruh di dalam hidupnya hingga kematian pria itu delapan tahun lalu. "Aku tidak tahu."

"Baiklah," Alessio tidak memaksa bertanya lebih lanjut tentang Dante. Mereka berjalan-jalan di dalam galeri seni itu, sesekali Alessio menjelaskan beberapa lukisan yang menurutnya pantas mendapatkan nilai fantastis. Dia bukan hanya seorang akuntan dan pencuci uang di galeri seni, Bibiana juga pantas menyebutnya sebagai kurator seni.

Kencan ini bisa saja menjadi sangat menyenangkan bila ia tidak dibayang-bayangi oleh Dante Amato.

"Apa kau ingin mencoba melukis?"

"Melukis?" Bibiana mengikuti Alessio hingga mereka tiba di bagian lain galeri seni, di mana para pengunjung bisa mencoba untuk membuat lukisan mereka sendiri dengan membayar beberapa dolar. Karena Alessio merupakan salah satu pengurus galeri, Bibiana dan pria itu bisa langsung masuk dan mendapatkan sepaket cat dan kuas beserta celemek dan kanvas untuk melukis. "Apa kau sering melakukan ini dengan gadis lain?" Tanpa sadar bibir Bibiana mengembangkan sebuah senyum diikuti dengan pertanyaan menggoda.

"Membawa mereka ke galeri seni? Tentu saja. Mengajak mereka melukis, tidak."

"Kenapa?"

"Aku takut mereka terlalu terpesona ketika melihat kemampuan melukisku." Alessio menjawab dengan candaan lain, Bibiana tertawa lepas. Bersama-sama mereka duduk berdampingan lalu mulai melukis lepas. Bibiana melukis abstrak, dia tidak pernah benar-benar pandai menggambar sedari kecil hingga jadinya saat ini dia hanya bisa menggambar pemandangan paling lazim yang ia sering lihat, ayahnya. Sementara jauh dari Bibiana, Alessio mulai melukiskan sesuatu, rumah kecil di puncak bukit berwarna hijau dan langit biru cerah.

"Kau benar." Bibiana mendesah keras ketika melihat lukisan Alessio. "Aku menyerah, kau jauh lebih hebat daripadaku di bidang ini."

Alessio tersenyum tipis. "Menurutmu kenapa aku memilih berkarir di tempat ini?"

"Karena bersih?" Bibiana memberikan jawaban yang tadinya dilontarkan oleh Alessio.

"Tepat sekali," lagi-lagi Alessio tertawa.

"Ale, kenapa kau kembali ke Outfit?" Bibiana mengerutkan keningnya. "Kau bilang kakekmu, ayah Valentina Russo, menolak mengakuimu sebagai cucunya dan kau dibuang. Kenapa kau kembali?"

Alessio mengerutkan keningnya sekilas. "Aku berada di dalam sistem selama beberapa tahun, dari satu rumah ke rumah lain." Bibiana terlalu familiar dengan cerita semacam ini, Dante memiliki kisah yang sama, pria itu pindah dari satu rumah ke rumah lain, dari satu kekerasan ke kekerasan lain hingga ia memutuskan untuk kabur dan hidup di jalan raya sebelum diangkat anak oleh Antonio Amato. "Tenang saja, kisah ini tidak berakhir begitu tragis seperti yang ada di bayanganmu." Ujar Alessio ketika melihat wajah Bibiana yang mengkerut tidak nyaman. "Aku diadopsi oleh sepasang suami istri, mereka baik hati, berasal dari kalangan sipil biasa, hingga usiaku delapan belas tahun dan harus bekerja sendiri untuk kuliahku."

Diam-diam Bibiana menarik napas lega, dia lega karena pria ini tidak mengalami kekerasan atau pun pelecehan seksual seperti yang Dante alami dulu. "Lalu kenapa kembali dengan Outfit?"

"Aku bertemu Valentina beberapa waktu sebelumnya, dia memintaku kembali." Alessio menutup ceritanya dengan tiba-tiba, kening Bibiana masih mengerut dalam.

"Tapi kenapa? Kau tahu Outfit berbahaya, ayahmu mati di tangan Outfit." Bibiana bertanya tidak mengerti.

"Mungkin karena ada kau di dalamnya, Bibi?" Jawaban itu mungkin akan membuat gadis lain melayang dan terlena, tapi entah bagaimana semakin menambah daftar pertanyaan lain di dalam benak Bibiana.

Kencan mereka berakhir dengan kategori sukses bagi Bibiana, tetapi tentu saja hal itu tidak cukup menjadi bahan cerita terutama untuk sepupunya, Emilio.

"Jadi bagaimana? Apa kau ke hotel dan .... "

"Diamlah." Bibiana mengerang kesal. "Berhenti bertanya hal-hal menjijikkan."

"Oh, ternyata Bibiana masih merupakan gadis Italia yang taat dan penakut." Emilio berdecak. "Jadi apa yang kalian lakukan?"

"Dia mengajakku ke galeri seni, tempat kerjanya. Kami lalu bercerita dan melukis di tempat itu." Dagu Bibiana mengedik ke arah dua bingkai lukisan yang menjadi oleh-oleh kencannya bersama Alessio.

"Oh wow, dia cukup romantis juga ternyata." Emilio menaikkan alis tinggi.

"Tapi, ada yang tidak aku mengerti .... " Bibiana bersedekap.

"Apa yang tidak kau mengerti?" Emilio mengikuti badan Bibiana yang berjalan dari kanan ke kiri sedari tadi. "Apa kau membaca berkas yang kuberikan kepadamu?"

Bibiana harus mengakui ini salah satu keteledorannya, dia tidak benar-benar membaca berkas itu. Bibiana menyambar kertas berisi berkas dan profil Alessio yang pernah dicari tahu oleh Emilio sebelumnya, isinya masih sama, sama abu-abunya dengan sebelumnya. Nama ayah dan ibu pria itu tertulis jelas, berikut tanggal ulang tahun, latar belakang pendidikan, hingga pekerjaannya di griya seni.

Keningnya berkerut dalam ketika tidak menemukan bagian yang Alessio ceritakan kepadanya di dalam berkas itu. "Apa kau tahu dia pernah tinggal di dalam sistem?"

"Sistem?" Emilio mengerutkan keningnya lalu mengambil berkas itu. "Sistem apa?"

"Foster house, dia dibuang oleh ayah Valentina Russo sebelum kembali ke dalam Outfit." Bagian itu tidak tertulis di dalam berkas, tidak ada nama siapa keluarga asuhnya sebelum diadopsi. "Apa kau hacker sungguhan?" Bibiana bersungut kesal.

"Hey!" Emilio mendelik tidak terima. "Tidak ada bagian dia tinggal di rumah singgah dan diadopsi."

"Dia terlalu ... bersih." Bibiana bergumam. Terlalu bersih, terlalu baik, terlalu mencurigakan. Pria itu sama mencurigakannya seperti uang-uang yang telah dia cuci selama ini. "Kapan dia mulai aktif di Outfit?"

"Lima tahun lalu." Emilio menjawab. "Ranknya meningkat drastis, dari soldier biasa hingga akuntan."

"Dia pernah menjadi soldier?" Soldier atau tentara, adalah rank paling rendah di dalam Outfit. Para penjaga di rumahnya adalah para tentara itu, mereka hanya bertugas membunuh dan menjaga, tidak memiliki andil langsung di dalam keberlangsungan Outfit. "Bagaimana dengan sebelumnya? Kuliah biasa? Tidakkah ini mencurigakan, Emilio? Coba pikirkan baik-baik."

"Bibi .... " Emilio menghela napas panjang. "Kau pikir Ferro akan membiarkan pria itu berada di sisimu bila dia mencurigakan?"

"Apa menurutmu Ferro tahu?"

"Dia selalu tahu banyak hal dan seringkali selangkah lebih cepat daripada kepolisian." Emilio membela Don nya, Ferro Belucci mungkin bukan pria paling baik yang mereka kenali, tetapi dia tidak akan membiarkan Bibiana bersama seseorang yang mencurigakan seperti Alessio. "Apapun itu, aku yakin ada alasannya."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top