10. Family Date

[Hihihi. Ada yang nungguin cerita ini update? Yang udah kepo tingkat dewa, boleh banget langsung beli harga paketannya di Karyakarsa. Udah bisa baca lengkap, gak beli satu-satu lagi.😍]

Menjadi keluarga kecil bukanlah hal yang sepenuhnya menyenangkan. Ya, karena dilakukan disaat mereka tak memiliki ikatan apa-apa sebagai keluarga. Apanya yang disebut keluarga bahagia? Karena status yang dipunya saja tak ada dalam kartu keluarga. Masing-masing sudah beda wali keluarga. Reya dengan kartu keluarga dari mendiang orangtuanya, Zephyr masih bersama keluarga Tatumnya, dan Fin ... dia sudah masuk menjadi anggota keluarga Raka dan Kinanti. 

"Satu, dua, tiga!"

Reya mengamati bagaimana seorang Zephyr bisa memperlihatkan dirinya yang lain. Diri pria itu yang biasanya terkesan datar-datar saja kini berganti menjadi pria yang sangat ekspresif. Tidak ada yang salah dengan perubahan itu, hanya ekspektasi Reya saja yang tidak seharusnya pada tempatnya. Sebab jika Zephyr nantinya mengetahui segalanya, Fin tidak akan begitu saja bisa bersama mereka. Kinanti sudah memberikan peringatan, dan Reya tidak ingin mematahkan keinginan Kinanti itu. Jika bisa, rahasia mengenai darah Fin selamanya tak perlu diungkap agar tidak ada keributan yang bahkan tidak dimengerti oleh Fin. 

"Hahaha. Agi!"

Mendengar Fin yang bisa mengatakan banyak hal juga membuat Reya bangga. Rupanya stimulasi semacam ini, jalan-jalan dan aktivitas banyak, mampu membuat Fin mau lebih sering bicara dan menambahkan kosa kata baru untuk keluar dari bibir anak itu. Mungkin Reya harus memberikan saran pada Kinanti agar nantinya sang kakak mau untuk meluangkan waktu berlibur untuk mengajak Fin bermain dengan aktivitas antara ayah dan anak. 

"Lagi? Gendong lagi? Apa terbangnya yang lagi?" ucap Zephyr sembari memeluk punggung Fin yang berdiri sejajar dengan dengkul pria itu. 

Zephyr yang menunduk karena jauhnya tinggi badan mereka membuat Reya tersenyum. Dia tidak sadar sudah melakukan hal gila dengan tersenyum lepas meski harusnya dia sekarang cemas akan ada banyak hal yang Zephyr ketahui. 

"Yebang!"

"Wih. Fin sukanya terbang? Punggung Om nanti rontok, dong."

Fin menggeleng-gelengkan kepala, menolak untuk memahami apa itu makna punggung rontok seperti yang Zephyr sebutkan. 

Melihat Zephyr yang tampaknya tidak bisa melanjutkan kegiatannya menggendong Fin. Maka Reya bergerak untuk membujuk anak itu untuk berhenti. 

"Fin, minum susu dulu!" 

Untungnya memang Kinanti membawakan susu formula yang biasanya diberikan saat Reya tidak di rumah. Disaat seperti ini, Reya berharap bahwa Fin tidak akan membuat ulah ketika diberikan susu formula. 

Zephyr memberikan Fin kepada Reya, dan perempuan itu siap untuk mengangsurkan botol susu kepada Fin. 

"Sini, minum dulu." 

"Aa au." 

Reya menarik napasnya lebih dulu sebelum bertanya, "Kenapa nggak mau?" 

"Ncucu Umbu." 

Fin tidak peduli dengan ekspresi Reya yang menegang tatkala Fin menunjuk buah dada Reya dan meminta diberikan susu yang biasanya anak itu pilih ketimbang susu formula. Meski memang ASI Reya tidak sebanyak ketika baru saja melahirkan Fin, tapi payudaranya akan mengeluarkan ASI ketika Fin menyedotnya. Itulah kenapa Reya melarang Zephyr mengacaukan buah dadanya, apa pun alasannya. 

"Fin, nggak boleh." 

Reya berusaha untuk memelankan suaranya agar tidak didengar orang lain yang ada di taman kota tersebut. 

Seperti kebanyakan anak kecil yang selalu menggunakan tangisan untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkan, maka yang dilakukan Fin sekarang juga seperti itu. Tangisannya mulai menarik perhatian banyak orang, termasuk Zephyr. 

"Kenapa? Apa yang dia mau dan nggak kamu kasih izin?" tanya Zephyr. 

Helaan napas Reya menjadi penanda rasa berat yang sangat kentara. Perempuan itu tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Sebab memang ini adalah kegiatan yang biasanya dilakukan di rumah saja. 

"Nggak bisa aku kasih tahu di sini. Intinya Fin nggak mau minum susu dengan cara begini." 

"Terus dengan cara apa?" 

Kacau sekali. Reya kebingungan untuk mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Zephyr. Sebagai seorang perempuan yang tidak ingin status Fin yang sebenarnya diketahui, maka Reya harus mencari cara terbaik. 

"Fin terbiasa minum susu sambil rebahan, dan dia biasa memilin punya mamanya di rumah." 

Zephyr membuat respon dengan menyipitkan matanya. Pria itu kesulitan untuk memahami. 

"Punya mamanya? Apa itu?" 

Reya berpura-pura memutar bola mata karena malas, padahal aslinya dia sedang merasakan denyut jantungnya bertalu cemas. 

Reya akhirnya mengarahkan tangannya kepada dada Zephyr, mengusap bagian yang terdapat puting datar pria itu secara samar menggunakan ibu jarinya. Ketika Zephyr merasakan geli, barulah pria itu memundurkan diri dan kelopak matanya secara lebar terbuka. Akhirnya mendapatkan pencerahan. 

"Is he doing that while drinking his milk?" tanya Zephyr lagi. 

"Hm. Kalo nggak begitu, nggak usap-usap, tantrum nya kumat." 

"Kalo bukan punya mamanya, dia nggak marah?" 

"Punya siapa pun, yang punya buah dada. Itu sebabnya mbak Kinan nggak mau sering-sering ajak keluar. Kalo udah begini, susah sendiri." 

Come on, Reya. Teruslah berbohong. 

Zephyr yang sudah memahami apa yang terjadi memberikan ide untuk bisa membuat Fin diam. 

"Kita ke mobil. Kursi belakang akan aku lipat, kalian bisa rebahan di sana sambil ... ya doing his habit." 

"Kalo ada yang liat gimana, Zep?" 

"Kaca aku nggak transparan. Tenang aja. Orang dari luar nggak akan keliatan." 

Untuk menyudahi drama Fin ini, Reya mengangguk setuju dan segera beranjak menuju mobil. Zephyr dibiarkan untuk membereskan kebutuhan Fin dan sisa makan mereka sendiri. Biar saja Zephyr bersikap sebagai pria siaga, hitung-hitung menggantikan secuil absennya pria itu mengurus Fin dulu. 

[Yg mau baca AU VERSION silakan follow akun Instagram freelancerauthor yaps. Baca AU VERSION gratis di sana.]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top