2. Cowok Ngeselin
Sebetulnya Amanda Lanika tidak ingin punya saudari tiri, apalagi modelannya seperti Arabelle, yang sudah songong, tidak tahu tata krama pula. Amanda kadang gemas dan kalau punya sihir, ingin sekali melempar Arabelle ke tempat terjauh dari bumi.
"Mukanya kenapa ditekuk nih?" tegur Vita sembari menurunkan cermin dan mendecap-decapkan bibir.
"Bete. Si Malin Kundang berulah lagi," adu Amanda seraya mengempaskan pantat ke kursi sampai menciptakan derit cukup keras.
"Wah, enggak bisa dibiarin dong. Tuh anak taun lalu udah dikasih pelajaran masih belum kapok juga." Dara menutup buku yang baru selesai ia namai dan dibubuhi tanggal. Kebiasaan. Lalu menoleh serius pada teman barunya.
"Iya. Aku sampe heran. Itu anak kepalanya isinya otak apa angin. Udah gitu, hatinya kayanya udah ilang," keluh Amanda masih menahan kesal atas kejadian kemarin.
"Dia gak punya hatilah. Kalo punya, ya se-SMA pasti gak bakal tahu kelakuan buruk dia." Ara menyahut dengan tangan fokus memoles bibir.
"Hah?" Ketiga sahabatnya kompak menyahut.
"Anu ... ya itulah." Ara cuek bebek dan asik make up-an.
"Maksudnya kalo si Malin Kundang itu punya hati, kelakuan dia gak bakal rugiin warga SMA kali," tebak Dara, mencoba meraba maksud ucapan gagal kalimat efektif dari cewek di sampingnya.
"Nah pinter." Vita menjentikkan jari, tatapannya masih fokus ke cermin mini.
"Hadeh. Back to the topic, Guys." Mey-Mey membenarkan posisi duduk, jadi menghadap Amanda.
Amanda diam, dia hanya menggembung-kempiskan pipi gembilnya. Tampak lucu dan bikin orang gemas pengen nyubit atau gigit.
"Mending fokus ngejar Kak Arka deh, kita udah kalah start sama anak-anak laen." Vita mengalihkan pembicaraan. Dia sudah siap sekarang. Polesan make up tipis yang tampak pas dengan cewek seusianya, sudah lebih rapi dan fresh. Begitulah prinsip cewek bernama lengkap Revita Rahayu: no make up luntur di mana pun berada.
"Setuju! Ya masa aku harus keluar uang lima ratus ribu. Hah! Bangkrut dong perusahaan," canda Mey-Mey sembari segera merogoh ponsel. Dia langsung berselancar di sosial media, lebih tepatnya stalking akun mangsa.
Sementara itu, Amanda diam-diam merangkai rencana untuk melancarkan aksi PDKT versi I.
***
Arabelle ternyata benar-benar menjalankan niat isengnya kemarin. Hari ini, dia rela datang lebih pagi--walau tetap saja nyaris pukul 7 itu siang--cuma demi menemui kakak kelas bernama Arka yang hits itu.
Dia setia berdiri di tangga menuju kelas atas sejak sepuluh menitan lalu. Bel sekolah masih 15 menitan lagi, itu artinya masih ada kemungkinan cowok-cowok berkeliaran di kantin. Bisa saja, kan, cowok-cowok nongkrong suka-suka di kantin walau jaminannya akan diceramahi Pak Teja.
Rupanya, Dewi Fortuna tengah berbaik hati pada gadis berfostur tinggi 163 cm ini. Dari arah kantin, terdengar jeritan histeris yang kian kencang. Lalu, tak lama beberapa cowok tampak mengelilingi satu cowok berkacamata hitam yang jadi serbuan para cewek-cewek.
Dasar Terong, Arabelle mencibir dalam hati.
Arka masih berlagak santai berjalan meski sebenarnya dia sudah kepanasan dan cukup risi dengan keadaan berisik--yang nyaris setiap saat--di sekitarnya. Keempat teman barunya sigap mengawal dan merelakan diri jadi bahan cakaran bahkan tamparan cewek-cewek barbar yang tak lain merupakan fans beratnya.
Syukurlah, tak lama kemudian, mereka bisa lolos dari kejaran para fans. Arka merapikan seragam yang agak kusut, tak lupa memperbaiki gaya rambut; akan sangat mengganggu jika ada sehelai saja yang keluar dari tatananan. Kacamata hitam persegi yang baru dia beli kemarin pun tak luput dari pemeriksaan. Setelah dipastikan semua rapi, dia kembali berjalan. Tentu saja masih dikawal keempat temannya.
"Gue minta nomor WA lo dong, Kak," celetuk seorang cewek yang tanpa takut langsung menghadang tepat di depannya.
"Lo mending pergi deh!" usir teman berbadan paling tinggi kedua yang mengawal paling depan. Arka memanggilnya Ben.
Cewek yang tak lain adalah Arabelle itu, membalas perkataannya dengan tatapan dan wajah datar.
"Gue minta nomor WA lo. Boleh, kan?" ulang Arabelle. Kali ini dengan suara lebih keras.
Arka mengangkat alis. Meski dia sudah tak asing menghadapi beragam karakter fans "unik", tetapi rasanya baru kali ini diharapkan dengan cewek yang ... emang barbar.
"Buat apa?" Arka membalas dengan gaya angkuh khasnya.
"Ya buat gue chat. Yakali gue obral," jawab Arabelle.
"Wah, kurang ajar nih," sengit cowok di samping Arka.
Memang, sebagian besar cowok se-SMA sudah mengenal siapa Arabelle Kiyoko. Selain dia yang memang suka nemplok sana-sini (dalam artian kalau ditembak, mau-mau aja dan bikin koleksi cowoknya banyak). Dia juga terkenal dengan sifat angkuh dan semena-menanya. Maklum, anak orang kaya dan ayahnya merupakan donatur tetap sekolah.
"Kayaknya gak perlu. Apalagi buat cewek kayak lo," ujar Arka diakhiri senyuman miring.
"Yaudah, gue minta waktu lo, gimana? Malam Minggu kita jalan bareng. Gue yang traktir ke mana pun lo mau," tawar Arabelle yang merasa sedikit kesal ajakannya ditolak. Biasanya, kan, cowok di sekolahan tidak pernah menolak ajakannya.
"Gak perlu. Gue bisa bayar sendiri kalau mau jalan." Setelah berkata demikian, Arka dan keempat temannya pergi.
Arabelle mendengkus kesal, beberapa saat kemudian, dia menghentakkan kaki ke lantai. Sepertinya dalam urusan pdkt-in cowok, dia perlu bantuan.
***
Berbeda dengan ketiga temannya yang memilih jalan barbar dalam mendekati target, Amanda lebih senang bermain cantik. Jadi, dia sudah menyusun rencana matang-matang untuk istirahat nanti. Dia juga sudah mencari sebagian info mengenai Arka: tempat nongkrong, waktu nongkrong, waktu masuk kelas, dan beberapa hal lain. Pastinya itu dia dapat dari membuntuti. Sebagian besarnya, ya dari siapa lagi kalau bukan Sisil. Walau, untuk itu, dia harus mengeluarkan uang ceban.
Bel istirahat berbunyi. Amanda bergegas merapikan buku dan alat tulisnya. Lalu merapikan tampilan. Hal sama dilakukan oleh ketiga temannya.
"Kantin, yuk!" ajak Dara yang pertama kali bersuara di antaranya.
"Boleh. Aku laper nih," sahut Vita. Dia lagi-lagi membetulkan lipstik dan make up.
"Laper pengen makan apa pengen segera beraksi?" Disindir Dara yang sudah hapal jalan pikirannya, Vita cuma nyengir lebar.
"Aku duluan!" Mey-Mey melesat keluar kelas. Membuat ketiga temannya kompak menjerit tak terima.
Mereka pun segera berhamburan keluar kelas, bergabung dengan teman-teman dari beragam tingkatkan yang kebetulan lewat di koridor sama.
Amanda sengaja berjalan paling akhir, tak lupa di antara langkah, dia mengamati bagian dasar sekolah. Koridor kelas yang terletak di lantai dua, langsung berhadapan dengan lapangan dan gerbang utama, membuat pemandangan sedikit luas dari kelas lain.
Amanda mendengar keributan dari tangga penghubung lantai yang hanya berjarak sekitar 10 langkah darinya. Dia sudah menebak bahwa itu ulah fans Arka. Yap, tebakannya benar. Dia tersenyum sambil menggigit bibir saat sang selebgram tampak bak bersinar di antara kerumunan.
Arka jujur agak kesulitan saat hendak turun di tangga. Itu cukup berbahaya karena keempat temannya kewalahan menghadapi semua fans. Namun, dia akhirnya berhasil turun ke lantai dua dengan baik, meski akhirnya terjerembab dan menimpa seseorang. Kejadiannya cukup cepat, Arka baru menyadari kini dia sudah tiduran di lantai dengan kepala berbantalkan lengan seseorang.
Arka membuka mata perlahan, kacamata hitamnya sudah lepas entah ke mana. Di depannya, seorang cewek yang berambut sependek bahu dengan kedua mata tertutup rapat, menjadi pemandangan pertama Arka.
"Ka! Lo gak kenapa-kenapa?" Ben segera menyadarkan Arka. Dia membantu Arka berdiri dengan menarik tangannya.
Sementara Raden membantu Amanda berdiri. Kebetulan keduanya cukup saling kenal karena tergabung di organisasi sama.
"Lo gak apa-apa?" tanya Raden memastikan.
Amanda hanya mengangguk sembari memukul-mukul pelan seragamnya yang agak kotor karena tragedi "jatuh" tadi. Sebetulnya, dia berencana ingin berpura jatuh di hadapan Arka, tetapi ekspektasi rupanya lebih mengejutkan realita. Dia tak menyangka, jika hari ini, di jam istirahat pertama, akan jatuh bersama seorang selebgram hits. Mana ada adegan tatap-tatapan ala FTV pula. Wah, dia sudah kejatuhan durian runtuh!
Kelompok Arka segera berlalu ke lantai dasar, meninggalkannya yang masih dihujani tatapan sinis beberapa kakak dan adek kelas yang menyaksikan tragedi tadi. Dia bodo amat saja, yang penting, agenda PKDT pertama sukses!
***
Arabelle masih kesal dengan tragedi pagi tadi, tetapi dia tidak mungkin terus-terusan kesal yang berujung menyerah. Oh, tidak! Itu sama saja dia merelakan kesempatan emas buat mengembalikan karirnya lepas begitu saja.
Arabelle baru saja akan naik ke rooptof sekolah saat tiba-tiba seorang cowok menghalangi jalannya. Lagi dan lagi. Pelakunya orang sama dan Arabelle masih ingat betul.
"Lo lagi!" hardik Arabelle sengit.
Si cowok yang kira-kira seniornya---dari fostur tubuh---itu hanya bergeming.
"Jalan masih luas woi! Apaan lo main ngehalangi jalan gue!" omel Arabelle. Dia memeras kemasan teh kotak dan dilempar asal. Tepat mengenai kaki cowok yang kebetulan lagi lewat. Untung saja itu adek kelas, jika kakak kelas, bisa dipastikan emosi Arabelle akan meningkat dua kali lipat.
Bukannya menyahut, apalagi meminta maaf, cowok itu hanya diam saja dan masih memasang gaya sama: menyilang tangan di dada.
"Minggir lo!" Arabelle mendorong kasar tubuh cowok yang lebih tinggi darinya itu. Dia tak takut sama sekali.
Cowok berjaket biru dongker dengan kupluk menutup wajah itu hanya diam saat diperlakukan tidak sopan oleh Arabelle. Dia sepertinya sengaja melakukan hal itu.
"Eh, lo siapa, sih!" Arabelle sudah tak tahan. Tangannya bersiap akan membuka kupluk si cowok, tetapi segera ditahan. Tangannya dicekal kuat. Kuat sekali, sampai dia tak tahan ingin berteriak detik itu juga. Mood-nya langsung kacau.
"Sialan lo!" Sekuat tenaga, Arabelle membanting tangan si cowok. Dia berhasil.
"Lo ada masalah apa sama gue, hah!" bentak Arabelle yang langsung memancing perhatian sekitar.
Masih diam. Arabelle lagi-lagi dianggap patung pancoran.
"Oke, karena kelakuan lo udah kelewatan sama seorang Arabelle Kiyoko, gue minta lo selesaiin misi dari gue: mintain nomor WA cowok songong yang namanya Arka itu. Kalau lo gagal, gue pastiin lo gak betah sekolah di sini!" ancam Arabelle sebelum pergi dengan hati dongkol.
Si cowok hanya menghela napas sembari memantulkan kupluknya yang agak berantakan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top