1. Drama Populer
Memiliki hubungan yang tidak baik dengan keluarga, karir di ambang kehancuran, dan kini namanya selalu menjadi hot topic gosip seluruh penduduk sekolahan. Cewek 17 tahun yang biasa dipanggil Arabelle hanya bisa menulikan telinga setiap kali bisikan disertai lirikan penuh cemooh menyambutnya ketika menginjakkan kaki ke sekolah.
Bukan tanpa sebab, penampilannya seminggu terakhir sangat layak di-bully: rambut dikepang dua, kacamata bulat besar, tompel buatan di pipi sebelah kiri, dan dua gigi palsu besar terpasang menghiasi wajah ovalnya. Tidak hanya itu, bajunya juga kebesaran dan rok mini panjang. Itu bukan style-nya, tetapi karena taruhan sialan yang tidak berhasil dimenangkan, dia terpaksa menanggung hukuman memalukan.
"Oke, ini hari terakhir gue dipermalukan sama--"
Belum selesai ucapannya, tiba-tiba segerombol cewek menyenggol dan membuatnya tersungkur ke lantai. Arabelle mengumpat murka. Sembari berdiri, tatapannya berubah tajam, mengarah ke gerombolan cewek tadi yang terus bergerak ke ujung koridor.
Ternyata di ujung sana lebih heboh dari jeritan alay bin lebay cewek-cewek tadi. Hal itu disebabkan oleh kedatangan seorang siswa baru tampan yang berhasil menyedot perhatian setengah siswi SMAN 189 Bandung.
Seorang cewek dibantu temannya tampak berusaha fokus melakukan liputan tidak jauh dari lokasi. Sementara kerumuman mulai bergerak perlahan-lahan, dengan yang di dalamnya saling berdesakkan, mendorong, bahkan meneriakkan umpatan.
Arabelle sangat muak melihatnya, walau dulu di masa kejayaan, hal tersebut yang paling membahagiakan. Disambut fans, dielu-elukan, dibela saat salah, dan lainnya.
"Minggir!" titah seorang cowok berjaket hitam yang membawa tumpukan buku berlebih di tangannya. Dia telah melakukan kesalahan besar karena mengganggu seekor singa betina.
"Minggir lo bilang?" Emosi Arabelle langsung naik seratus level. Sembari berkacak pinggang dan menatap tajam, dia bersiap menyemburkan seluruh unek-unek di hati. "Heh! Jalan masih lebar. Lo buta? Otak lo gunanya apa kalau buat gerakin kaki ke jalan lain aja gak bisa!"
Si cowok mengangkat lutut kanan dan membetulkan tumpukan buku di tengah kedua tangannya yang mulai kebas. Sementara dia tidak bisa melihat cewek bermulut pedas yang berani mencemoohnya karena tumpukan buku menghalangi pandangan.
"Harusnya lo yang minggir!" Arabelle menambahkan umpatan bernada kencang di akhir kalimatnya. Kemudian, dia dengan sengaja mendorong beberapa buku teratas di tangan si cowok dan membuatnya berhamburan ke lantai.
Keduanya beradu tatap dalam suasana sama-sama marah. Namun, tidak bertahan lama. Si cowok berjaket lebih memilih memunguti buku-bukunya sembari berusaha menahan diri untuk tidak bersuara.
"Minggir lo!" Arabelle yang hendak melanjutkan perjalanan sekali lagi membentak. Begitulah dia, ledakan emosinya lebih menyeramkan dari bom.
Bukannya menurut, cowok yang belum sepenuhnya merapikan buku-buku itu malah berdiri, sengaja menghadang jalan. Tangannya dilipat di dada.
"Lo siapa, sih!" Arabelle gemas. Tindakan cowok itu bikin emosinya naik ke ubun-ubun. Karena terus-terusan tidak dijawab, dia merasa hanya dijadikan patung yang ajaibnya bisa berbicara. "Sialan lo!"
Arabelle memilih segera pergi dengan hati yang sangat dongkol. Andai saja tadi dia tidak jadi tontonan, mungkin tangan kanannya siap menampar atau menjambak jaket si cowok sampai mampus. Lagi pula, dia harus menemui seseorang yang sama menyebalkannya. Heran, zaman sekarang populasi manusia tidak berguna kok banyak sekali.
Cewek satu ini sangat mudah ditemukan, apalagi memasang umpan berupa uang.
"Sisil!" teriak Arabelle tepat di ujung koridor lantai dua.
Merasa namanya dipanggil, cewek yang tengah sibuk membalas komentar di sosmed sambil berjalan pelan itu menoleh dan terpaksa nyengir kaku.
"Hai!" sapanya sok ramah.
Arabelle segera menghampiri. "Gue minta, hapus konten lo tentang gue! Sialan lo, ya. Udah gue bayar, tetep aja ngasilin artikel sampah yang ngejelekin nama gue!" amuknya.
"Hehe. Kan uangnya cuma buat satu kali perjanjian. Masa lo lupa semboyan gue, sih," sahut Sisil sembari memasang tampang yang minta dikasihani.
"Heh, dasar manusia benalu! Lo butuh duit berapa? Gue bayar sekarang juga, dengan syarat jangan lagi bikin artikel tentang gue, atau gue potong jari-jari lo!" Arabelle sudah tidak ingin basa-basi, apalagi terhadap orang sejenis Sisil.
Mata Sisil membulat mendengar kata uang. Dia berakting menimbang selama beberapa detik. "Eum, sejutalah. Itu itung rugi, sih, kan sama temen, ya." Dia nyengir lagi.
"Nomor rekening lo?"
Sisil segera memberitahukan nomor rekeningnya. Sementara Arabelle segera mengetikkan dan menransfer sesuai nominal yang disebutkan.
"Sip. Thanks, Bel. Eh, gimana karir lo? Lo perlu bantuan gak? Gue siap bantu nih." Begitulah Sisil, habis mendapat uang, biasanya langsung ekstra baik.
"Gak. Cuma gara-gara artikel sialan lo doang yang bikin sosmed gue isinya hujatan," ketus Arabelle.
"Hehe sorry, Bel. Gue, kan kerja, nyari uang. Buat kuliah." Sisil lagi-lagi nyengir. Sedang, es teh plastiknya sudah hambar. Terlihat dari bulir air yang menempel di badan plastik.
Arabelle hanya menatap datar sebelum memutuskan pergi.
"Kayaknya lo belum tahu berita terbaru, ya?" Ucapan Sisil tidak diacuhkan. Walau demikian, dia tidak menyerah dan malah berteriak. "Gue duga, sih, ini jadi kunci masalah lo. Selengkapnya lo cek deh di website Roomphits, gudangnya segala info terbaru, terlengkap, dan pastinya up to date."
Umpannya tidak dimakan sama sekali. Namun, Sisil masa bodoh. Dia sudah dapat uang dan tidak merasa rugi jika harus berhenti mengangkat topik tentang Arabelle, si mantan selebgram yang sekarang jadi sumber hujatan. Ada "mangsa" yang lebih empuk dan bergizi. Siapa lagi kalau bukan murid baru itu.
Kedatangan Arkanantara Galaxy sebagai murid baru di SMAN 189 Bandung ternyata berefek besar. Nyaris semua cewek membicarakannya. Maklum, dia seorang selebgram sekaligus YouTuber yang tengah naik daun. Bahkan dua hari sebelum kepindahannya, para fans yang kebetulan akan satu sekolah, sudah beramai-ramai membuat postingan dengan tagar #sekolahbarengidola.
Sebagai seorang idola, cowok pindahan dari Surabaya itu tentu senang. Saat ini, dia tengah berada di kelas XII-IPS 1 yang riuh. Kelas ujung sayap kiri di lantai tiga itu mendadak dikerumuni para cewek yang terus menjerit histeris. Suasana di dalamnya juga tidak kalah heboh. Beberapa bahkan memanfaatkan kesempatan untuk eksis walau harus berusaha ekstra.
"Gila! Mimpi apa semalam sampe bisa satu sekolahan sama idola," celetuk salah satu siswi yang tengah mengunyah bakwan di kantin. Ibu jari tangan kanannya terus mengulur beranda Instagram.
"Gak nyangka banget." Temannya menyahut.
"Makin dekat dengan impian. Aku yakin setelah ini bisa makin deket sama Kak Arka. Terus jadian, deh kayak di novel-novel." Cewek berambut hitam sepunggung yang tengah menonton acara live Instagram kakak kelas, dengan percaya diri berkata demikian. Membuat tiga temannya mendelik tidak terima.
"Oke. Kita buktikan. Kalau aku sampai bisa pacaran sama Kak Arka. Kalian harus bayar lima ratus ribu!" tambahnya, menantang.
"Taruhan nih?" Cewek yang paling tomboy di antara mereka, baru angkat suara.
"Iya, gimana, setuju?"
"Setuju." Cewek berpipi cabi langsung bereaksi dan paham ke mana arah pembicaraan mereka selanjutnya. Lalu, dua teman yang lain ikut menyetujui.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top