Part 16: My life


[Aloha! Aku datang lagi. Bagi yang udah gak sabar mau baca langsung selesai, silakan ke Karyakarsa kataromchick atau beli versi ebook di google play dengan search 'Faitna YA'. Happy reading semuanya.]

Reya tidak bisa duduk dengan tenang di kursi penumpang belakang. Mobil yang dikendarai oleh sopir pribadi kakak Zephyr berjalan dengan hati-hati. Lebih seperti keong, hingga membuat Reya tidak sabar sendiri. Padahal memang ada maksud dan tujuan kenapa kendaraan tersebut tidak berjalan buru-buru. Namun, masalahnya Reya sudah keburu panik karena Zeke bicara bahwa ini mungkin akan menjadi pertemuan terakhir—jangan mikir macem-macem Reya. Nggak mungkin pukulan kak Raka segila itu sampai bikin Zephyr ...

"Orangtua kamu sudah nggak ada?" tanya Zeke.

Reya menatap pada kakak Zephyr yang tampak sangat kaku bicara itu. Anggukan Reya berikan sebagai jawaban cepat. Dia tidak tahu harus bereaksi apa selain mengangguk dengan pertanyaan semacam itu ditengah rasa paniknya.

"Istri saya tidak memiliki ayah lagi, kamu dua-duanya. Nggak heran kalau reaksi kalian selalu seperti ini jika ada kabar yang nggak menyenangkan untuk didengar mengenai orang yang kalian sayang."

Reya tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja Zeke mengatakan hal demikian. Reya bahkan tidak mengenal siapa istri pria itu. Dia juga tidak berniat untuk mendengar dongen lainnya. Yang ingin perempuan itu ketahui dan dengar adalah informasi mengenai Zephyr saat ini.

"Maaf Mas Zeke Mason, benar?"

Zeke mengangguk meski panggilan mas terdengar asing bagi pria itu.

"Begini. Saya nggak sedang ingin meladeni basa basi apa pun, apalagi mengenai istri Mas Zeke. Bukannya saya bermaksud nggak sopan, tapi saya benar-benar nggak bisa memikirkan hal lain selain Zephyr saat ini. Kenapa Mas Zeke ini masih bisa santai saat tahu kondisi adiknya nggak baik-baik saja??"

"Because I know that my brother will survive. Especially ..." Zeke menatap Fin yang menciut dan menyembunyikan wajahnya di dada Reya. Senyuman Zeke terbit tapi Fin tidak membalasnya, karena anak itu sedang kebingungan dengan apa yang terjadi. "Especially for you, Radipta Finera Tatum."

Saat Zeke menyematkan nama belakang yang tidak pernah disandang oleh Fin sejak lahir, Reya secara otomatis menutupi telinga anaknya. Persoalan ini masih belum usai, dan Zeke menambahkan dengan entengnya nama belakang pada Fin.

"Mas Zeke harusnya hari-hati dalam bertindak."

Zeke yang diberi pengertian demikian menaikkan pandangan pada Reya sepenuhnya. "Saya selalu hati-hati. Kamu dan Zephyr yang nggak hati-hati dalam bertindak. Dalam satu kali hubungan, kalian mendapatkan seorang putra. Itu namanya ceroboh."

Reya mengerutkan dahinya. Dia dan Zeke tidak berbicara ke arah yang sama. Pria yang memang tampak sangat dewasa itu membuat Reya menghela napas dengan sangat tak sopan. Padahal Reya tidak mau bersikap semacam ini.

"Ini bukan soal hati-hati yang itu. Saya hanya mengatakan bahwa menambahkan nama belakang Fin dengan sembarangan bukanlah hal yang bagus. Masih banyak hal yang harus diselesaikan, baru setelahnya kami bisa memutuskan apakah Fin—"

"Kamu terlalu rumit dalam memikirkan hal yang sebenarnya nggak perlu dilakukan sesuai dengan ketakutanmu sendiri, Reya. Istri saya juga pernah berpikir rumit, tapi pada akhirnya menikah dengan saya dan kami bahagia sekarang."

Reya masih berusaha menyangkal dengan menggelengkan kepalanya. "Mas Zeke nggak akan paham mengenai apa yang saya pikirkan saat ini."

"I know everything. Orang muda terkadang memang selalu mengandalkan bagian orangtua terlalu sok tahu. Nyatanya, kami yang lebih dulu menjalani hidup memang tahu. Itu sebabnya kami yang lebih tua lebih banyak bicara. Yang kamu khawatirkan saat ini adalah perasaan Zephyr. Kamu hanya nggak mau menikah dengan Zephyr karena dia ingin mengambil hak asuh Fin. Kamu merasa nggak akan dicintai oleh Zephyr begitu Fin masuk dalam keluarga kami. Padahal, membuat seorang untuk bisa mencintai tidaklah sulit. Yang sulit hanyalah membuat mereka bertahan. Ya, untuk kasus saya, saya nggak ada masalah untuk bersikap setia. Karena kesetiaan saya yang justru malah sempat menjadi masalah, akibat terlalu setia dengan mantan saya."

Mungkin Zeke melihat bagaimana Reya menatap dengan kebingungan dan agak jijik, makanya pria itu langsung meminta maaf karena terlalu banyak mengungkapkan informasi yang berlebihan. "Ah, maaf-maaf. Saya terlalu banyak mengatakan hal yang nggak penting dan nggak berkaitan dengan kamu. Tapi kamu perlu untuk merenungkan apa yang saya katakan. Berhenti untuk membuat skenario yang nggak sedang terjadi. Pikirkan banyak hal yang lebih positif dan nggak menekan kamu. Karena Fin bisa merasakan apa yang ibunya rasakan."

***

Zephyr menatap ke langit–langit ruangannya dengan perasaang kosong. Iya, kosong. Dia tidak bisa berharap apa-apa karena Zaland yang keras kepala tak mau membantu membujuk Reya untuk datang ke rumah sakit. Gwen juga kompak untuk tidak pergi kemana-mana dan mengatakan bahwa masalah ini harus diurus oleh Zeke, anak pertama yang jelas akan menjadi penerus utama dari keluarga Tatum karena papi mereka tidak bisa melakukannya.

Zephyr bisa berharap apa pada Zeke? Selama ini mereka tidak pernah memiliki hubungan yang terlalu dekat, Zephyr justru cenderung tak suka pada kakak pertamanya itu. Seperti yang Zaland katakan, harusnya Zephyr tidak perlu terlalu menaruh rasa kesal pada Zeke secara berlebihan, karena sekarang nyatanya memang hanya Zeke yang bisa membantunya sebagai anak pertama sekaligus pihak yang lebih kaya dan banyak kuasa ketimbang Zaland dan Zephyr sebagai anak kedua dan ketiga.

"Berhenti bengong. Muka lo udah babak belur, kalo ditambah bengong begini malah keliatan makin menyedihkan."

Zephyr tahu Zaland hanya berusaha untuk membuatnya tidak banyak melamun. Namun, Zephyr tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk melakukannya. Pikirannya terlalu banyak hingga tak tahu mana yang harus dipilah. Semuanya hampir tidak ada yang berjalan dengan baik. Sekarang, Zephyr bahkan tidak bisa bergerak sendiri ke rumah kakak Reya dan berusaha mendapatkan kesempatan dari Reya dan kakaknya itu.

"Eh, pura-pura tidur!" seru Zaland tiba-tiba.

"Apaan, sih, Zal?" balas Zephyr dengan gerakan bibir yang tak leluasa karena memang ada bengkak di sudut kanan.

"ZK udah mau sampai. He tells me kalo lo harus pura-pura tidur. Dia bawa Reya dan Fin kesini."

Mendengar hal itu, Zephyr tidak berusaha membantah Zaland sama sekali. Dia sudah kepalang senang karena Reya datang dan bahkan membawa Fin. Padahal membawa Reya kesini saja sudah membuat Zephyr senang, dan kini dia mendengar kakak pertamanya bisa membawa Fin. Gila juga kemampuan Zeke. Tidak heran, sih. Waktu itu Zephyr membawa Jessa dan bayi sang kakak pertama pergi, kini Zeke juga melakukan hal yang sama dalam kondisi yang berbeda.

"Mereka sampai. Have a great day, Brother. Good luck!"

Zephyr dengan cepat menutup matanya dan membiarkan suasana yang aneh menyergapnya. Aneh, karena memang dia hanya bisa merasakan suasana di ruang perawatannya dengan indera pendengarannya saja. Rasanya sangat aneh karena tidak bisa melihat semuanya sendiri. Dia hanya bisa dengan samar mendengar pintu terbuka dan orang-orang yang ada di sana bicara dengan pelan, mendukung akting Zephyr untuk tidak bersikap baik-baik saja.

"Biar Fin sama Mommy," ucap Gwen yang Zephyr tangkap.

"Tapi Tante—"

"Saya bukan orang yang akan menculik cucu saya sendiri. Berhenti untuk mencurigai kami sebagai orang jahat, Reya. Meskipun saya masih kecewa dengan tindakan kakak kamu, tapi saya nggak akan meluapkannya pada kamu dan cucu saya sendiri. Kamu bisa jenguk Zephyr dan biarkan Fin bersama saya."

"Tapi nanti kalo Fin nangis—"

"Saya akan kasih ke kamu. Don't worry, saya yakin dia tahu kami keluarganya."

Setelah itu tidak ada yang terdengar lagi. Sepertinya Reya masih berdiri di tempatnya karena tidak ada langkah kaki yang terdengar mendekat. Berselang beberapa waktu, akhirnya Zephyr bisa mendengar dan merasakan hawa tubuh Reya. Perempuan itu terisak, Zephyr menebak bahwa Reya menahan suara tangisnya sendiri.

Sungguh Zephyr mengutuk Raka karena membuat penampilannya tidak lagi menawan karena babak belur begini. Dia jadi dikasihani oleh Reya, meski dengan begini perempuan itu juga mau untuk datang. Entah karena rasa kasihan atau karena cintanya yang lebih kuat untuk menjenguk Zephyr.

"Maafin aku, Zep. Maafin aku yang nggak bisa membuat hidup kamu lebih baik dari ini."

Bukan kamu yang harusnya minta maaf, Rey.

"Aku selalu membawa masalah ke dalam hidup kamu, Zep. Sejak awal aku melihat kamu di kampus, kamu yang sangat ramah, itu bikin aku iri sama Taya. Aku tahu aku nggak secantik Taya, aku hanya sahabatnya yang kamu gunakan untuk menggali informasi mengenai Taya. Tapi aku diam-diam punya doa yang nggak baik untuk kalian berdua. Maafin aku, Zep."

Zephyr tidak tahu bahwa Reya memiliki atensi berlebih padanya. Sebab saat itu Zephyr memang terlalu fokus pada Taya. Bahkan dia tidak peduli dengan nilainya sendiri selama studi pascasarjana-nya. Dia hanya fokus ingin mendekati Taya seperti remaja kosong. Ya, memang kenyataannya dia termasuk lelaki yang tidak memiliki pengalaman akan cinta. Jadi begitulah. Dia bodoh sekali untuk peduli pada Reya yang rupanya menganggap keramah tamahan Zephyr bisa menjadi kualifikasi rasa suka, bahkan cinta.

"Kalo kamu bisa bertahan, aku ... aku mau berjuang bersama kamu, Zep. Aku mungkin akan banyak kecewa, karena kamu nggak bisa mencintai aku. Tapi aku akan lebih menyesal kalo kamu nggak ada di dunia ini."

Zephyr mulai merasakan hal yang tidak nyaman dengan kalimat Reya tersebut. Apa, nih? Kenapa dia ngomong begini?

"Zephyr, setelah kakak kamu bicara tadi ... aku jadi memikirkan ulang. Mungkin aku memang harus berusaha untuk membuat kamu jatuh cinta ke aku. Lebih baik begitu, kan? Ketimbang aku lihat kamu yang nggak mau bangun begini. Zephyr ... Fin butuh kamu. Dia harus tahu bahwa kamu bukan ayah yang nggak mau tanggung jawab. Aku aja yang nggak bisa bersikap lebih logis dan nggak mau susah untuk berusaha mendapatkan jawaban kamu saat tahu aku hamil. Tapi itu semua nggak akan bisa kalo kamu nggak mau bangun, Zep. Jangan menyerah, bangun sekarang, dan kita berusaha untuk memperbaiki kesalahan ini. Aku nggak mau kehilangan kamu, Zephyr. Jangan pergi—"

"Lama-lama aku dengerin kamu, aku malah takut sendiri, Rey."

Wajah Reya tampak terkejut. "Zephyr???"

"Ya. Ini aku. Kamu udah bilang mau berusaha sama aku, jangan jilat ludah sendiri. Setelah ini, aku nggak mau ada drama lainnya dari kamu. Ayo, kita beneran usaha sama-sama. Kamu bersedia udah cukup, jadi masalahku tinggal kakak kamu aja."

Benarkah? Benarkah masalah Zephyr akan semudah itu setelah ini? 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top