Bad - 2
Yuhuuu update❤️
Yokkk komen yokkk❤️🔥❤️🔥❤️🔥
•
•
Warna lipstik merah darah yang dipakai Kosa berpindah sampai bibir Baptiste. Berantakan dan tidak menentu setelah ciuman penuh gelora mereka di dalam mobil.
Awalnya Baptiste cuma ingin mengantar pulang, tapi berakhir tergoda dalam ciuman yang tiada akhir. Baptiste menyentuh kedua sisi pinggang ramping Kosa yang terduduk di atas pangkuannya, berusaha menahan perempuan itu agar tidak berbuat lebih. Sebab, Baptiste tidak pernah aneh-aneh di dalam mobil. Lain cerita sepupunya yang lain.
Kosa menarik diri, menatap Baptiste yang tengah mengatur napasnya setelah oksigen terasa menipis. Jari-jari lentik Kosa meluncur pada bagian dada Baptiste. Bergerak menciptakan gerakan memutar guna menggoda Baptiste. Namun, Baptiste menahan dan menggenggam tangan Kosa.
"Stop. Kita pulang sekarang," ajak Baptiste.
"Kenapa? Nggak mau bersenang-senang dulu?" Kosa menatap Baptiste dengan nakal. Mengerlingkan mata genitnya berulang kali diselipi chef's kiss.
"Bersenang-senang versi saya bukan bercinta di mobil. Sesak."
"Apa senang-senang versi kamu?"
"Turun dulu, kalau ada waktu saya kasih tahu."
Kosa menyunggingkan senyum. Baru sekali ini dia menemukan laki-laki seperti Baptiste. Padahal bagian bawah laki-laki itu sudah tegang, tapi menolaknya untuk berbuat lebih jauh. Jika laki-lakinya yang lain seperti mantan-mantannya, maka mereka tidak akan berhenti sampai puas.
Sebelum Kosa hendak duduk, Baptiste telah lebih dulu mengangkat dan memindahkan Kosa ke posisi semula. Kosa terkejut Baptiste sekuat tenaganya saat mereka bercinta. Kosa segera mengenakan safety belt. Baptiste mulai melajukan mobil setelah memastikan Kosa duduk tenang.
Baru beberapa menit suasana mobil sangat sunyi. Tidak ada musik atau radio yang mengisi. Kosa melirik Baptiste yang menyukai ketenangan.
"Kamu nggak suka dengar lagu, ya?" mulai Kosa.
"Nggak suka."
"Aku nggak boleh setel lagu, dong?"
Baptiste diam cukup lama. Menimbang-nimbang pertanyaan Kosa. Kepalanya dianggukan sebagai jawaban disertai gumaman pelan. "Boleh."
"Aku sambungkan dulu sama bluetooth ponselku, ya. Boleh, kan?" Pertanyaan Kosa segera dijawab dengan anggukan singkat Baptiste.
Kosa menyambungkan bluetooth ponselnya pada perangkat di mobil Baptiste. Setelah tersambung, dia menyetel lagu It Must Have Been Love yang dinyanyikan Roxette. Lagu favoritnya sepanjang masa.
"Kamu pernah dengar lagu-lagunya Roxette nggak?"
Baptiste menanggapi, "Lebih sering dengar lagu ini. Kamu umur berapa tahu lagu ini?"
Senyum di wajah Kosa terus terbit. Jari telunjuknya menusuk pipi Baptiste berulang kali. "Kamu mau tahu umurku, ya?"
"Iya."
"Tiga puluh tahun. How about you?"
"38 tahun."
"Wow. Lebih tua dari aku." Masih jahil dengan memainkan jari telunjuknya pada pipi Baptiste, dia menambahkan, "Perlu aku panggil Mas? Bang? Om? Atau––"
"Cukup Baptiste," potong Baptiste.
"Oke, Baptiste." Menarik jarinya yang dibiarkan begitu saja, Kosa masih tetap memperhatikan Baptiste. "Kamu ganteng banget. Ada campuran bule, ya? Mata kamu sebiru lautan."
Kosa tidak bercanda saat dia bilang Baptiste tampan. Struktur wajah Baptiste tergolong sempurna. Hidung mancung, iris biru, bibir sensual, alis tebal, dan lesung pipi yang terlihat saat tersenyum. Bagai kreasi terbaik saat diciptakan sang pencipta. Itu pun belum termasuk tinggi menjulang yang diperkirakan mencapai 185cm dan tubuh proposional.
"Mama saya asli Amerika. Papa saya juga ada campuran sana."
"Same with me. Mamaku bule cantik kebangetan. Tapi bedanya papaku asli sini nggak ada campuran apa pun."
Baptiste melirik sekilas pada Kosa. Sudah dia duga. Iris biru kehijauan yang menonjol itu dengan wajah bule yang kental, sudah pasti keturunan campuran. Beberapa sepupu Baptiste juga campuran, tapi menurutnya kecantikan Kosa sudah di luar takaran cantik saja. Hidung mancung, struktur wajah yang tegas dan bibir sensual yang menggoda saat bicara atau tidak. Tinggi Kosa pasti 170cm lebih. Belum lagi tubuh seksi yang kelihatannya sering dijaga untuk tetap ideal.
"Ah, bahas keluarga. Aku jadi pengin berkeluarga sama kamu, deh. Aku suka kamu," ucap Kosa.
Baptiste terkaget-kaget mendengarnya. "Apa? Kamu minum wine, ya, tadi?"
"Nggak." Kosa memiringkan tubuhnya sedikit menghadap Baptiste. Sambil menatap laki-laki itu, dia tersenyum. "I like you. Kenapa kita nggak coba jalin hubungan? Atau, kamu masih butuh pencocokan di ranjang?"
Bagi Kosa, bersikap blak-blakan sebuah keharusan. Jika dia ingin memiliki seseorang, maka dia harus mengutarakan secara gamblang. Tidak ada malu-malu. Akan tetapi, bagi Baptiste kalimat ajakan Kosa terlalu impulsif.
"Tunggu, tunggu." Menunda kalimatnya sebentar saat lampu lalu lintas berwarna merah. Baptiste melirik begitu sudah menginjak rem, lantas melihat pada Kosa. "Kamu nggak kenal saya. Kenapa semudah itu ngajak orang asing yang baru kamu temui dua kali untuk berkencan?"
"Soalnya aku tertarik sama kamu. Kalau aku tertarik, aku segamblang ini."
"Persepsi kita berbeda soal ini. Buat saya, semisal kamu tertarik, kenali dulu orangnya lebih dalam. Perasaan bisa berubah. Mungkin aja kamu ilfil setelah mengenal saya lebih jauh. Nggak ada yang bisa prediksi," kata Baptiste.
Kosa cukup terkejut dengan balasan Baptiste. Biasanya kalau dia sudah blak-blakan tidak ada yang menolak dan setuju berkencan. Namun, Baptiste berbeda. Baptiste begitu tegas menyuarakan tidak mau buru-buru secara tersirat. Kosa menjadi semakin tertarik.
"Berarti kamu mau mengenal aku lebih jauh?"
"Why not? Selama bukan asal jadian."
Kosa mencubit pipi Baptiste. Laki-laki itu tidak protes. "Okay, Pretty Boy."
"Saya juga mau minta tolong."
Kosa menaikkan satu alisnya. "Tolong apa?"
"Jangan bawa-bawa ranjang. Kalau saya tertarik sama kamu, itu bukan karena pencocokan di ranjang. Kita memang ketemu lewat hal semacam itu, tapi bukan berarti saya cuma pengin mesumnya doang. Ada hal lain yang jadi pertimbangan. Jadi, berhenti bawa-bawa masalah itu. Dan kurangi godain saya."
Kosa terperanjat mendengarnya. Really? Ada laki-laki seperti Baptiste di belahan dunia ini? Kosa dibuat terkesima. Ternyata slogan too good to be true ada juga di dunia nyata. Baptiste contohnya.
"I got it, Pretty Boy."
Bersandar pada pundak Baptiste, Kosa tidak bisa berhenti tersenyum. Nyaman. Kosa tidak pernah melakukan hal-hal umum dan hanya berdiam di dalam mobil seperti ini sambil mendengarkan lagu. Kosa pasti memuaskan laki-laki yang bersamanya di dalam mobil dengan tangan atau mulut.
Baptiste menginjak gas setelah lampu lalu lintas berganti hijau. Dia membiarkan Kosa bersandar padanya. Baptiste merasa nyaman. Bisa dikatakan satu-satunya yang membuat dia nyaman hanyalah Kosa.
🩷❤️🩷❤️
Esok akan menjadi jalan-jalan pertama Kosa bersama Baptiste. Dia mengajak sepupunya, Duda Aditama, berkeliling mal untuk membeli pakaian baru. Kosa tidak membawa apa-apa selain dirinya, dompet, dan ponsel. Kosa perlu membeli pakaian banyak mengingat masih ada kegiatan lain yang diadakan keluarga Aditama setelah kakeknya meninggal.
"Dud, menurut lo bagus mana?"
Kosa keluar dari ruang ganti mengenakan tank top dan rok mini di atas lutut berwarna pink. Memutar tubuhnya, dia memamerkan pada Duda yang tengah duduk.
"Kata lo si Baptis-Baptis ini minta lo kurangi godain dia. Tapi dandanan lo lebih masuk buat godain, tuh, laki sampai lemas. Roknya ketinggian. Nggak sadar tinggi lo 172cm, ya?" komentar Duda sambil mengunyah permen karet.
"Tapi gue suka. Gimana, dong?"
Duda memutar bola matanya malas. "Hadeh ... coba yang gue pilihin tadi. Lebih tertutup."
"Oke, tunggu bentar."
Kosa masuk ke dalam untuk mengganti pakaian yang dia kenakan dan mencoba kemeja dipadu celana jeans yang dipilihkan Duda. Usai mengenakan pakaiannya dengan lengkap, Kosa kembali keluar dan memamerkan seperti sebelumnya.
"Gimana?" tanya Kosa.
Duda mengamati sepupunya dari ujung rambut sampai kaki. Dia mengusap dagunya sebentar sebelum berkomentar. "Nggak ada yang salah, sih, tapi kenapa kelihatan seksi juga, ya? Aura lo gawat, nih. Kemeja udah ketutup dan kancingnya nggak ada yang dibuka, tapi masih kelihatan sensual banget dipakai lo. Duh, sex appeal lo ketinggian."
Kosa tertawa terbahak-bahak. Duda kembali menambahkan, "Tapi better ini, sih. Kelihatan anak kantoran perusahaan start up."
"Oke, gue ambil ini."
Kosa bergegas masuk ke dalam ruang ganti untuk melepas dan memakai kembali pakaian utamanya. Dia mengambil beberapa potong pakaian yang sudah dipilih baik-baik dari dua puluh menit lalu.
"Btw, Kos. Nama lengkap Baptis siapa?" tanya Duda meninggikan suara dari luar.
Kosa berpikir cukup lama sambil mengancingkan kemeja yang dia pakai. "Apa, ya? Nggak tahu. Kenapa?"
"Mau gue cari tahu. Bisa aja kelihatan busuknya dari pencarian Mbah Google."
Kosa tergelak. "Haha ... nggak. He's a good man. Gue jamin."
"Nggak yakin, ah. Jangan sampai lo ketemu laki-laki macam semua mantan lo. Ingat, ya, cari yang baik dan bisa menghargai lo," nasihat Duda.
"Harusnya itu diucapin buat lo aja nggak, sih?" ledek Kosa.
"Sialan! Gue serius, nih."
"Iya, iya."
Sambil berkaca, Kosa memikirkan kata-kata Duda. Benar juga, dia perlu menemukan laki-laki baik setelah setiap kali lebih banyak bertemu laki-laki berengsek yang menjadikannya boneka seks mereka bahkan setelah dia berhenti dari dunia panas. Kosa kesulitan menemukan yang baik. Rata-rata hanya ingin mencicip tubuhnya atau dipuaskan seperti yang dia lakukan pada laki-laki dalam video porno. Ah, sungguh. Terlalu sulit untuk dicari sosok baik itu.
"Omong-omong, bapak lo ngamuk tahu kemarin pas lo balik habis dari rumah duka," beber Duda.
Kosa tersentak. Dia tersadar dari lamunannya. "Oh, ya?"
"He-em. Marah banget, deh. Bapak lo ngomelin Oma. Katanya kenapa undang lo balik ke sini. Gue aja sampai pusing dengar bapak lo. Akhirnya Om Ares nenangin. Capek banget dengarnya," cerita Duda.
Kosa sudah tidak heran. Ayahnya pasti akan mengamuk melihatnya pulang. "Biarin aja. Dia memang begitu."
"Eh, iya, gue ajak Kak Taro ke sini. Lo udah tahu, kan, ya, dia nikah sama bocil?" Duda mulai bergosip membicarakan sepupunya yang lain.
"Yup. Mila namanya, kan? Gue ketemu sama kakaknya Mila waktu nonton Avona's Heart." Kosa baru saja selesai mengenakan pakaian dan keluar dari ruang ganti. "Tapi, ya, gue nggak begitu akrab sama Kak Taro. Lebih akrab sama Kak Lioness, sih, soalnya dia suka jalan-jalan ke New York."
"Nanti akrabkan diri lo. Gue sama Alias bikin welcoming party menyambut kepulangan lo. Nanti malam bawa Baptis sekalian. Pengin lihat gue wujudnya kayak apa."
Kosa mengernyit. "Eh, eh, lo beneran? Bercanda, kan?"
"Beneran. Sepupu yang lain, kan, nggak begitu akrab sama lo. Mau gimana pun, kita keluarga terlepas dari binalnya lo," ledek Duda diikuti juluran lidah.
Kedua sudut bibir Kosa tertarik sempurna menciptakan senyum lebar. Tanpa permisi, Kosa memeluk Duda yang tengah duduk. She's so happy right now. Tidak heran Duda dan Alias selalu menjadi sepupu favoritnya. They just too adorable.
Setelah ini Kosa akan mengundang Baptiste untuk datang. Tidak perlu menunggu sampai esok kencan mereka, dia bisa bertemu dengan Baptiste.
"I love you, Dudantik!" seru Kosa.
"Nggak love you. Maaf, cintanya buat yang lain," canda Duda.
Kosa tertawa kecil. Duda pun ikut tertawa. Mereka terus berpelukan melepas rindu sambil cekikikan tanpa alasan. Tidak peduli dikira stres, mereka hanya menjadi diri mereka.
🩷❤️🩷❤️
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗❤️
Follow IG & Tiktok: anothermissjo
Sebenernya pengen share di Karya Karsa versi rated19 tapi gak jadi🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top