6th: KERJA KELOMPOK
Typo is Art, enjoy reading guys~ 🤍
.
"Kak, cepet habisin makannya. Ada temen diluar." Ujar Sena seraya menghampiri sang kakak di meja makan. Sean mengerutkan kening heran, "Siapa? Arka?" tanyanya dan langsung membuat Sena memasang ekspresi yang sulit dijelaskan.
"Cie ingetnya sama kak Arka." Sang adik menggoda dan sebuah sendok pun melayang ke dahinya. "Bukan, namanya Zen kalo gak salah." sambung Sena cepat seraya duduk disamping kakaknya. Dia tidak mau merasakan sendok kedua di dahinya.
Oh Sean baru ingat jika hari ini dia dan teman sekelasnya itu janjian untuk mengerjakan tugas kelompok –atau lebih cocok disebut tugas dua orang.
Sena memperhatikan kakaknya yang makan dengan kalem, "Suruh masuk gak?" tanya si adik lagi. Sean menghela napas, susah juga punya adik cerewet macam Sena. Untung cuma satu, kalau dua mungkin akan dijadikan babu pribadi oleh Sean saking gemasnya.
"Suruh pulang aja, abis itu kamu ku cubit." Dan terjadilah adu mulut kecil antara dua anak tersebut.
Rasanya seperti kalau mereka tidak adu mulut barang sehari, pertanda bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja.
"Kak Sean akhir-akhir ini sensi banget, kek cewek pms." Cibir Sena kemudian langsung ngacir keluar menghampiri Zen yang menunggu disuruh masuk sedari tadi. Jika lama-lama di sana dia takut Sean khilaf menjambak rambutnya.
Perempuan muda itu lalu tersenyum seraya mempersilakan teman kakaknya untuk masuk, "Masuk aja kak Zen. Tapi kak Seannya lagi pms, maklum ya." Ujarnya membuka peluang untuk menggibah Sean lebih dalam.
Seperti ada bohlam yang tiba-tiba menyala di atas kepalanya, Zen buru-buru menyahut, "Ah Sean mah tiap hari pms Sen. Lu gatau aja gue ini korbannya penindasannya tiap hari." Keluh Zen pada Sena.
"Iya, mana telinganya sensitif banget lagi. Aku nyibir dilantai atas aja dia langsung bisa denger padahal ada dilantai bawah."
"Kuping Sean jelmaan kuping gajah." Zen dan Sena manggut-manggut seolah mereka akhirnya menemukan teman seperjuangan dan sepenindasan dibawah rezim Sean Ananda Brown.
"Mau masuk apa mau jelekin gue?"
Tuhkan.
Sena dan Zen langsung berdiri tegak sambil cengar cengir. Untung saja Sean tidak nekat mencubit pipi kedua remaja itu. "Buruan masuk." Ucap Sean dengan ketus lalu berjalan lebih dahulu.
"Iya Se, sabar dong. Kangen banget ya sama gue?" Zen sempat-sempatnya mengundang emosi Sean. Namun kali ini agak berbeda, reaksi cowok manis berekspresi datar itu terlihat biasa saja.
Entah dia tidak fokus atau memang sedang memikirkan sesuatu, yang jelas memikirkan hal yang lebih penting daripada sekedar mengamuk tentang bacotan Zen.
Sean duduk dilantai setelah mengambil buku dan alat tulisnya.
Duduk dengan kalem sambil membuka tugas yang akan dia kerjakan dengan Zen.
"Gue berasa lagi duduk sama keluarga keraton dari mana begitu Se." Celutuk Zen. Dimatanya, Sean memang terlihat anggun dan elegan, terlihat seperti pelayan dan pembantu?
"Bacot."
"Ya maap."
Tak mau ambil pusing dengan derajat sang kakak dan temannya, Sena memilih duduk di sofa sambil menonton youtube dan makan camilan.
"Se," panggil Zen.
"Hm."
"Akhir-akhir ini kelas agak damai ya?"
Sean mengerutkan alis, sepertinya dia mulai bisa menebak ke arah mana pembicaraan sang teman.
"Kalo maksud lu adalah Arka, mending lu diam atau gue colok pake pulpen."
Untung Zen belum sempat membuka mulutnya. Bisa-bisa Sean serius mengajaknya baku hantam disini.
"Kak Sean juga akhir-akhir ini jadi makin sensitif kak Zen, kayak abis putus cinta gitu." Datang lagi satu pasukan berani mati yang mengundang emosi Sean.
Yang menjadi objek pembicaraan langsung mendengkus sebal, "Diam kalian berdua. Pacaran aja sana, biar gue yang kelarin ini tugas."
"Lah? Mau nih jadi kakak ipar gue?" balas Zen dan Sena langsung tersedak coca-cola. Kakaknya kalau bicara memang suka sembarangan. Dan Zen juga tak kalah sembarangannya.
Sean diam sejenak, "Gamau sih," Dia bergumam pelan sambil melanjutkan pengerjaan tugasnya.
"Oh jadi lu cuma mempermainkan perasaan gue ya Se?" sambung Zen dan kali ini langsung disambar oleh tangan Sean tepat menuju kepalanya. Bunyi Plakk terdengar cukup nyaring. "Anjir Sean! Bisa meletus ubun-ubun gue!"
"Kakak juga gak serius kan mau jadi pacar aku?" Sena ikut bergabung dalam percakapan absurd ini.
"Gak lah, mana mungkin gue mau punya ipar kayak Sean."
"Oh jadi kak Zen juga mempermainkan perasaanku."
"Ah, aku tidak bermaksud begitu, Ani."
Ani siapa?!
Cukup, Sean capek.
Daripada ikut drama absurd Zen dan Sena, Sean lebih memilih berdiri dan pergi ke dapur untuk mencari minuman dingin. Sekaleng Fanta bukan hal yang buruk.
Bukan, dia tidak teringat Arka kok. Humh, tenang saja.
"Sean? Sena mana?" suara wanita paruh baya membuat Sean menoleh. Cowok datar itu menemukan sang bunda yang berdiri tak jauh darinya dengan sebuah kotak bingkisan.
"Sena lagi ngobrol sama Zen, Bunda. Kenapa?" jawabnya dengan cukup sopan.
Yah, segalak-galaknya Sean dia tetap manut pada bunda.
"Bunda mau nyuruh Sena ke rumah Tante Hera. Bisa kamu panggilin gak?"
Sean terlihat diam sejenak. Seolah dia memikirkan sesuatu, memikirkan Sena? Ah mana mungkin. Bahkan ibunya keheranan, biasanya anak ini memiliki reaksi yang cukup cepat.
Beberapa detik tak bergeming, akhirnya Sean membuka suara. "Bunda, biar Sean aja yang anterin. Sena lagi kenalan sama Zen." Dia bergumam sambil menyambar bingkisan ditangan bundanya dan segera berjalan menjauh.
"Tumben? Itukan rumah Arka."
Bunda makin heran.
"Apatuh Se? Duh jadi malu gue kalau dijamu begini." Tegur Zen yang melihat Sean membawa bingkisan.
"Lu minum air keran aja sana. Gue mau pergi."
"Lah? Tugas gimana?!"
"Gatau."
"OY!"
"Mau gue usir?"
"Gak Se, maap. Gue lagi ngewibu kok, oy oy oy oooyy~"
"Kalian stres ya." – Sena.
***
Sean sengaja pergi ke rumah Arka—maksudnya ke rumah Tante Hera jalan kaki, dengan alasan biar sehat. Entah ada maksud lain dibaliknya atau tidak, yang jelas Sean tidak mungkin mengaku dengan mudah!
Cowok berkulit putih tersebut sesekali berhenti di jalan. Capek woi.
Tapi pada akhirnya dia sampai di dekat rumah Arka. Namun yang dilihat Sean adalah pemandangan yang membuatnya mengerutkan alis. Dia bersembunyi di dekat pagar tanaman milik tetangga Arka dan memperhatikan sang ketua osis itu keluar dari pagar rumahnya dan menghampiri seorang perempuan.
Dari cara berpakaiannya, Sean tidak akan menyangkal jika ada yang mengatakan bahwa mereka akan berkencan. Arka terlihat tampan dan si wanita terlihat cantik serta trendi.
Sebelum Sean dicurigai maling oleh tetangga Arka, dia segera sadar dengan tindakan konyol yang hampir merusak imejnya ini. Sean Ananda Brown namanya, melenggang angkuh menuju Arka dan gadisnya.
"Arka," panggilnya dengan suara datar.
Sedangkan yang dipanggil langsung menoleh, tidak ada adegan dramatis seperti pura-pura budek, bahkan alam bawah sadar Arka pun takut ditampol Sean.
Melihat sosok tak asing ini, Arka langsung kaget.
Gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba Sean ada depan rumahnya kan agak patut dicurigai.
Mungkin itu alien yang sedang menyamar dan siap untuk menguasai bumi.
"Sean?" Arka malah bertanya, bukannya menyahut. Dan refleks saja mendapat tendangan kecil oleh Sean pada kakinya.
"Mau kemana? Kita kan ada tugas kelompok." Ujar Sean dengan suara yang datar.
"Hah?"
Arka terlihat mengedipkan mata berulang kali.
"Arka, dia siapa? Kamu bilang hari ini free?" si cewek terlihat protes sambil memegangi lengan Arka dengan erat.
Disisi lain, Sean mencengkram ujung baju Arka dengan tak kalah erat pula.
"Iya hari ini gue free kok..." sahut Arka pada gadisnya namun sambil melirik ke wajah Sean yang entah kenapa terlihat semakin galak.
Sean mendecih sebal. "Arka aja yang pikun. Dia ada janji sama gue duluan, pergi lo," ujarnya menatap si gadis.
"Tapi kami udah bikin janji beberapa hari yang lalu." Terlihat juga gadisnya Arka ini ngotot.
Tak mau masalah lebih panjang, Arka akhirnya membuka suara lagi, "Janji yang mana Se? Kita gak seangkatan lagian... Apa tugas osis?" Arka menggaruk pipinya heran.
Namun pertanyaan Arka hanya dihadiahi lirikan tajam oleh Sean. Ups, sepertinya Arka salah bicara.
"Pokoknya gue ada janji sama Arka." Dia menarik kasar lengan Arka. "Jadi lu pulang aja." Lanjutnya lagi menatap sinis gadis tadi.
"Tapi Arka ka—"
"Pergi sekarangatau gue staples mulut lo?"
.
TBC
.
YAHOOO AKHIRNYA ARKA-SEAN KU KAMBEK SETELAH BANYAK YANG NANYAIN WKWKWK
Makasih buat yg masih inget sama cerita ini yaa, kalo ada yang gak inget, boleh lah baca ulang, aku juga baca ulang lagi ueueueue.. Agak susah nyesuain sama penulisan Hello Bitches :") Tapi gapapa, aku bakal mulai lanjutin ini lagi setelah vakum 3 tahun 〒▽〒
Singkat cerita, tolong cintai Bad Romance juga ya, meski aku masih abal2 dalam dunia tulisan ala2 lokal gini :")
See you next chapter, Luv muchh~
Minggu [22:20]
Kalsel, 25 Juli 2021
Love,
B A B Y O N E
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top