29 -- Pulang
Ara menggeser slide demi slide foto-foto yang ada di ponselnya sambil tersenyum.
"Gue baru sadar kalo lo seganteng ini, Vin," puji Ara ketika menatap layar ponsel dengan senyum yang lebar.
Namun ketika slide yang dia geser sedang menampakan fotonya dengan kedua sahabat yang kini ia tinggalkan, senyumnya luntur seketika.
"Ckckck aissh, kenapa foto para munafik ini masih ada, sih?" gerutu Ara segera menghapus foto-foto yang menunjukan dirinya sedang bersama Najwa dan Naura.
"Sungguh malang nasib gue, punya sahabat kaya lo berdua, dulu gue begitu takut sendiri, takut kalau kalian sampe ninggalin gue, tapi sekarang gue sadar kalau sendiri itu lebih baik daripada bersama, namun kalian justru merebut semua hak gue." ucap Ara bermonolog.
Ara kembali teringat kepada peristiwa saat ia datang ke penginapan untuk mengambil beberapa barangnya yang masih tertinggal.
Baru saja dia ingin masuk ke kamar itu, dirinya justru melihat Najwa yang telah kembali ke penginapan itu.
"Hah? Bukannya Kevin bilang kalau Najwa ada sama dia, tapi kok Najwa bisa pulang, sih?" gumam Ara kesal.
Ara mendengar banyak hal yang mengejutkan dirinya. Dari Najwa yang bilang kalau tugas mereka sudah selesai dan Rey aman, sampai pada beberapa fakta yang mampu membuatnya shock berat.
"Kenapa Kevin biarin ini semua terjadi? Bukankah dia udah janji untuk tetap nahan Rey? Sepertinya gue kudu tanyain hal ini lagi pada Kevin."
Ketika Ara melewati kamar Rey, Zulfan, dan Ando, dia mendengar suara tawa dari ketiga sahabat itu.
"Mereka sama saja dengan kedua mantan sahabat gue," gumam Ara sebal.
Ara yang sudah merasa sangat jengah, lantas berlari ke arah taman dan berusaha untuk memanggil Kevin. Biasanya jika dia memikirkan Kevin, maka Kevin akan datang untuk menemui dirinya.
"Kevin, kok lo nggak dateng, sih? Apa dia udah lupain gue?" gumam Ara.
Ara berkacak pinggang sambil mondar-mandir karena tak sabar. "Kalo Kevin nggak bisa nepatin janjinya, berarti gue harus gerak sendiri."
Ketika Ara ingin kembali ke penginapan untuk mencari informasi lagi, ia melihat kedatangan Raksa dan Ansabella secara tiba-tiba dari kejauhan. Gadis itu buru-buru bersembunyi dan mencoba untuk menguping pembicaraan keduanya.
"Tugas kita sekarang tinggal dua, yaitu mengambil kedua Robot AI itu dan memastikan kalau semua orang yang terseret dalam masalah ini untuk segera mendapatkan serum penghapus sebagian memori dari kenangan. Kevin dan kedua orangtua Rey sudah lenyap, lalu MadCow-30 di dalam Rey sudah banyak berkurang dan membuatnya aman. Bonusnya, Rey dan Najwa sudah menjadi sepasang kekasih. Kita akan pamit dulu pada Pak Darman sebelum pergi ke Jakarta. Apa kau setuju?"
Raksa menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Kita sudah mengalami banyak hal, Bel. Kau bahkan merelakan Rey untuk bersama Najwa. Aku menyukai gadis itu, tapi sepertinya aku bernasib sama dengan dirimu."
Ara mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar semua ucapan Raksa. "Mereka udah bikin gue bener-bener kehilangan dan terpuruk."
Ara yang sudah terlanjur muak, lantas mengirim pesan ancaman pada Naura. Ia juga memutuskan untuk menjadi mata-mata dari para pecundang yang dulu mengaku sebagai sahabatnya agar bisa mendapatkan informasi lain yang sewaktu-waktu bisa digunakan sebagai 'peluru' untuk menembus perasaan mereka.
Hal itu memang tidak mudah bagi Ara, namun ia terus berusaha untuk bangkit dan tak jatuh setelah kehilangan Kevin.
Ara yang memang pandai dalam Fisika Kimia, diam-diam juga memiliki beberapa alat canggih yang ia ciptakan sendiri. Salah satunya adalah kamera pengintai super mini yang tak terdeteksi oleh sensor apapun karena dia sendiri yang sudah mengatur kamera itu.
"Ando nyium Naura? Seriously?" ucap Ara sambil bergidik geli.
Ara mengamati apa yang terjadi selanjutnya pada Ando dan Naura, ia tertawa kecil saat melihat kemarahan Najwa dan kekecewaan Naura pada Ando.
"Haruskah kukatakan jika mereka semua sangat munafik?"
.
.
.
.
Setelah menunggu selama empat jam lebih, akhirnya sopir Zulfan datang juga.
"Kok lama banget sih, pak? Ke mana dulu, sih?!" omel Zulfan ketika sopirnya itu baru datang.
"Maaf, Den, tadi di jalan macet banget," ucap si sopir dengan rasa bersalah.
"Ya cari jalan pintas kek, Pak. Kenapa harus pake jalan utama, sih?" omel Zulfan lagi.
Ando memijit keningnya yang terasa ngilu ketika mendengar omelan Zulfan. "Udah kali Fan, toh supir lo udah dateng juga. Setidaknya lo harus berterimakasih pada beliau karena dia udah mau rela-relain jemput kita di sini. Daripada kita naik bus, lamanya kadang sampe enam jam kalo kita dioper-oper terus ke bus lain. Percaya deh sama gue, tiga jam kita sampe, kok," lerai Ando.
"Tetap aja, Ndo ... ," Keluh Zulfan lagi.
"Udah, udah, kalian kok malah debatin hal yang nggak penting, sih?" omel Najwa.
Ando yang melihat suasana sudah semakin memburuk, lantas pergi untuk membuka bagasi dan meletakkan satu persatu barang yang ia bawa.
"Yaudah yuk! Kita berangkat sekarang dan gue yang bakal nyetir mobil," perintah Ando setelah berhasil memasukkan sebagian dari barang yang temannya bawa dengan dibantu oleh Rey.
"Koper kita yang isinya nggak gitu penting, mending ditinggal aja di sini," saran Zulfan.
"Emang boleh ninggalin koper di sini, Fan? Apa aman?" tanya Ando ragu.
"Lo lupa, Ndo? Kalo sebagian dari kamar di peginapan ini sekarang udah jadi hak milik orang tua gue sepenuhnya? Kakek Darman sendiri yang ngasih ke Papah karena tanah ini juga sebagian besar adalah investasi bagi keluarga kami. Tante Joe dan papah gue sudah sangat paham dengan seluk beluk tempat ini, jadi pasti aman, lah!"
"Eh iya, Fan!" ucap Ando sambil menepuk jidat karena bisa-bisanya dia lupa.
"Ya ampun, Ndo, khawatir banget sih kalo koper lo ilang. Emang isinya apa?" ejek Rey sambil merangkul pundak Najwa.
"Jangan jangan di koper lo ada berlian ya, Ndo!" sambung Najwa yang kemudian menimbulkan gelagak tawa.
"Ngak usah rese, deh!" ucap Ando sambil melepaskan tangan Rey yang sedari tadi terlihat merangkul Najwa.
"Ngak usah nempel mulu, ngapa?!! Rey inget ya, gue adalah sepupu Najwa di sini, jadi lo jangan macem macem sama sepupu gue!"
Najwa nendengkus geli. "Lebay lo, Ndo!" celetuknya.
"Tau lo Rey, baru pertama kali pacaran aja langsung lengket gitu nggak canggung sama sekali pula. Dulu mah apa?" komentar Zulfan yang terus memperhatikan perubahan sikap Rey setelah berpacaran dengan Najwa.
Rey terlihat lebih romantis sekarang, bahkan ia tak sungkan-sungkan untuk menunjukan perhatiannya pada Najwa yang tergolong sebagai gading dewasa yang galak.
"Haduh, kalian ngomong mulu, jadi kapan kita jalannya?" keluh Naura yang dari tadi menunggu pembicaraan tidak penting itu selesai.
"Yaudah, yuk kita masuk!" ajak Zulfan.
Ando yang menyetir mobil, Sopir Zulfan duduk di samping pemuda itu. Sementara bangku belakang ada Rey, Najwa, Naura, dan Zulfan, yang terpaksa harus sempit-sempitan di dalam mobil yang hanya terdiri dari dua baris.
Ando mengendarai mobil dengan sangat cepat sampai membuat para penumpangnya kacau total.
Ara sendiri diam-diam mengikuti mereka semua dari belakang.
.
.
.
.
Perjalanan yang melelahkan dan memusingkan karena menjadikan Ando sebagai sopir dadakan, telah berhasil untuk membuat Najwa, Naura, dan Zulfan muntah secara bersamaan ketika sampai di depan rumah Rey.
"Kalian kenapa?" tanya Ando yang memasang wajah aneh ketika melihat teman temannya kecuali Rey muntah secara bersamaan.
"Ndo, lo gila ya? Udah tau kalo kita sempitan di belakang, eh lo malah bawa mobil sampek kaya orang kesurupan!" omel Rey sembil memijit tengkuk Najwa.
"Sorry, lagian 'kan supaya kita cepet sampai juga!"
"NAURA!!"
Teriakan terdengar ketika mereka melihat Naura tak sadarkan diri dan menjatuhkan tubuhnya di teras Rey.
Dengan kekuatan yang masih tersisa, Zulfan lantas menggendong Naura untuk masuk ke dalam rumah Rey. Pemuda itu menurunkan Naura di kursi tamu rumah Rey dengan wajah yang panik.
Robot Ai Mama Ririn langsung muncul ketika mendengar keributan di ruang tamu.
"Hey, dia siapa Zulfan?" tanya Robot AI Mamah Ririn ketika Zulfan menurunkan Naura.
"Dia pacar Ando, Tante!" ucap Ando dengan semangat. Hal itu pun berhasil membuat Rey, Zulfan, dan Najwa melotot dengan tajam padanya.
Najwa lantas menginjak kaki Ando karena tak terima dan melayangkan deathglare pada pemuda yang tak tahu diri itu.
"Oh gitu, kok bisa pingsan gini, sih?"
"Mabuk mobil, Tante," jawab Ando sambil menahan ngilu karena kakinya yang lagi-lagi harus diinjak oleh Najwa.
"Yaudah bentar, Tante ambilin minyak kayu putih dulu, ya!"
Robot AI Mama Ririn lantas pergi untuk mengambil minyak kayu putih.
"Kamu masih mual, Naj?" tanya Rey khawatir.
"Udah enggak sih, tapi masih sedikit pusing. Kamu tau? Ucapan Ando tadi buat aku jadi lupa sama diriku sendiri."
Rey pun mengelus lembut kepala Najwa dan tertawa kecil saat mendengar gerutuan dari kekasihnya.
"Ini minyak kayu putihnya."
Zulfan lalu mengambil minyak kayu putih yang di berikan Robot AI Mama Ririn, kemudian langsung mengoleskannya pada Naura.
"Ini pacarnya Ando, tapi kok yang kelihatan peduli malah Zulfan?" tanya Robot AI Mama Ririn bingung.
Ando terkekeh kecil. "Tadi Ando main-main, Tante. Naura tuh bukan pacar Ando hehehe ... ."
Robot itu tersenyum dengan mata yang terlihat bersinar, lalu mengangguk mengerti.
Naura secara perlahan mulai membuka matanya.
"Nau, lo nggak papa?" tanya Zulfan yang terlihat bahagia saat melihat Naura bangun.
"Gue udah nggak papa kok, Fan," jawab Naura lemah.
"Kalian kayaknya cape banget, ya? Karena ini udah malem, kalian nginep di sini aja dulu. Gimana?" tawar Robot AI Mama Ririn.
Para sahabat Rey sudah terlalu lelah dan akhirnya mereka mengiyakan tawaran dari robot itu.
"Rey, papah kamu ada di kamar. Mamah bisa ngomong sama kamu sebentar, Rey?"
Rey pun mengangguk, lalu Robot AI Mama Ririn mengajak Rey ke laboratorium.
"Sayang, mamah kangen banget sama kamu!" ucap robot itu sambil memeluk Rey dengan sangat erat.
Rey menerima pelukan itu sambil menangis.
"Kamu kenapa nangis, Sayang?" tanya Robot AI Mama Ririn sambil menghapus air mata yang turun dari mata Rey.
"Mah, Rey udah tau semuanya, Rey udah tau kalau Mamah Ririn selama ini pergi dari rumah dan memilih untuk membeli Robot AI duplikatnya demi bisa buat ngerawat Rey tanpa takut menularkan MadCow-30," ucap Rey yang membuat robot itu tercengang.
"Mamah, nggak usah khawatir. Rey baik-baik aja, kok. Rey udah tau semua titik masalah kita dan Rey berhasil buat memecahkan teka-teki yang dulu diberikan pada Rey. Mah, orang terdekat itu adalah Kevin. Dia orang terdekat yang membunuh papah dan juga mamah dengan cara yang sama."
Mata Robot AI itu lalu berpendar kuning pucat. "Rey, setelah mengetahui ini semua, apa kamu benci sama mamah dan papah?"
Rey menggelengkan kepala. "Seberapa besar kesalahan orangtua, Rey nggak bisa buat benci mereka karena berkat mamah dan papah, Rey bisa tumbuh sampai sebesar ini."
"Makasih, Sayang ... ,"
Rey tersenyum dan mencoba untuk mengendalikan perasaannya.
Besok adalah akhir dari perjalanan para robot yang selama ini sudah menemani Rey. Apakah pemuda itu sanggup untuk melepas mereka?
Bagaimana pula dengan sikap Ara pada 'Mantan Sahabatnya'?
*****
Hai guys, aku kembali bawa bab baru.
Maap ya, kalo malam-malam begini.
Btw, besok adalah akhir dari perjalanan Rey.
Gimana menurut kalian?
Love by Gadistina to all readers 💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top