Bab. 11 Terpaksa Menerima


Dengan cemas Jono keluar hotel dan mencari istrinya keluar. Dia segera mengambil motor dan segera menyalakan mesin. Setelah keluar dari hotel, Dia melihat Maysa menunggu angkutan umum. Gegas ditemui istrinya yang sedang marah itu.

"Maysa... tunggu!" teriak Jono dari jauh.

Maysa menoleh sebentar kemudian tetap fokus menunggu angkutan, Jono menjadi gemas dengan sikapnya.

"Jangan pergi May, kita bicara baik-baik."

"Tidak ada yang perlu dibicarakan,semua sudah jelas. Kamu sudah menikah. Saya tidak mau mengganggu rumah tanggamu,"tegas Maysa.

Jono yang tidak sabar dengan sikap Maysa langsung saja menarik tangannya dan memaksa naik motornya. "Kalau kamu berontak, aku gendong, biar dilihat orang-orang."

Maysa hanya mendengus kesal. Terpaksa menuruti kemauan suaminya dari pada mempermalukan diri.

Jono membawanya pulang ke rumah. Merasa tak perlu lagi mendengarkan penjelasan suaminya.Maysa masuk ke dalam kamar, Jono segera mengikuti dan berusaha mengajaknya bicara.

"Aku mencintaimu, May. Jika kamu tahu berapa lama aku menahan diri untuk tidak menyentuhmu, kamu akan mengerti.Aku menjadi gila ketika ibumu menolak lamaranku,sempat berfikir untuk menculikmu. Syukurlah kemudian kamu datang, menyelamatkan semua rencana jahatku."

"Kamu sadar ngga mas, kamu sudah menikah, itu namanya kamu mengkhianati istrimu, apa kamu sudah minta ijin padanya untuk menikah lagi?"

"Karena itulah hari ini aku pertemukan kalian, lebih baik kamu dan Tika mengetahui kenyataan ini langsung dariku,bukan dari orang lain."

"Aku masih belum bisa menerima semua ini."

"Aku bisa memahami kemarahanmu May, tapi saat ini sebaiknya kamu di rumah dulu, berfikirlah baik-baik. Aku akan kembali ke hotel untuk menemui Tika."

Jono meninggalkan Maysa, tidak lupa dia mengunci rumahnya agar istrinya tidak pergi dari rumah. Setelah memastikan kondisi Maysa aman di rumah. Jono segera pergi ke hotel.

Saat tiba di depan kamar hotel, Jono berhenti sebentar. Dia menyadari sikap egoisnya itu menyakiti hati istrinya, tapi sebisa mungkin dia akan tetap mempertahankan rumah tangganya.

Jono membuka pintu kamar hotel, Tika masih menangis di sofa, anak-anak kelihatan sedih melihat ibunya menangis.

"Tika..." panggil Jono dengan lembut.

Wanita cantik yang sudah memberinya 3 orang anak itu menoleh. Matanya sembab karena sudah lama menangis.

"Jahat kamu mas,"katanya terisak,"Kamu sudah mengkhianatiku."

"Tika... maafkan aku sayang, aku harus menikahinya, dari pada aku berbuat hal yang tidak baik, hal yang diharamkan dalam agama kita."

"Sejak kapan kamu ingat agama mas, sholat saja kamu harus sering dingatkan."

Sanggah Tika menahan marah yang menyesakkan dadanya.

"Istri mana yang mau di madu mas."

Jono mendekap istrinya, Tika berusaha berontak, tapi tenaganya kalah jauh dari suaminya.

"Salahkan aku Tika, pukul saja kalo itu bisa memuaskanmu, tapi jangan tinggalkan aku..."

Suara Jono bergetar menahan rasa bersalah terhadap istrinya. Sekuat tenaga berusaha menenangkan istrinya,dia takkan pernah mau melepaskan Tika dan anak-anaknya.

Tika adalah ibu rumah tangga yang baik, dia sangat pandai mengurus suami dan anaknya, Jono tidak mau kehilangannya. Tika sangat memahami semua kebutuhan dan kebiasaannya. Meskipun demikian Jono tidak bisa menampik pesona Maysa yang datang padanya. Dia berusaha membujuk Tika untuk bertahan.

"Demi anak-anak ya... aku mohon padamu untuk tetap bertahan di sisiku."

Tika berontak dari pelukan suaminya. "Lepaskan mas, beri aku waktu, untuk memikirkannya."

Sore harinya Jono mengajak anak-anak berenang, Tika berusaha menutupi kesedihannya dengan senyuman, mereka berenang dengan gembira.

***

Maysa memutuskan untuk tetap bertahan menjadi istri Jono, meskipun dia tahu bahwa suaminya telah memiliki istri dan anak, dia tidak mungkin pulang ke rumah ibunya,karena sudah merasa nyaman dengan keadaan sekarang. Jono juga mengajaknya ke toko, mengenalkannya pada semua karyawan dan menawarkan kalo dia mau membantu mengelola toko itu.

Setelah berfikir dan menimbang, maysa menyetujui tawaran suaminya untuk membantu di toko, dengan bekerja dia dapat mengusir kejenuhan di rumah.

Untuk giliran kedua istrinya, Jono membagi seperti ini, jika siang sampai sore di rumah maysa, maka malam hari hingga pagi dia di rumah Tika. Begitupun sebaliknya, maka setiap hari dia tetap bisa bertemu kedua istrinya. Bila di bilang lelah ya tentu saja tapi dia yang sudah nekat beristri dua.

Hari-hari berikutnya di lalui Jono dan keluarganya dengan rutinitas yang sama. Maysa mulai terbiasa dengan kesibukannya di toko dan tugasnya sebagai istrinya. Tika juga menjalankan aktivitasnya dengan biasa.

Seiring kesibukannya mengelola toko, Maysa mulai mengikuti kebiasaan Jono tidak sholat, awalnya karena terlalu sibuk melayani pembeli hingga tidak sempat,hingga akhirnya menjadi malas karena sudah letih bekerja. Maysa mulai melupakan nasehat ayah dan ibunya untuk tidak meninggalkan sholat dalam kondisi apapun. Maysa merasa senang jika pembeli yang datang ke tokonya banyak, artinya uang yang di dapat juga banyak. Dia juga mulai suka membeli perhiasan untuk menunjukkan status sosialnya di mata orang lain. Suaminya juga tidak melarang, asalkan dia senang dan masih di anggap pengeluaran yang wajar.

Sementara Maysa yang di manjakan dengan uang, Tika justru mulai berhemat, karena Jono mengurangi jatah bulanan yang biasa di terima, alasannya karena harus berbagi dengan Maysa. Jono pun mulai abai terhadap anak-anaknya, dia mulai jarang datang ke rumahnya. Maka Tika mengajak anak-anaknya ke rumah Maysa,dia ingin bertemu suaminya.

Sore ini Tika menguatkan tekadnya untuk datang ke rumah Maysa, menemui suaminya. Banyak hal yang ingin dia bicarakan. Benar saja.Jono sedang berada di sana. Dia melihat Jono dan Maysa duduk di teras rumah.

"Assalamu alaikum," sapanya.

"Wa alaikum salam," Jono yang menjawab salamnya. Maysa terkejut melihatnya datang, dia memalingkan mukanya. Tika menemui suaminya dan mencium tangannya.

"Sudah ada jatah gilirannya, masih belum puas, harus ya datang ke sini juga,"ketus Maysa.

Tika mengabaikan kata-kata Maysa."Aku ada perlu mas, bisa kita keluar dan bicara sebentar."

"Ngga bisa, sekarang waktunya mas Jono di rumahku. Besok saja."

"Maysa...  kamu tidak boleh bersikap begitu."

"Kenapa mas? Kamu sendiri kan yang sudah buat kesepakatan."

"Hanya sebentar May, kamu masuk ke dalam rumah saja kalau tidak suka."

" Tidak bisa begitu mas, aku juga ngga pernah, datang ke rumahnya untuk mencarimu."

"Aku tidak akan datang ke sini kalau penting," katanya."Aku hanya ingin menanyakan kenapa kamu tidak datang ke rumah mas? Juga uang bulanan  kenapa sekarang belum aku terima?"

Maysa menatap suaminya, setahunya Jono tidak pernah telat ke rumah istri pertamanya, uang bulanan juga tidak pernah absen, memang dia pernah mengusulkan untuk mengurangi jatahnya, tapi bukan tidak memberi sama sekali.  Dia merasa ada yang tidak benar pada suaminya. Tapi, apa pedulinya. 

Jono kelihatan gugup dan salah tingkah. Tanpa bicara apapun, dia segera masuk ke dalam rumah, mengambil uang dan memberikan pada Tika. Sang istri menerima uang dan menggelengkan kepala. Kalau dia tidak datang, maka suaminya tidak memberinya uang. Sikap Jono inilah yang membuat Tika menjadi geram, kesabarannya benar-benar di uji, baik  perilaku madunya  maupun suaminya sendiri.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top