25 -- Jadian

Rey tak sadarkan diri ketika mendengar berita buruk dari Syam, dirinya kembali terguncang persis dengan saat ia mendengar tentang papahnya yang telah tiada karena kecelakaan di Las Vegas.

"Rey ... Bangun Rey ... ," panggil Najwa.

Ansabella, Syam, dan Raksa, berdiri di samping ranjang Rey dan menunggu pemuda itu yang sampai tiga jam belum sadar juga. Mereka juga ikut bersedih atas kepergiaan Ririn, apalagi Ansabella yang sudah pernah merasakan satu atap dengan Ririn.

Ririn memanglah bukanlah pribadi yang baik seperti Tuan Han, tetapi Ansabela tetap menyayanginya seperti ia menyayangi Tuan Han.

"Kita harus apa?" tanya Najwa sambil menatap Ansabella, Syam, dan Raksa.

Mereka bertiga lalu menggelengkan kepala karena memang belum memiliki ide.

"Rey..." panggil Najwa lagi.

"Apa Zildan akan datang lagi disaat Rey kembali terpuruk?" bisik Raksa pada Syam yang masih bisa di dengar oleh Najwa.

"Zildan? Kalian banyak mengatakan soal Zildan, Kevin juga kemarin bilang soal Zildan, siapa sebenarnya Zildan?" tanya Najwa sedikit bingung.

"Ah, ya, kami belum menceritakan padamu soal Zildan pada Najwa," ucap Syam yang ingat bahwa Najwa masih belum mengetahui tentang Zildan.

"Zildan adalah kepribadian lain dari Rey, Najwa. Kau tau siapa nama Rey?" tanya Raksa.

"Reyza Brasdan?" jawab Najwa.

Ansabella tersenyum saat mendengarmya, Najwa sudah sedekat ini dengan Rey, tetapi dia masih tidak mengetahui nama lengkap Rey.

"Reyza Zildan Brasdan," sambung Ansabella.

"Iya Najwa, kepribadian lain dari Rey itu menamai dirinya sebagai Zildan. Dia bisa melihat keadaan Rey, tapi Rey tidak bisa melihat keadaan Zildan," jelas Raksa.

"Apa Rey tau masalah ini?" tanya Najwa lagi.

"Seperti dirimu Najwa, Rey juga baru saja mengetahuinya," ungkap Syam.

"Zildan datang disaat Rey terpuruk dan tidak bisa mengendalikan emosinya," tambah Raksa.

"Lalu, kapan Zildan akan datang?"

"Kami tidak tau, Najwa," jawab Syam.

Mata Ansabella berpendar biru redup.

"Kak Najwa, biarkan aku memberi sedikit energi pada Rey," pinta Ansabella.

Najwa pun beranjak dari samping Rey, lalu duduk di sebelah Raksa. Ansabella kemudian mengambil tempat Najwa, lalu duduk di samping Rey. Robot itu kemudian menutup matanya dan menggenggam tangan kiri Rey untuk mengalirkan energi.

Tak lama kemudian, akhirnya Rey membuka matanya dengan perlahan.

"Rey ... ," panggil Najwa ketika Rey baru membuka matanya.

Ansabella kembali berdiri dan membiarkan Najwa duduk di samping Rey.

"Mamah ... ," ucap Rey dengan nada sedih.

"Rey, kamu harus bisa mengendalikan dirimu, Rey," saran Raksa seraya menepuk pundak Rey.

Rey tak menghiraukan ucapan Raksa dan justru menatap Najwa dengan tatapan yang kosong.

"Gue tau lo orang yang kuat, Rey," ucap Najwa sambil memegang kedua tangan Rey dengan erat.

Raksa dan Syam kemudian memilih pergi keluar di ikuti oleh Ansabella. Mereka memberikan ruang untuk Rey dan Najwa karena mereka yakin bahwa hanya Najwa saja yang sekarang bisa menenangkan keadaan Rey saat ini. Meskipun ada sedikit kecemburuan Ansabella pada Najwa, tetapi keadaan tak memungkinkan baginya untuk merasakan hal itu sekarang.

Setelah kepergian Syam, Raksa, dan Ansabella. Rey masih tetap tak bersuara, meskipun Najwa terus mengajaknya bicara.
Sampai akhirnya Najwa mempunyai ide, ia lalu membawa Rey keluar dari kamar untuk jalan-jalan. Siapa tahu setelah jalan-jalan, Rey bisa sedikit melupakan kepergian Mamah Ririn. Najwa tidak yakin dengan hal itu, tetapi apa salahnya untuk mencoba sedikit menghibur Rey.

Najwa menarik paksa Rey untuk keluar hingga membuat Syam, Raksa, dan Ansabella tercengang bingung.

"Aku bawa Rey keluar bentar!" ucap Najwa.

.
.
.
.

Najwa membawa Rey ke sebuah danau yang cukup indah dan sepi.

"Rey, lihat danaunya, indah banget ya! Tapi kok sepi banget ya Rey, sayang aja gitu wisata sebagus ini tapi sepi, beda banget sama danau yang ada di dunia kita," tutur Najwa ketika mereka baru sampai.

Rey masih diam dan tak menanggapi perkataan Najwa.

"Rey, kita ke sana yuk, di sana ada perahu kecil, ayok kita naik itu!" Najwa menarik tangan Rey, tetapi Rey malah menghempaskan tangan Najwa dengan keras.

"Lo mikir nggak sih, Naj? Gue habis kehilangan orang yang teramat gue cintai dan lo seenaknya bertindak seakan nggak terjadi apa-apa?!" bentak Rey.

Bukannya takut atau sedih apalagi tersinggung, Najwa justru tersenyum tipis.

"Bukan itu maksud gue, Rey."

"Terus apa? Lo nggak pernah kehilangan, Naj. Karena itu lo nggak pernah ngerasain apa yang gue rasa!" tuduh Rey.

"Lo salah Rey, lo bahkan nggak tau kalo gue anak yatim piatu. Gue nggak punya adik, gue nggak punya kakak, dan gue hidup sebatang kara. Sekarang, gue cuma punya Ando dan Tante Joe."

Rey mengalihkan pandangannya dari Najwa dan kembali menggenggam tangan pemuda itu.

"Rey, gue harap lo nggak lupa kalau setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Meskipun lo dan kedua orang tua lo berpisah dari dunia ini, tapi mereka tetap ada di hati lo, raga mereka mungkin pergi, tapi jiwa mereka tetap ada di sisi lo, Rey," tutur Najwa sambil tersenyum.

"Mungkin kematian orang tua lo nggak setragis kematian orang tua gue."

Najwa tersenyum. "Iya Rey, lo bener, kematian orang tua gue memang nggak setragis kematian orang tua lo, tapi semuanya punya cerita sendiri. Apa lo mau denger cerita gue, Rey?" tanya Najwa seraya menatap wajah Rey yang kini sudah mulai tenang.

Rey pun menggangguk dan siap untuk mendengarkan cerita Najwa. Najwa lalu membawa Rey ke tumpukan batu yang tak jauh dari danau dan mereka duduk dengan santai di sana.

"Kejadiannya bermula ketika awal gue lulus SMP, Rey. Papah gue seorang ketua yayasan di sebuah sekolah swasta dan dia menyukai seorang murid di sekolah itu. Entah apa yang terjadi, tapi kemudian murid itu hamil dan yang bertanggung jawab atas semua itu adalah papah gue."

"Orang tua dari murid itu nggak terima, Rey. Mereka menuntut papah gue dan papah gue jelas aja nggak terima, Rey. Papah berusaha menculik murid itu, tapi papah justru terjebak dan tewas di tempat yang dia siapkan untuk jebakan."

"Mamah nggak bisa menerima kenyataan itu hingga akhirnya mamah sedih dan shock berat. Mamah mengurung diri sepanjang hari di dalam kamar, gue bingung harus apa waktu itu, Rey. Saat gue mendekat, mamah langsung marah. Waktu itu gue lihat mamah masukin serbuk ke dalam air, saat gue tanya itu serbuk apa, mamah bilang kalo itu hanya sebuah serbuk minuman biasa.  Beberapa lama kemudian, gue lihat mulut mamah gue udah berbuih, mamah kejang-kejang saat itu, sampai kemudian mamah menghembuskan nafas terakhirnya. Gue adalah saksi mata ketika mamah gue bunuh diri, Rey."

"Gue berpikir kalo semua orang di dunia ini nggak ada yang sayang maupun peduli sama gue. Setelah Tante Joe, mamahnya Ando bilang kalau serbuk yang mamah campurkan dalam minumannya itu adalah sebuah racun, gue punya niat buat ngelakuin hal yang sama dengan mamah, gue pengen bunuh diri juga dan gue pengen menghilang dari dunia ini, tapi setelah berpikir panjang, gue membatalkan niat untuk bunuh diri. Mungkin gue nggak punya seseorang yang sayang dan peduli sama gue, tapi gue masih punya diri gue. Ya seenggaknya gue sayang sama diri gue sendiri, karena kalau bukan gue yang sayang sama diri gue sendiri, siapa lagi yang bakal sayang sama gue, Rey." ucap Najwa panjang lebar.

Najwa kemudian menyeka air matanya yang turun, lalu kembali tersenyum.

"Mungkin cerita gue ngak setragis cerita lo Rey, tapi seengaknya kita pernah sama-sama kehilangan. Meskipun kita punya cerita yang berbeda, tapi seengak nya kita punya rasa kehilangan yang sama, Rey."

"Menurut pengalaman gue, berlarut-larut dalam kesedihan itu bukanlah hal yang baik, justru lo bakal merasa tambah sakit, tapi kalau lo menyikapinya dengan cara bangkit dan ikhlas, maka rasa sakit itu akan sedikit berkurang, Rey"

"Tapi gue nggak bisa ngelupain semua ini, Naj."

"Gue nggak minta lo buat ngelupain semua ini Rey, gue cuma nggak mau lo berlarut-larut dalam kesedihan dan gue juga nggak akan ngebiarin lo sakit karena kesedihan itu Rey, gue siap buat nemenin lo buat bangkit. Ngomong-ngomong, setelah lo mendengar cerita hidup gue, apa lo ilfeel sama gue, Rey? Karena gue bukan anak dari keluarga yang baik-baik."

Rey menggelengkan kepala. "Apapun status lo, gue nggak peduli Naj. Hari ini gue baru sadar kalau cewek yang lagi duduk di depan gue ini adalah cewek yang super kuat. Gue nggak nyangka kalau cewek yang cantik dan  selalu terlihat ceria ini pernah melewati banyak hal yang begitu berat."

"Tapi gue tetep nggak sehebat lo, Rey."

"Jangan merendah Naj karena itu akan membuat lo tambah sempurna di mata gue."

"Bisa aja lo, Rey!"

"Gimana cara lo supaya tetep bisa ceria dan sesantai seperti sekarang?"

"Sebenernya gue juga nggak sekuat yang lo lihat, Rey. Dulu setiap gue inget orang tua gue, rasanya tu kesel banget tapi kangen juga. Keluarga kecil yang dulunya penuh kebahagian eh malah hancur seketika. Gue berusaha buat nggak nginget kejadian itu lagi dan berusaha buat sibukin diri gue. Itu sangat berat, tapi akhirnya gue dapat nglewatin masa-masa itu."

Tanpa disadari, Rey tersenyum haru ketika mendengar penjelasan Najwa.

"Naj, gue suka sama lo," ucap Rey tiba-tiba.

Najwa terkejut, tapi pipinya merona. "Makasih Rey karena setelah lo bilang hal ini, gue merasa kalo selama ini cinta gue nggak bertepuk sebelah tangan. Thank you so much, Rey."

"Karena kita sama-sama suka, lo mau nggak kalo kita resmiin aja hubungan kita?"

"Pacaran maksudnya?"

"Gue sebenarnya nggak mau pacaran gue maunya langsung nikah!"

Najwa sedikit terkejut mendengar penyataan Rey.

"Kenapa? Nggak mau, ya?" tanya Rey saat melihat Najwa terkejut.

"Kalo lo yang minta, mana bisa gue nolak," ucap Najwa sambil tersenyum haru.

Najwa beranjak dari duduknya, lalu melepas cincin pemberian Kevin yang masih tersemat di jari manisnya. Ia kemudian melempar cincin itu ke dalam danau.

"Naj, tapi gue belum bisa kasih lo cincin."

Najwa menggelengkan kepala. "Udah ngak papa, kok! Lo tau? Gue denger lo suka sama gue aja, gue dah seneng banget."

Rey mengelus rambut Najwa. "Tapi gue bisa kasih sesuatu. Naj, tutup mata lo sekarang."

Najwa pun menuruti perintah Rey untuk menutup matanya hingga sebuah kecupan pun mendarat di keningnya.

"I love you, Rey," ucap Najwa sambil memeluk Rey dengan erat.

"I love you too, baby," balas Rey.

Hari semakin larut dan mereka berdua pun kembali ke apartemen dengan penuh rasa cinta.

"Naj, lo udah tau soal zildan?" tanya Rey ketika mereka sedang menuju ke Apartemen.

"Iya udah kok, kenapa Rey?"

"Berkat adanya Zildan mungkin beberapa masalah teratasi, tapi gue pengen jadi diri gue seutuhnya, gue pengen menyelesaikan masalah gue bukan karena kepribadian lain dari gue."

"Yaudah, nanti kita cari cara supaya lo jadi Rey Zildan Brasdan seutuhnya."

"Udah tau nama panjang gue, Naj?"

"Hehe ... Iya dong!"

"Naj, gue emang belum pernah pacaran sama sekali, tapi yang gue tau, kalo orang pacaran itu ngomongnya pake aku kamu, terus pake panggilan kesayangan juga. Itu sih, yang gue lihat dari Ando dan pacarnya dulu."

"Jadi, lo mau kita ngomongnya pake aku kamu terus pake panggil kesayangan?"

"Iya aku maunya gitu, biar nggak kalah sama Ando, pfft," canda Rey.

"Ya udah, ayo!"

"Ke mana?"

"Kita pake panggilan aku-kamu, Sayang."

"Ohhh, kirain ke KUA."

"REY!!" teriak Najwa karena gemas dengan tingkah Rey yang selalu membuatnya salah tingkah.

Rey tertawa lebar dan terus meledek Najwa sampai di apartemen.

Ketika sudah sampai di apartemen, mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran Ansabella di depan pintu masuk.

"Rey, besok kita akan pulang ke asalmu. Aku akan datang ke sana untuk mengambil kedua Robot AI milik Ririn. Kedua robot itu akan aku nonaktifkan dan setelah itu aku juga akan memberitahukanmu sebuah hal. Ya sudah, itu saja Rey. Aku akan segera kembali ke laboratorium."

Rey menatap kepergian Ansabella yang kali ini terlihat sangat janggal.

"Rey ..."

Rey menoleh ke arah Najwa.

"Mata Ansabella berpendar orange dan aku baru pertama kali melihatnya. Kejar dia sekarang, Rey. Aku yakin kalau sekarang dia sedang memendam sesuatu. Pergilah dan tanyakan hal itu padanya." ucap Najwa khawatir.

Rey lalu mengangguk dan meninggalkan Najwa di depan pintu apartemen.

*****

Hai guys, aku kembali lagi.

Hari ini up bab baru lagi dan semoga kalian suka 😘

Jangan lupa buat selalu dukung kami dan tunggu bab cerita ini selanjutnya 😉

Love by Gadistina to all readers 💕💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top