Kisah Setetes Embun

Kisah Setetes Embun
Oleh: Yaya Dh.

Kala fajar meringkuk di balik mega mendung
Setetes embun, tersenyum dalam kalbu
Sang Algojo Kematian, tak datang 'tuk memenggalnya

Setetes embun, congkak berayun di pucuk daun
Mendendangkan lagu Panjang Umurnya
Seraya bertepuk tangan gegap gempita

Mendung tumpah
Bersama bayu, menari tari Kecak
Bertabuh guntur, disorot kilat 
Cak, cak, cak, cak, cak
Mereka berlomba menginjak pucuk-pucuk daun dan ranting

Setetes embun terpelanting
Sirna di penghujung nasib

***

Kematian, bisa datang, kapan dan di mana saja. Hidup sebagai manusia, sangat singkat. Tidak ada yang namanya panjang umur. Itu hanya untuk menghibur diri. Esok, lusa, sebulan, setahun, dua tahun, tiga tahun, dua puluh tahun lagi, kita pasti mati. Sang Algojo kematian, selalu mengintai kita ke mana pun kita pergi, walau kita bersembunyi di dalam hutan dan gua yang gelap sekali pun.

Saya dedikasikan puisi ini buat sahabat dan adik-adik: 
NozdormuHonistDee_OfficiallDashaArdeliaKailifebrianasaSanchi_inbaatcatlady_1999erthatafafachanAraJung14.

Bandar Lampung, 24 Mei 2016, 02.23  




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top