20 -- Rey, kau itu ...
Zildan adalah karakter lain yang memiliki nama sendiri, memiliki kehidupan sendiri, dan juga pribadi yang jauh berbeda dengan Rey. Tubuh mereka satu, tetapi keduanya adalah dua bagian yang berbeda.
Ketika tubuh Rey diambil alih oleh Zildan, pribadi Rey yang asli takkan tahu apa yang Zildan lakukan dengan tubuhnya. Namun saat Rey yang melakukan sesuatu dengan tubuhnya, Zildan akan mengetahui semuanya.
"Gue ada di mana?" ucap Rey yang mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan asing yang bernuansa putih.
Rey kemudian beranjak dari ranjang dan sedikit heran dengan wajahnya yang terlihat sedikit biru di beberapa bagian. Dia membuka pintu, lalu pergi dari ruangan untuk mencari seseorang yang telah membawanya ke tempat asing.
Pandangan Rey menelusuri setiap ruangan dengan bingung. "Bangunan ini terlihat seperti rumah untuk para peneliti. Gue pernah lihat hal yang gue lihat sekarang di salah satu film sci-fi, tapi sekarang gue ada di mana?" gumamnya sambil terus mengamati satu-persatu sudut bangunan.
Ketika sampai di ruangan yang terlihat berdiri sendiri dan tampak begitu terang, Rey menghentikan langkah dan mengerutkan dahi. Dia menatap ke arah jam tangan yang sudah menunjukkan pukul duabelas. Ia kemudian mendongak dan menatap langit yang terlihat gelap.
"Hari udah begitu malem, tapi di sini terlihat begitu terang dengan banyak lampu," gumam Rey yang kemudian berjalan mendekati ruangan itu.
Rey mengetuk pintu dengan perasaan yang sedikit ragu, takut, tapi juga penasaran.
Derit pintu besi itu kemudian terdengar dan muncul seorang pria yang tengah menggunakan jas lab.
"Eoh? Kau sudah bangun, Rey?" tanya pria itu dengan ramah.
Rey mengerutkan dahi karena bingung. "Syam? Ah, maksudku, kau Pak Syam, 'kan?"
Pria itu tertawa kecil, lalu menepuk bahu Rey pelan. "Kami sudah berjumpa dengan Delina. Kau tidak lupa dengan dia, 'kan?"
"Delina?"
"Iya, Delina adalah Ansaella. Kau menyebutnya sebagai Bella, kau lupa?"
Rey menganga tak percaya saat nama Bella sudah disebut. "Di mana dia sekarang?" ucapnya tak sabaran.
Syam tersenyum tipis, lalu membawa Rey masuk ke dalam ruangan.
Rey berharap jika hal yang baru saja dia dengar adalah hal nyata dan bukan sebuah mimpi. Dia sudah tak bertemu dengan Bella sampai lima tahun dan ia juga sempat melupakan robot itu.
"REY?!!"
Suara lembut itu kembali menyapa pendengaran Rey. Pendar mata yang sering berubah-ubah itu kembali ia lihat. Wajah ayu dari sahabatnya kembali terlihat.
"Bella ... ," bisik Rey dengan mata yang berkaca-kaca.
Ansabella yang sedang sibuk merancang sebuah alat, kini meletakkan semua alat yang ia gunakan dan berjalan ke arah Rey dengan mata yang berpendar biru terang.
Rey menerima pelukan Ansabella dan memeluk robot itu dengan begitu erat. "Kukira kau hanyalah sebuah mimpi tidur untukku, Bella. Mamah nyembunyiin ini semua dan baru bilang padaku beberapa waktu yang lalu, kalo selama ini kamu adalah sosok yang nyata. Ke mana kamu pergi selama ini, Bella?"
Ansabella tak menjawab pertanyaan Rey dan lebih memilih untuk diam agar dapat memeluk sahabat yang sudah sangat ia rindukan. Waktu berjalan dengan begitu lama. Jika Rey mengatakan mereka sudah berpisah selama lima tahun, maka Ansabella yang sudah masuk ke dalam kehidupan masa kecil Ririn bisa berkata kalau mereka sudah berpisah dalam jangka waktu yang sangat panjang. Jarak dan dimensi waktu telah memisahkan keduanya.
"Ekhem ... Apa kalian hanya akan berpelukan sepanjang hari tanpa melihat keberadaan kami di sini?" tanya Raksa iseng.
Rey tersentak kaget dan buru-buru melepas pelukannya. Pipinya bahkan sampai bersemu merah karena terlalu malu dengan apa yang sudah dia lakukan, sementara Ansabella menatap Raksa dengan mata yang berpendar kuning.
"Oke, oke, jangan berkelahi di sini. Delina, Raksa, kita ada di lab bukan untuk bermain. Kembalilah ke posisi kalian masing-masing sekarang," lerai Syam.
Raksa dan Ansabella mengiyakan perintah Syam, kemudian kembali sibuk dengan peralatan mereka.
"Rey, apa kau tak ingin tanya mengapa kau bisa ada di sini?" tanya Syam.
Rey yang fokus menatap kegiatan Ansabella dengan kebahagiaan yang membuncah, seakan kembali tertarik ke dalam kehidupan nyatanya lagi.
"Iya, sebelum saya bertemu dengan Bella, saya ingin menanyakan hal ini. Apa anda bisa menjawab semua pertanyaan saya?"
Syam tersenyum tipis, lalu mengajak Rey untuk duduk di sofa yang ada di pojok ruangan.
"Rey, kau datang ke sini karena ulah karakter lain dalam tubuhmu. Selama ini, kami sebenarnya sudah menyembunyikan fakta darimu. Namun untuk saat ini, aku ingin mengatakan beberapa hal tentang dirimu. Rey, sejak kematian ayahmu, kau mengidap penyakit mental yang bisa kusebut dengan kepribadian ganda. Kau hidup sejak itu bersama karaktermu yang lain tanpa kau sadari. Selain itu, ada fakta lain yang jauh lebih buruk dari itu. Apa kau siap mendengar semuanya?"
Rey menganga dan menatap Syam dengan pikiran yang berkelana jauh. Kepribadian ganda bukanlah sebuah penyakit mental yang sepele, tetapi Syam bilang ada fakta lain yang jauh lebih buruk?
"Jika aku mengetahui semua fakta itu, apa yang akan terjadi padaku?" tanya Rey ragu.
Syam menatap Rey dengan iba. "Kemungkinan terburuknya adalah kondisi kejiwaanmu semakin memburuk, sementara kemungkinan yang aku harapkan adalah kau tetap semangat untuk hidup dan menyelesaikan apa yang belum kau selesaikan. Bagaimana?"
Rey terdiam dan mulai memikirkan apa yang akan ia dapatkan setelah ini. Apakah dia akan mampu menerima semua fakta yang akan Syam sampaikan?
"Aku beri waktu untukmu sampai besok, sekarang kembalilah ke kamarmu dan pikirkan semua hal ini," ucap Syam tiba-tiba.
Lamunan Rey buyar seketika saat Syam sudah beranjak dari sofa dan berniat untuk pergi.
"Fakta yang akan kau beritahu padaku mungkin akan membuat diriku down untuk sementara waktu, tapi jika kau tak memberitahu hal itu, maka aku akan hidup dalam kepalsuan untuk lebih lama lagi. Mister, kau bisa memberitahu diriku saat ini juga," ucap Rey yang membuat Syam berbalik menatapnya.
"Kau siap dengan semua konsekuensinya?"
Rey mengangguk.
"Aku akan memberi tahumu dengan sesingkat-singkatnya, Rey. Jadi begini ...
Pertama, ibumu sudah ada di lab ini sejak lama. Kami menyimpannya di sini agar MadCow-30 yang ia miliki tidak semakin menyebar ke orang-orang terdekatnya.
Kedua, orang yang selama ini kau anggap ibu untukmu, dia sebenarnya adalah Robot AI juga sama seperti Robot AI ayahmu. Robot itu juga yang memesan Robot AI Brasdan ketika tahu bahwa ayahmu sudah mati.
Ketiga, pelaku pembunuhan itu adalah Kevin, dia membunuh ayahmu agar Virus MadCow-30 tak terdeteksi di tahun 2012 demi ketenangan. Kevin berencana untuk membunuh kedua orangtuamu karena hal itu dan juga berusaha untuk menyingkirkan Delina karena alasan yang lain.
Keempat, hanya kau yang bisa kami selamatkan dari virus mutasi itu, tapi Zildan yang sekarang sering muncul membuat kami sulit untuk mencari waktu demi mengatakan semua ini padamu.
Kelima, Zildan mungkin adalah karakter lain yang berdiri sendiri, namun dia juga adalah dirimu sendiri. Rey, ketika kau mampu untuk menghadapi tekanan hidup tanpa perasaan yang bergejolak, karakter itu akan jarang untuk terlihat.
Keenam, Bella datang ke sini untuk mengatakan sesuatu padamu. Hal penting itu tak bisa kukatakan sendiri padamu, Rey.
Itu adalah beberapa hal yang belum kau ketahui sampai hari ini aku memberitahu semuanya. Apa kau baik-baik saja, Rey?"
Rey menyangga kepalanya dan terlihat kalut dengan fakta yang baru saja dia ketahui. Ia kemudian menatap Syam dengan tatapan yang terluka. "Kapan Mamah pergi dari rumah?" tanyanya.
"Ririn adalah seorang ilmuwan, dia datang ke sini setelah Robot AI yang ia pesan sudah siap dan tinggal diaktifkan. Dia datang ke sini ketika menyadari bahwa MadCow-30 yang ia derita sudah semakin sulit untuk dikendalikan. Ririn meninggalkan rumah satu tahun sebelum kematian Brasdan untuk pergi ke sini. Rey, kau harus tahu kalau saat ini dirimu sedang ada di masa depan dari dimensi waktu yang berbeda."
Airmata yang sudah Rey tahan sejak tadi, kini jatuh membasahi pipi. "Bisakah aku tahu alasan lain yang membuat Kevin ingin menghabisi Ayahku dan juga berencana ingin menyingkirkan Bella?"
Syam menghela napas dan iba dengan keadaan jiwa Rey.
"Kevin adalah robot pertama yang diciptakan ayahmu sebelum Delina. Dulu dia begitu berharga bagi Brasdan, hingga tiba-tiba hal yang buruk terjadi pada mereka. Ilmuwan dari Las Vegas yang juga adalah rival dari ayahmu berhasil menyelundupkan sebuah virus berbahaya yang membuat kerusakan pada sistem yang ada di dalam tubuh Kevin. Robot ayahmu mulai bertingkah aneh dan sering kehilangan kendali. Ayahmu akhirnya membawa Kevin ke Las Vegas untuk diperbaiki. Butuh waktu lama, sampai akhirnya Brasdan menciptakan Delina dan mulai memperkenalkan robot itu pada dirimu. Brasdan adalah orang yang pelupa dan ia bahkan sampai tak ingat dengan keadaan Kevin di Las Vegas. Kevin yang diciptakan ayahmu itu memiliki sensor rasa dan itu yang membuat Brasdan jadi terjebak sendiri dalam apa yang ia kembangkan. Kevin masih menahan diri dan menjaga keluarga kalian dari jauh hingga berita tentang MadCow-30 sampai juga padanya. Kevin prihatin dengan keadaanmu yang sudah memiliki kepribadian ganda dan masih juga harus menerima MadCow-30 menetap ditubuhmu. Dia berusaha untuk mencari jalan keluar, tapi tak ada jalan lain yang bisa dipilih selain kematian. Saat MadCow-30 sudah terlalu lama di dalam tubuh seseorang, virus mutasi itu membuat penderitanya gila karena terlalu sakit untuk menahan sakit yang terasa seperti mengalir di tubuh mereka. Syaraf penderita perlahan rusak dan membuat mereka mati secara perlahan. Rey, itu bukan hal yang diinginkan Kevin, robot itu perasa. Hanya saja, karena kesalahpahaman atau karena terlalu lelah untuk menjadi robot yang sabar, Kevin berubah total."
Rey menyeka airmata di pipinya dan berpikir kalau hidupnya benar-benar seperti potongan sebuah film.
"Kevin mungkin terlihat jahat, tapi dia tidak ingin keluarga kami terluka lebih lama. Dia sudah berusaha keras ..."
Syam menghela napas dan mengangguk pelan. "Kevin jatuh cinta pada Najwa yang kami bawa ke sini, tapi ternyata Najwa lebih memilih Raksa. Kau tahu, Rey? Kevin benar-benar sulit untuk dikendalikan ketika jatuh cinta. Sensor rasa yang ia miliki, terlalu besar untuk menguasai seluruh sistemnya. Sama seperti manusia yang sering kali tak mampu untuk menahan diri saat patah hati, Kevin juga berubah karena Najwa lebih memilih Raksa."
Semua hal yang sudah Syam jelaskan membuat Rey benar-benar bingung dengan apa yang akan dia lakukan untuk ke depannya. Bagaimana ia akan menghadapi semua hal itu sekarang?
"Rey, temuilah Delina setelah kami istirahat. Dia ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu," pinta Syam sebelum beranjak dari sofa untuk kembali bekerja.
Rey mengangguk lemah dan kembali merenungkan fakta yang baru dia ketahui sekarang.
"Aku harus kuat untuk menghadapi semua hal ini, tapi apa aku bisa?"
.
.
.
.
"Kamu nunggu lama, Rey?"
Rey mendongak dan tersenyum lebar saat Ansabella sudah datang.
"Kamu apa kabar? Sudah cukup lama kita nggak bertemu. Apa selama ini kamu baik-baik aja?" ucap Rey sambil menggenggam tangan Ansabella dengan khawatir.
Mata Ansabella berpendar biru redup. "Aku rindu kamu, Rey. Dulu kita sangat deket, tapi sejak beberapa hal terjadi, kita harus berpisah. Rey, sebelumnya aku minta maaf jika apa yang akan aku katakan punya kemungkinan besar untuk buat kamu semakin sedih. Namun, aku harus memberitahukan ini pada kamu lebih awal agar saat hal itu terjadi, kamu nggak akan merasakan sedih yang berlapis. Rey, kau tahu? Aku dan kedua ilmuwan itu sedang merancang alat agar bisa menghancurkan Kevin."
"Sistem yang ada di tubuh robot itu sudah tak bisa kami perbaiki lagi. Virus yang dulu pernah masuk ke dalam tubuh Kevin ternyata masih tersisa. Awalnya Kevin sudah bisa kembali beroperasi dengan normal, tapi karena dia terlalu sering aktif dan jarang untuk melakukan pembersihan pada sistem, virus yang tersisa berkembang menjadi banyak dan justru menjadi lebih ganas dari sebelumnya. Peng-upgrade-an di Las Vegas mungkin membuat robot itu semakin kuat, tapi sayangnya hal itu juga memiliki efek samping untuk Kevin. Virus yang tersisa harusnya sudah jinak dan sedikit, tapi karena sensor rasa dari robot itu merespon keadaan sekitar dengan cara yang berlebihan, itu membuat sistem software Kevin bekerja terlalu keras dan menimbulkan error."
Rey melepas genggaman tangannya dari Ansabella. "Tapi selama ini Kevin sudah berusaha dan bekerja banyak untuk keluargaku, Bel. Sebelum dan sesudah kau ada dalam keluarga kami, dia selalu berusaha untuk mendedikasikan dirinya."
Mata Ansabella berpendar merah redup. "Dia yang udah bunuh papah kita, Rey. Kamu nggak inget hal itu?"
Rey mengangguk dan tersenyum sendu. "Aku tahu hal itu dan sejujurnya aku juga marah dengan Kevin, tapi kalo kita berusaha untuk melenyapkan dia, perjuangan papah agar kita menjadi orang yang lebih baik akan sia-sia. Kalo kita dendam dengan dia, itu artinya kita sama dengan mereka. Bel, kita nggak bisa untuk melakukan hal yang buat papah sedih di atas sana. Ketimbang buat alat untuk ngancurin dia, kenapa kita nggak buat alat atau serum untuk ngembaliin dia jadi bener lagi? Kita bisa ngelakuin hal itu, Bel."
"Rey, kamu tuh terlalu baik untuk dunia yang jahat. Kenapa kamu masih begitu baik untuk apa yang sudah Kevin lakukan pada kita?"
Rey tersenyum, lalu merangkul Bella. "Papah yang ngajarin kita buat jadi orang yang pemaaf. Dia selalu bilang pada kita untuk memaafkan kesalahan orang lain karena memaafkan tidak dipungut biaya. Bukankah memaafkan itu jauh lebih mulia daripada kita menyimpan dendam?"
"Oke, oke, baiklah kalo itu maumu, kami akan menuruti keinginanmu. Rey, coba deh kamu tutup mata,"
Rey mengerutkan dahi karena bingung. "Kenapa?"
"Sudahlah, tutup aja matamu sekarang. Sebentar aja ... ."
Rey menghela napas, kemudian pasrah pada permintaan Ansabella.
Ansabella kemudian menatap Rey dengan senyum lebar. Robot itu memajukan tubuhnya, lalu mengecup hidung Rey. Ia langsung beranjak pergi setelah melakukan hal itu.
Rey membuka mata dan menyentuh hidungnya dengan pipi yang bersemu merah.
"Ini bukan pertama kalinya dia mencium hidungku, tapi kenapa aku selalu saja menyukai hal itu? Apa sekarang aku sudah gila?"
*****
Hai guys ...
Aku kembali lagi dengan bab baru 😊
Bagaimana menurut kalian?
Apa kalian suka? 🤣
Tau nggak? Setelah nulis adegan yang ada di ujung cerita ini, aku jadi baper 😆
Maaf ya kalo rada cringe 😅
~~Mphii 💜💜💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top