Bab. 30 Bahagia Maysa

Maysa Pov

"Lihat itu, ibu bos sembako yang sombong sekarang jualan baju,"bisik beberapa orang di pasar yang mengenalku.

"Dia pakai hijab sekarang, sok alim."

"Pakai hijab itu cuma untuk promosi, karena jualan."

"Betul, untuk promosi saja."

Mba Vita menarik tanganku meninggalkan tempat itu. Aku setengah berlari mengimbangi langkahnya. Suasana pasar yang ramai dan panas membuat emosiku semakin naik, aku ingin melabrak orang-orang yang mengataiku, jika saja mba vita tidak mengajakku pergi, tempat ini sudah biasa aku datangi, sekarang menjadi terasa asing. Apalagi orang-orang yang biasanya ramah, kini menjadi acuh bahkan ada yang bersikap memusuhi. Karena emosi yang tak tersalurkan aku jadi merasa sesak dan ingin menangis.

"Jangan di dengar May, nanti baper,"kata mba vita mengingatkanku.

Sudah terlanjur dengar, aku merasa sedih, aku mengusap air mata yang keluar. Aku menguatkan hati untuk tidak mudah menyerah menghadapi cemoohan itu, mungkin akan ada lagi kejadian yang serupa, dari sekarang aku sudah harus siap dan kuat. Aku pasti bisa.

Mba Vita semakin cepat berjalan membelah orang-orang yang memenuhi pasar, hingga sampai di suatu tempat dia berhenti. Aku juga ikut berhenti dibelakangnya.

"Ada apa mba,kok berhenti?" tanyaku.

"Nah itu toko hijab langganan kita." Katanya sambil menunjuk toko langganan kami, toko yang besar dan luas, dengan koleksi baju yang banyak dan harga yang beragam, dari yang mahal sampai yang murah,semua pembeli dimanjakan untuk memilih atau sekedar melihat koleksi yang sesuai dengan seleranya. Toko inilah yang menginspirasi aku dan Vita untuk memiliki toko pakaian sendiri.

"Suatu saat kita harus punya toko pakaian sendiri Maysa,"katanya.

"Ya mba, aku setuju, aku juga ingin memiliki toko pakaian seperti ini."

Kami memilih beberapa pakaian yang di pesan pembeli secara online, kami berusaha untuk teliti memilihnya sebelum membayar, supaya barang yang kami beli tidak sia-sia karena di tolak pembeli.

Seelah semua pesanan kami dapat, mba vita menyarankan aku untuk membeli baju untukku sendiri.

"Kamu juga perlu membeli baju dan hijab baru Maysa,"katanya. Dia melihatku hanya memiliki beberapa baju yang aku modif dengan bawahan atau celana panjang.

Aku setuju dengan usulnya, kebetulan bonus penjualanku cukup untuk membelinya. Aku segera mencari baju dan hijab, tak perlu yang mahal, tapi sesuai dengan selera dan uang yang aku punya, nah pilihanku jatuh pada gamis berwarna hijau dan hijab bercorak bunga dengan warna yang bagus dan cocok jika dipadukan.

Alhamdulillah pembelian hijab pesanan pembeli dan untukku sudah kami dapatkan, sebelum pulang kami teliti semua barang yang kami beli, setelah lengkap kami kembali ke rumah.

Semenjak berjualan online, aku mulai bisa menata keuanganku lagi, tinggal berdua dengan ibu, kebutuhan dan pengeluaranku tidak terlalu banyak, aku bisa berhemat dan menabung. Kontrakan rumah aku lepas, karena saat ini aku sedang bekerja sama dengan mba vita, biar lebih dekat, aku tinggal di rumah ibu.

Aku benar-benar merasakan merintis usaha dari nol, dengan susah payah dan menerima komentar beragam dari orang lain, tapi semua itu tidak akan menyurutkanku. Maysa yang sekarang telah berubah, aku merasa lebih kuat dan siap menghadapi ujian kehidupan, karena pengalaman sudah mengajariku, aku sudah merasakan pahitnya yang amat sangat. Aku juga lebih dekat kepada Tuhan, karena dulu sewaktu mengelola toko waktuku habis untuk mencari uang sehingga sering lalai untuk sholat. Begitu mudah Tuhan membalikkan keadaan, dari usahaku yang maju,penghasilan banyak, rumah, mobil perhiasaan, orang-orang yang segan dan hormat, sekejap menjadi hilang, Dan aku menjadi orang yang benar-benar tidak punya apa-apa.

Ku renungi lagi semua kesalahan yang aku lakukan, dan sekarang aku coba perbaiki satu-satu, termasuk sifat burukku yang mudah marah, aku coba menahannya untuk lebih bersabar.

Suara telepon membuyarkan lamunanku, tut....tut....tut....

aku segera mengangkatnya.

[Halo...Maysa]

[ ya mba, ada apa?]

[Aku di rumah sakit Maysa, ada kabar gembira]

[Kabar apa mba?]

[Mas Jono mulai membaik, dia mulai merespon beberapa terapi yang diberikan dokter. Kamu bantu dengan doa ya...]

[Alhamdulillah... aku selalu mendoakan mba]

[Terima kasih May, ya sudah aku kabari itu saja, assalamu alaikum]

[Wa alaikum salam]

Tut...... telepon terputus, sejak mas Jono di rawat di rumah sakit jiwa, aku dan mba Tika bergantian menjenguk. Kalo giliran mba Tika menjenguk, dia pasti lebih lama dan telaten mengurusi mas Jono, Sementara aku hanya menjenguk sebentar dan segera pulang.

Mendengar kabar baik ini, aku bersyukur dan berdoa agar mas Jono bisa pulih dan kembali ke rumah.

**

Satu tahun kemudian, aku dan mba vita bisa membuka toko pakaian, kami menyewa sebuah toko yang dulu digunakan untuk menjual baju juga, kebetulan pemiliknya bermaksud untuk pindah keluar kota, beberapa barang dan property yang ada ditawarkan untuk di beli, kami setuju, jadi kami tidak perlu lagi pengadaan yang baru, Almari kaca yang ada masih bagus untuk memajang baju, manekin  untuk mempromosikan model baju yang ada di toko juga masih bagus. Kami merasa sangat senang.

Penjualan lewat on line tetap kami layani, kami menjalin kerja sama dengan outlet merek baju yang sudah di kenal publik, untuk ikut memasarkan pakaian mereka, juga melayani pemesanan baju seragam untuk sekolah atau komunitas lain.

Kerja keras kami mulai kelihatan hasilnya, memang beginilah seharusnya, jika ingin menjadi kaya harus memulai dengan usaha sendiri.

Mas Jono sudah mulai pulih dan kembali ke rumah, aku dan dia memutuskan untuk berpisah baik-baik. Dia melepaskanku dengan berat, namun itulah keputusan bijak yang harus diambilnya. Aku juga menerima perpisahan itu dengan baik, sudah lama seharusnya aku mengambil keputusan untuk berpisah,namun aku masih mencoba bertahan, baru sekaranglah kami berdua bisa melepaskan dengan ikhlas.

Hubunganku dengan mba Tika dan anak-anak tetap baik, kami saling mengunjungi. Kami menjadi seperti saudara, ibu juga menerima mereka dengan baik saat berkunjung ke rumah, sikap ibu terhadap mas Jono juga baik, ibu bisa menerimanya, mas Jono sudah banyak berubah, dia lebih sopan dan tenang. Aku merasa ikut senang dengan semua perubahannya yang baik.

Mba Tika sangat senang, doa-doanya terkabul, mas Jono mulai perhatian pada dia dan anak-anaknya. Memang kondisi ekonomi belum seperti dulu,tapi dia merasa lebih baik seperti sekarang, keluarga kecilnya sudah lengkap. Suaminya tidak berbagi perhatian pada yang lain.

Aku merasakan hari-hari yang kulewati masih panjang, satu tahun kehidupanku yang telah berlalu  memberikan pelajaran berharga dalam hidupku. Pelajaran tentang mencapai impian harus dilakukan dengan kerja keras, tentang keputusan menikah yang harus dipertimbangkan masak-masak dan tentang hidup yang sudah berlalu tak akan bisa kembali. 

Aku masih bersyukur, memiliki waktu untuk berubah, memperbaiki hubunganku dengan ibu, masih bisa berbakti kepadanya di sisa usianya, masih bisa memperbaiki hubungan dengan wanita sebaik Tika yang setia pada suaminya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top