Bab. 20 Rencana Maysa
Pagi ini Tika dan anak-anaknya pulang, Maysa mengantar mereka ke depan pintu, Dia menatap keluarga kecil itu keluar dari rumahnya, ada sedih yang tidak dapat disembunyikannya. Dia merasa sebagai orang yang telah menganggu kebahagiaan mereka,dan sekarang dia sedang merasakan apa yang dialami istri pertama suaminya,yaitu dikhianati.
"Besok boleh main lagi tante?" tanya Dio.
"Boleh, tapi sama ibu dan kakak ya,"jawab Maysa.
"Ya,"jawabnya riang,"Assaamu alaikum." bocah kecil itu sudah mulai menyukainya, padahal dulu sikap Maysa sangat buruk padanya.
"Wa alaikum salam."jawabnya.
Maysa menunggu mereka hingga mobil yang mereka tumpangi hilang di kelokan jalan. Wanita muda ini kembali ke dalam rumah. Dia duduk di dalam kamarnya, masih ingin memikirkan kembali, apakah dia akan melanjutkan pernikahannya dengan Jono atau memilih bercerai dengannya?
Dua koper besar yang berisi baju dan barang pribadinya,masih dibiarkan tergeletak begitu saja. Dipandangi semua barang yang ada di kamarnya, jujur semua barang yang dia beli didapatkan dari suaminya. Barang-barang dan perabot rumahnya bahkan lebih bagus daripada yang dimiliki Tika. Bila dia memilih untuk berpisah dari suaminya, maka dia akan kehilangan semua kekayaan dan fasilitas hidup yang biasa didapatkan. Dia merasa belum siap.
"Pilihan yang sama sulitnya, dilepaskan berarti harus siap dengan kembali menjadi miskin, atau diteruskan tapi sakit hati karena sikapnya." batin Maysa, merasa belum mendapatkan pilihan yang tepat dia semakin menderita.
Maysa membalikkan badannya, merasa bosan hanya berada di rumah, akhirnya dia memilih untuk pergi ke toko dan bekerja. Dengan kesibukanlah dia bisa sedikit menghilangkan rasa sedihnya. Tiba-tiba dia mendapat ide, "Mungkin sebaiknya aku bicara dengan mba Tika, sepulang dari toko, aku akan menemuinya di rumah."
***
Maysa Pov
Aku sudah selesai menjaga toko sore ini, Selanjutnya tugasku akan digantikan karyawan lain, mengingat hari ini aku akan pergi ke rumah Tika, aku membungkus beberapa snack dan permen kesukaan anak-anak. Setelah semua siap,aku mencari mas Jono, untuk mengantarku ke sana. Mas Jono merasa heran karena aku biasanya menolak jika di ajak ke rumahnya.
"Ada perlu apa kamu mau pergi ke sana?" tanya mas Jono curiga. Sepertinya dia tidak suka melihat aku akrab dengan istri pertamanya.
"Bosan saja di rumah,"jawabku.
"Ya baiklah, apa saja yang bisa membuatmu senang, aku akan lakukan," rayunya. Biasanya aku sangat senang dia berkata seperti itu, tapi sekarang aku benci mendengarnya .
"Berangkat sekarang nyonya besar," candanya.
Aku mengangguk dan berjalan mendahuluinya. Beberapa karyawan yang berpapasan mengangguk sopan.Aku membalas dengan senyum. Sementara mas Jono tidak berani menggoda mereka. Awas saja kalau berani. Dia baru saja berjanji untuk setia, tidak mungkin berbuat semaunya lagi, setidaknya di depanku dia akan menjaga sikap.
"Tunggu May,"mas Jono membuka pintu mobil dan membantuku memakai sabuk pengaman.
Setelah selesai dia menyusul masuk ke dalam mobil dan menjalankannya pelahan.
"Ada yang ingin mas tanyakan,"katanya ketika beberapa saat kami di perjalanan,"Kamu mau memaafkanku May?"
Aku menatap jalanan yang ada di depan,"Aku masih mempertimbangkan, rasanya masih sulit untuk memaafkanmu."
"Mas berjanji akan setia sama kamu, kejadian itu untuk yang terakhir kali May."
Aku hanya menatap laki-laki di sampingku dengan tatapan yang tajam,"Buktikan saja kata-katamu itu!"
Suasana rumah itu terlihat sepi, seharusnya anak-anak bermain dan tedengar suaranya, aku dan mas Jono turun dari mobil dan memasuki teras rumah mba Tika.
"Assalamu alaikum,mba Tika,"panggilku dari luar.
Tidak ada sahutan dari dalam. Mungkin mereka sedang keluar.
"Kenapa rumahnya sepi sekali mas?"tanyaku.
Mas Jono hanya menggeleng dan duduk di kursi teras. Aku merasa tidak nyaman, Kucari mereka di sekitar rumah, tidak ada.
"Apa kamu tidak memberitahu Tika kalau sore ini mau ke rumah?"tanya mas Jono.
"Ah iya, kenapa tadi aku tidak memberitahukannya, kalau mba Tika keluar rumah, kita terpaksa menunggu."
"Aku pulang ke rumah dulu, nanti setelah mandi dan ganti baju, aku susul kemari,"kata mas Jono yang merasa tidak nyaman karena badannya terasa lengket dan gatal.
Aku mendelik ke arahnya,"Tetap di sini mas,kita tunggu mba Tika berdua."
Aku harus menahannya tetap di sini, bisa jadi dia kabur dan ketemu wanita itu.
"Tante Maysa!" panggil Dion anak bungsu Tika.
"Assalamu alaikum Dion.."
"Wa alaikum salam, tante datang sama ayah,"sapanya ramah.
"Iya sayang, ini tante bawakan oleh-oleh,"kuberikan bungkusan yang sudah kusiapkan untuk mereka.
"Sudah lama menunggu May?" tanya mba Tika.
"Belum lama kok, kalian darimana?"tanyaku.
"Dari warung sebelah tante, membeli keperluan kakak untuk membuat tugas sekolah besok,"jawab Rania.
"Ayo masuk May, mas." Mba Tika membukakan pintu rumahnya, aku duduk di ruang tamu.
Anak-anak mengajak ayahnya masuk ke ruang tengah dan mereka bermain di sana.
"Ada apa May?"tanya mba Tika,"Ini pertama kali kamu main ke rumahku."
"Eh... ehm... iya mba, maaf kalau aku telah beersikap buruk padamu."aku menjadi gugup.
"Apa rencanamu May? Bukankah kita akan bekerjasama untuk memberi pelajaran kepada mas Jono,"mba Tika memulai diskusi kami, aku menjelaskan apa saja yang akan dilakukan untuk mencegah mas Jono selingkuh lagi, kita akan bergantian mengawasinya. Aku juga meminta mba Tika untuk lebih aktif menuntut haknya, baik materi maupun perhatian. Mas Jono harus dibuat sibuk dan pusing dengan kedua istrinya, sehingga dia tidak sempat memiliki waktu senggang untuk orang lain.
"Untuk komunikasi, kita bisa menggunakan telpon."
Mba Tika kelihatan ragu, selama ini dia selalu menurut dengan perintah suami dan tidak pernah meminta macam-macam,apalagi seperti Maysa yang meminta barang mahal atau perhiasan.
"Nanti aku bantu untuk merayu mas Jono, mba Tika bilang saja punya keinginan apa."
Sementara Jono yang sedang menemani anak-anaknya bermain di ruang tengah, merasa khawatir melihat Tika dan Maysa yang kelihatan akrab, mereka Nampak serius membahas masalah. Diam-diam jono mengirim pesan singkat pada wanita yang sedang didekatinya.
[Sore Lia, untuk beberapa hari ini jangan menghubungi mas dulu, mas sedang sibuk.]
Kling... pesan terkirim
[Kenapa mas? Kalau aku ingin beli baju atau tas baru gimana?]
{Nanti aku transfer uang saja.]
[Oke...]
Jono menarik nafas lega, segera dia hapus chat yang baru saja dikirimnya. Dia juga menghapus semua foto yang berhubungan dengan Lia. Dia merasa harus lebih berhati-hati sekarang, supaya Maysa dan Tika tidak mencurigainya.
"Coba seminggu ini aku akan lebih perhatian pada keduanya, semoga mereka tidak berbuat macam-macam."batinnya.
"Kalau Tika, lebih mudah dihadapi, karena dia lebih menurut dan patuh pada suaminya. Maysa ini yang sulit, dia akan meledak-ledak kalau marah, dia juga akan nekat melakukan hal-hal yang tak terduga."
Jono kembali mengajak bermain anak-anaknya, selama ini merekalah yang menjadi senjata bagi ibunya untuk tetap bertahan, sebenarnya Jono juga takut dengan orang tuanya jika Tika menceritakan kejelekannya, syukurnya Tika tidak pernah melaporkannya.
Pernikahannya dengan Maysa, belum di ketahui keluarganya dan keluarga Tika, entahlah apa yang akan terjadi jika keluarga besarnya tahu.Jono sendiri belumsiap dengan segala konsekuensi yang harus dihadapinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top