Part 2: Another Loser

[Olaaa! Part 2 datang. Anyway, di Karyakarsa kataromchick kisah Zephyr dan Reya ini sudah sampai part 13. Kisah Zephyr ini jauh lebih rumit dari Zeke yang terbilang mudah sekali konfliknya untuk dicerna. Kalo kalian mau yang lebih santai dibaca bisa mampir ke cerita Zeke yang judulnya Merayu Hati Yang Setia dulu. Nggak ada ketentuan apakah harus baca kisah kakaknya, karena kalian bisa baca terpisah. Kalo kalian hobinya baca yang menyayat hati memang kisah Zephyr dan Reya ini 'menye-menye' ala aku, sih. Boleh mampir di part 2 versi Karyakarsa karena memang eksklusif isinya. Kalian bisa loh beli satuan pelan-pelan. Misal beli setiap part di Wattpad ini update, jadi nggak kerasa belinya :). Anyway, yang suka baca AU(alternative universe) bisa langsung ke Instagram freelancerauthor, gratis. Disana juga selalu ada info update dan cerita yang ebook atau novelnya cetak. Yang mau nagih update juga boleh, kok. Aku suka dirusuhin asal nggak berlebihan aja :) Happy reading!]

***

"You what?" ucap Zaland yang tidak bisa menyembunyikan rasa bingungnya. "Gimana ceritanya lo nidurin sahabat dari cewek yang lo suka? Bukannya nidurin cewek yang lo suka, tapi malah sahabatnya?"

Zephyr tentu saja tidak langsung bisa menjawab dengan baik. Kakaknya itu terlalu banyak mengeluarkan kata-kata yang sangat memotong kesempatan Zephyr untuk bicara.

"Kalo gini ceritanya, ya, bener aja lo ngelakuin kesalahan, Zep! Dia jelas bukan cuma lo baperin aja, tapi lo manfaatin."

Zephyr berdecak dengan keras supaya kakaknya itu berhenti bicara. "Dengerin dulu!"

"Oke, coba gue dengerin alasan lo."

"Ini bukan alasan. Gue tidur sama Reya waktu satu hari meninggalnya Taya."

Zaland sudah semakin memperlihatkan ekspresi yang tak percaya, tapi Zephyr lebih dulu membuat gerakan tangan menahan sang kakak untuk bicara.

"Itu karena gue sedih banget kehilangan Taya, gue kalut. Saat itu yang nemenin gue cuma Reya, dia juga sama sedihnya, tapi lebih bisa mengendalikan emosi. Dia kasih gue ruang buat meluapkan rasa sedih. Dan ... nggak tahu gimana bisa, pokoknya akhirnya gue sama Reya end up tidur bareng."

"Oh, gitu cara lo? Melampiaskan kesedihan dengan having sex? Agak gila juga."

Zephyr tidak menganggap bahwa dirinya gila. Untuk usianya yang sudah 24 tahun saat itu, pengetahuannya mengenai seks tidak sedikit. Dia juga laki-laki normal yang tahu bagaimana cara untuk melakukannya dengan seorang perempuan. Zephyr juga paham bahwa tidur bersama tidak harus selalu memiliki perasaan romantis yang menggebu-gebu. Saat itu, Zephyr jelas nyaman dengan Reya. Cara perempuan itu memberikan ketenangan, cara Reya bicara, dan Reya yang mengelus punggung Zephyr akhirnya membawa mereka berdua pada sebuah kegiatan yang panjang.

"Itu artinya lo suka sama Reya," ucap Zaland.

"Mana ada! Gue nggak punya perasaan apa-apa sama dia. Lagi pula, lo juga tahu ngelakuin hal kayak gitu nggak harus selalu pake perasaan."

"Siapa bilang?" balas Zaland.

Zephyr menjadi kebingungan sendiri dengan balasan kakaknya itu. Kenapa pendapat itu dipatahkan? Mana yang mematahkan pendapat itu adalah pria yang suka sekali menggoda perempuan dan tak jarang membawa mereka ke ranjang hotel.

"Ya ... itu kesimpulan. Dan lo pasti tahu, karena lo tukang godain perempuan."

Zaland langsung menggunakan telunjuk dan kepalanya menggeleng dramatis. "No, no, no, no, no. Salah. Gue nggak pernah ajak perempuan yang gue godain sembarangan. Gue ajak tidur perempuan yang gue suka. Yang sekiranya gue godain tapi otaknya nggak ada, gue nggak tertarik, gue nggak suka. Skip buat perempuan yang modal selangkangan aja. Dan harus lo ingat, sebagai salah satu penerus Tatum, gue nggak tidur dengan perempuan bayaran. Gue tidur sama perempuan bersih, yang udah gue tahu rumahnya, tongkrongannya, dan siapa aja mantan pria yang pernah pake. Gue nggak se-desperate itu hanya untuk dapetin vagina, Zep."

Pada akhirnya Zephyr tetap tidak bisa untuk mengeluarkan penyangkalan lainnya. Sebab Zaland sudah mengerti poin utamanya. Yang bisa Zephyr lakukan hanya mengusap wajahnya dan mengalihkan pandangan. Dia malu untuk menatap kakaknya yang sudah senyum-senyum sendiri seolah menemukan temuan baru yang bagus.

"Kalo gitu lo mulai harus cari tahu, Zep."

*** 

"Fin! Bubu bilang jangan dicubit! Sakit!"

Terpaksa Reya menyentil tangan Fin, karena memang sudah membuat Reya tak nyaman. Dia memikirkan kemungkinan untuk menyapih Fin dalam waktu dekat entah bagaimana caranya.

"Huaaaaa! Umbu umbu yakan!"

Resiko seperti inilah yang sering terjadi. Fin menangis karena tidak bisa berbuat seenaknya dengan puting Reya.

"Makanya kalo Bubu bilang jangan, ya, jangan."

Fin masih terus menangis, niat Reya untuk membuat diam anak itu dengan ASI lagi tidak terlaksana karena seseorang sudah memencet bel rumah. Mau tak mau Reya menutup dadanya dan meninggalkan Fin lebih dulu.

Reya pikir akan ada tamu yang ingin menemui kakaknya atau Kinanti. Namun, tamu yang datang kali ini adalah orang asing yang tak pernah berkunjung ke rumahnya dan langsung tersenyum lebar begitu melihat wajah Reya.

"Hai! Akhirnya bener. Ternyata rumah kamu masih disini, Rey."

Oh ya ampun, apa yang akan terjadi kali ini? 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top