30 -- Berakhir?

Jalan kehidupan memanglah penuh dengan rintangan dan untuk bangkit dari rintangan yang kadang membuat kita terjerembab, itu bukanlah hal yang mudah.

Seseorang bisa mengatakan kalau takdir sudah ditentukan oleh yang Maha Kuasa, namun apakah setiap manusia bisa selalu kuat untuk menghadapi rintangan itu?

Entah itu Ara, entah itu Rey ... .

Keduanya sama-sama berusaha bangkit dari keterpurukan, walau dengan cara yang berbeda.

Rey mungkin akan menerima semua hal yang sudah terjadi, tetapi Ara ... .

.
.
.
.

"Permisi, Tante, Rey ... , itu Ansabella dan Raksa sudah ada di depan," ucap Najwa tiba-tiba.

Robot AI Mama Ririn dan Rey lantas menoleh ke arah Najwa. Mata robot itu langsung terlihat berpendar merah redup dan Rey mencoba untuk menguatkan diri.

"Untuk apa mereka datang ke sini, Rey? Bukankah permasalahan kamu sudah selesai?" tanya robot itu.

Rey menoleh ke arah robot itu dan menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf, Mah ... , tapi hidup Mamah harus berakhir sampai di sini. Mereka datang ke sini buat ngambil Mamah."

Mata Robot AI itu berpendar merah terang. "Rey, kamu nggak bisa gitu aja buat nyerahin aku pada mereka. Apa mereka punya hak atas tubuh ini? Rey, papah kamu yang dulu buat Kevin, dia yang buat Bella, juga yang bekerja sama dengan pihak Hanson Robotics agar dapat nyiptain Sepasang Robot AI baru untuk njaga kamu. Di luar sana kehidupan lebih keras daripada yang dibayangkan seseorang dan kami berdua tercipta untuk kamu, Rey. Sejak kesalahan teknis dari Kevin yang udah bawa Raksa dan Syam, Brasdan dan Ririn terkena MadCow-30, lalu sejak itu kehidupan keluargamu hancur. Brasdan nyiptain kami buat gantiin mereka, tapi sekarang aku harus pergi bersama mereka?"

Rey menatap robot itu dengan mata yang mulai memanas. Sungguh, hari ini dia benar-benar tak kuat ketika melihat sosok robot yang selama ini sudah merawatnya.

"Kamu harus ikut kami, AI Ririn. Kalau kamu ikut kami, kehidupan yang ada di sini akan normal kembali. Aku datang ke sini untuk menyampaikan terima kasih karena sudah berada di samping Rey selama ini. Aku benar-benar minta maaf, tapu kamu harus tahu kalau dunia ini akan kacau jika mulai dikuasai oleh teknologi. Aku saja berharap agar bisa kembali ke masa lalu untuk menghentikan ide-ide manusia yang ingin mengubah peradaban dunia. Saat dunia semakin maju, kepedulian manusia justru semakin sedikit. Manusia di dimensi waktu kami sudah tak peduli dengan keadaan sekitar. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri, tanpa tahu kalau ulah mereka telah membuat kehancuran semakin dekat. Jika kami tak bisa datang ke masa lalu, aku ingin bisa mencegah kehancuran itu agar tak menimpa dimensi ini. Cukup dimensi waktu kami yang akan mendekati kehancuran," sanggah Raksa panjang lebar.

AI Ririn maju ke arah Raksa dengan senyum yang lebar, namun dengan mata yang berpendar merah terang. "Kami tercipta dengan dilengkapi sensor rasa agar dapat nemahami perasaan orang yang kami jaga, namun karena kesalahan satu orang, semuanya jadi berantakan. Ririn yang punya pikiran kolot sepertimu telah berhasil menghancurkan harapan hidup Kevin. Raksa, tak semua orang bersalah dan tak semua orang sama. Kalau kau menyamaratakan semuanya, itu artinya kau bersikap tak adil. Aku punya kewarganegaraan di sini dan itu artinya aku punya hak untuk memutuskan semuanya sendiri. Jangan hanya karena kau merasa bahwa hidup manusia sudah hancur, maka kau bisa seenaknya sendiri untuk menghancurkan hidup bangsa robot seperti kami. Memang apa salahnya jika aku hidup di sini?"

Ansabella melangkah untuk mendekati AI Ririn. "Keberadaan kita di dunia sudah membuat kehancuran semakin cepat untuk terjadi. Aku juga sudah memilih nasib yang sama dengan kamu. Kita akan dinonaktifkan, lalu disimpan di Laboratorium Raksa."

AI Ririn tertawa semakin lebar. "Bel, jika kita tak punya hak untuk hidup di dunia ini, kenapa kita harus memilih untuk disimpan di Laboratorium Raksa? Bukankah lebih baik kita masuk ke dalam tempat penghancuran robot?"

AI Ririn berjalan ke arah Raksa dengan langkah yang terlihat oleng. "Kau telah menghancurkan banyak harapanku, Raksa. Kau tahu? Sikapmu yang ingin dimengerti ini, benar-benar memuakkan. Kau berkata seakan-akan semua robot yang diciptakan telah membuat kehidupan manusia semakin hancur. Padahal dari Zaman Purba sampai Zaman Modern, semua manusia memang begitu. Mereka yang berkuasa akan menginjak mereka yang ada di bawahnya. Memang tidak semua orang begitu, tapi mau bagaimana lagi, hidup di dunia itu bukanlah hal yang menyenangkan."

AI Ririn menoleh sekilas ke arah tangan Raksa yang sedang membawa wadah untuk menyimpan serum. Saat ia melihat wajah Raksa, senyum miring pria itu terlihat semakin janggal.

Tanpa diduga dan tanpa diprediksi, Raksa bergerak cepat untuk menggunakan suntikan yang sudah dia siapkan.

Najwa dan Ansabella melotot tak percaya pada apa yang telah Raksa lakukan.

"REY!!"

Robot AI Ririn menatap ke arah Rey dengan shock. "Raksa, apa yang telah kau lakukan pada Rey? Kau ... ."

Raksa tersenyum tipis, lalu memencet  tombol gelang yang dia pakai. Dengan cepat, wajah Rey berangsur-angsur berubah menjadi sosok Kevin.

Tunggu dulu ... , Kevin?

KEVIN?!!

"Kau benar sekali, AI Ririn. Manusia memang begitu, egois dan berpikir sempit. Aku kembali lagi untuk para Robot AI yang tertindas ... ."

Najwa menatap sosok gila yang sudah menyuntikkan serum penghancur pada tubuh kekasihnya dengan pandangan yang murka.

"Jangan menatapku begitu, Naj. Wajahmu jadi terlihat semakin memprihatinkan. Hari ini aku berbuat hal yang baik karena telah berhasil untuk menghancurkan satu keluarga yang membawa MadCow-30. Ngomong-ngomong, sejak aku mendapatkan gelang ini, aku mendapatkan sebuah kekuatan yang luar biasa. Kau tahu? Aku dapat memanipulasi kehidupan di sekitarku ketika aku berhasil mengembangkan teknologi yang sudah kau ciptakan. Bukankah itu hal yang luar biasa?"

Najwa mengepalkan tangan dengan mata yang berkilat karena menahan amarah.

"Aku berhasil untuk membuat kehidupan semua orang hancur dan aku sangat menyukai hal itu. Para manusia yang egois telah memulai langkah mereka dan aku harus mengakhiri buruk itu. Kau tahu? Orang yang sudah berhasil untuk aku kendalikan adalah Raksa, Ara, dan juga Syam. Aku berhasil untuk menanamkan filosofi gila dalam hidup mereka. Ririn mati bersama dengan Raksa dan Syam sudah kuhancurkan dengan menggunakan serum yang sama persis dengan serum yang kugunakan pada Rey. Aku sukses besar dan itu karenamu, Naj."

Belum cukup dengan itu, Kevin kemudian menembakkan dua serum pelumpuh pada AI Ririn dan AI Ansabella secara bersamaan.

Pada saat yang bersamaan, datanglah Ando, Zulfan, dan Naura di tempat itu. Ketiganya menatap tak percaya pada apa yang sudah terjadi.

Najwa tak tinggal diam, ia kemudian menerjang tubuh Kevin. Gadis itu berusaha untuk menarik gelang yang Kevin pakai dengan paksa. Kevin yang mengetahui niatan Najwa, lantas berontak dan tanpa sengaja telah membuat tubuh Najwa terlempar cukup jauh hingga menimpa barang-barang di laboratorium.

Najwa meringis karena merasakan ngilu di tubuhnya. Begitu banyak luka yang telah dia dapatkan saat ini.

"Kau benar-benar sudah sangat rusak, Vin. Virus itu sepertinya sudah menguasai tubuhmu sepenuhnya. Kau ... ."

Najwa yang berusaha untuk berjalan mendekati Kevin dengan sisa tenaga yang dia miliki, kemudian ambruk saat kakinya sudah tak mampu untuk melangkah. Tubuhnya jatuh dan menimpa potongan baju milik Rey yang masih tersisa sedikit. Najwa menatap ketiga temannya dengan senyum yang lebar hingga secara perlahan, gadis itu pun mulai memejamkan kata.

"Selamat tinggal semuanya, selamat tinggal ... ."

"NAJWA!!"

Naura sontak menghampiri Najwa dengan tangis yang terdengar histeris. Ando bahkan sudah menangis sejak ia melihat kerusakan yang Kevin perbuat. Zulfan sendiri tak tahu harus berbuat apa sekarang. Kehancuran di mana-mana dan dia tak tahu apa yang harus dia lakukan.

Dalam kekacauan yang sudah Kevin lakukan, tiba-tiba terdengar suara pistol yang menggema di laboratorium.

Kevin menoleh ke arah suara dan mendapati AI Brasdan dengan kedua pistol di masing-masing tangan sambil membawa Ara.

"Wah! Pahlawan kita akhirnya datang juga. Apa kalian menikmati pertunjukan yang sudah aku sajikan?"

Ara tak menjawab pertanyaan Kevin dan justru menatap ke arah AI Brasdan. Gadis itu memberi sebuah isyarat dan mendapatkan anggukan dari AI Brasdan.

Robot yang serupa dengan Brasdan itu lantas berlari cepat sambil melempar salah satu pistol di tangannya ke sembaran. Robot itu kemudian menancapkan suntikan pada tengkuk Kevin.

"Kau memang licik dan hebat, tapi sepertinya kau lupa jika aku adalah AI Brasdan. Aku dibuat secara khusus untuk menjalankan tugasku. Mungkin aku terlambat untuk menyelamatkan keluarga Rey, tapi tak ada kata terlambat untuk menghancurkanmu."

AI Brasdan mendorong tubuh Kevin yang sudah mulai terbakar dengan mata yang berpendar merah terang. Robot itu lalu menoleh ke arah Ara.

"Ra, bawa teman-temanmu pergi dari laboratorium. Biarkan aku yang akan membereskan semuanya."

Ara menatap ragu pada AI Brasdan. "Apa aku harus membiarkan anda berada di sini bersama robot gila itu?"

AI Brasdan mengiyakan pertanyaan Ara sambil menahan tangan Kevin yang ingat menekan tombol untuk mematikan api biru yang mulai membakarnya.

Ara menghela napas, lalu menarik teman-temannya untuk keluar dari laboratorium.

Gadis itu benar-benar tak menyangka dengan apa yang sudah Kevin rencanakan. Robot itu telah merusak persahabatannya dan juga merenggut banyak nyawa yang tak bersalah.

Sebelum pergi dari laboratorium, Ara sempat melihat Kevin secara sekilas.

"Obsesi yang besar memang bukanlah sesuatu yang pantas untuk dipertahankan."

.
.
.
.

Ketika Ara dan teman-temannya sudah keluar dari Rumah Rey, tiba-tiba ledakan terjadi.

Bi Siam yang sudah sejak tadi ada di luar rumah, kini menatap kehancuran keluarga Rey dengan tangis yang sudah pecah. Wanita itu sungguh tak menyangka jika keluarga yang sudah bertahun-tahun hadir mewarnai hidupnya harus lenyap begitu saja.

Zulfan yang satu-satunya terlihat kuat, lantas buru-buru menghubungi polisi. Pemuda itu melihat Bi Siam yang menatap kehancuran keluarga Rey dengan perasaan iba.

"Bi Siam, Zulfan tahu kalo hal ini bukanlah akhir yang kita inginkan. Sabar ya, Bi. Zulfan yakin kalo sekarang keluarga Rey sudah berkumpul di alam sana dengan kebahagiaan."

Bi Siam menatap Zulfan dengan sedih. "Bibi sekarang sudah tidak punya siapa-siapa lagi, Fan. Kamu 'kan tau kalo keluarga bibi hanyalah Rey sekeluarga. Bibi harus pulang ke mana setelah ini?"

Zulfan tersenyum tipis. "Bibi ikut Zulfan saja mulai hari ini. Kebetulan mamahnya Zulfan sedang butuh orang buat bikin kue bareng dia. Bibi mau 'kan?"

Bi Siam mengangguk dengan wajah yang terlihat kusut.

Naura dan Ara saat ini sedang menangisi kepergian Najwa. Gadis yang paling galak dan tegas, namun paling peduli di antara mereka, kini pergi untuk selama-lamanya.

"Nau, maafin gue, karena kebodohan gue, kalian semua kena imbasnya. Maafin gue yang sempat iri dan dendam dengan kebahagiaan yang lo miliki. Nau, maafin gue ... ."

Naura yang melihat Ara bersujud di kakinya, buru-buru menarik gadis itu untuk berdiri.

"Kita adalah manusia yang tak sempurna, Ra. Kita semua punya sisi buruk masing-masing. Aku sudah maafin kamu, Ra. Karena kamu adalah sahabatku juga," ucap Naura yang reflek memeluk Ara.

Ara dan Naura sama-sama menangis dalam pelukan. Ando yang sejak tadi menangis karena tragedi di rumah Rey, lantas menghampiri kedua gadis itu.

"Naura, Ara, gue minta maaf juga pada kalian karena sempat bikin kekacauan di dalam persahabatan kalian. Maafin gue ya ... ."

Naura melepas pelukannya pada Ara dan menatap gadis itu dengan senyum tipis.

Ara yang mengerti dengan senyum Naura yang terlihat sedikit janggal, lantas menatap Ando yang sedang menundukkan kepala dengan senyum  yang lebar.

"NAURA!! ARA!!"

Ando yang mendapatkan dua injakan highheels dari kedua gadis itu, lantas buru-buru mengejar keduanya.

Zulfan menatap ulah ketiga temannya dengan mata yang memanas. Secara perlahan, airmata pun turun membasahi wajahnya.

"Rey, Najwa, kalian mungkin sudah tidak ada di sini lagi, tapi kalian harus tahu kalau kami akan selalu merindukan kalian. Berbahagialah kalian di atas sana dan jangan lupakan kami yang ada di sini," ucap Zulfan bermonolog.

Zulfan kemudian berjongkok di depan kobaran api sambil menangis.

Bi siam menatap Zulfan yang terlihat begitu rapuh dengan sedih. Wanita itu lantas menegur Zulfan.

"Zulfan, kamu mungkin terlihat kuat di depan ketiga temanmu hari ini, tapi kalau kau menangis, hatimu akan jadi lebih baik. Jangan tahan tangismu, Fan."

Zulfan mendongak. "Bi, apa aku bisa kuat untuk hidup tanpa melihat sahabatku lagi?"

Bi Siam lantas tersenyum tipis. "Baik atau buruknya kehidupan, semua tergantung pada persepsi kita masing-masing. Dari tragedi yang sudah terjadi, kita harus belajar untuk memahami orang lain tidak hanya dari satu sisi saja."

Zulfan kemudian berdiri sambil menghapus airmata, lalu tersenyum lebar saat melihat kobaran api di hadapannya.

"Rey, Najwa, kami akan baik-baik saja di sini. Pergilah dengan tenang, Kawan."

Sesaat setelah ucapan Zulfan, tampak cahaya berwarna putih terang menyoroti kobaran api itu.

Arwah Rey dan Najwa lantas tersenyum tipis ketika melihat Zulfan dari atas.

"Jaga diri kalian baik-baik. Semoga setelah ini, hidup kalian akan menjadi lebih tentram. Good bye, my friends."

Kisah tentang hal buruk dan baik dalam perjalanan hidup Rey kini sudah berakhir.

Lalu bagaimana dengan kisah kebaikan dan keburukan kalian?

.
.
.
.

"Rey ... Bangun Rey, udah siang ..."

"Lima menit lagi ..."

"Nggak ada!! Ayo bangun dan antar anakmu pergi ke sekolah. Sekarang juga!!"

"Naj, tadi malem aku begadang buat nyelesain novel. Aku mau tidur dulu, please ... ."

"Oho, mau tidur dulu ya? CEPET BANGUN REYZA ZILDAN!! APA KAMU MAU KEVIN NANGIS LAGI KARENA TERLAMBAT SEPERTI KEMARIN?!!"

Pria itu kemudian bangun dan mulai membuka mata.

"Morning Kiss, Sayang?"

"REY ZILDAN!! JANGAN MENGGODAKU SEKARANG, CEPETAN BANGUN DAN ANTAR ANAK KITA!!"

••••END•••••

Hai guys, hari ini cerita sudah tamat.

Akhirnya setelah sebulan menulis, buku ini selesai juga.

Terima kasih untuk dukungan kalian pada buku ini.

Semoga kalian suka dengan endingnya 😊

~~Mphii 💜💜💜💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top