13 -- Pilihan yang sulit

Malam hari pun tiba ...

Rey dan kedua temannya sudah berada di teras penginapan sambil menunggu kedatangan Najwa dan yang lain.

"Mereka belum balik dari warteg juga, Ndo?" tanya Zulfan sambil menggosok tangannya yang terasa dingin.

"Najwa bilang mereka lagi dalam perjalanan pulang. Gue heran kenapa dari tadi, mereka lama banget. Warteg ke penginapan 'kan kagak gitu jauh. Apa mereka mampir dulu ya?" ucap Ando yang tak melihat notifikasi lagi dari ponselnya. Dia cukup khawatir kalau mengingat Najwa yang baru pulang setelah lima tahun menghilang.

Ando beranjak dari bangku, lalu berencana untuk menyusul Najwa dan kedua temannya.

"Lo mau ke mana, Ndo?" tanya Rey.

"Kalian berdua tetep di sini aja, gue mau nyusul Najwa. Gue khawatir kalo nanti terjadi sesuatu dengan dia," ucap Ando kalut.

Rey menatap Zulfan, lalu memberi isyarat untuk ikut bersama Ando.

"Kita berdua bakal nemenin lo. Kagak mungkin gue biarin lo pergi sendiri. Ini udah hampir jam delapan malam dan udara juga udah semakin dingin. Gue juga khawatir kalo misal Najwa sampe kenapa-napa. Udah, ayo kita susul mereka!" Rey tak membiarkan Ando berkilah tentang apapun dan langsung beranjak dari bangku untuk pergi.

Ando lantas mengangguk dan mulai mengikuti Rey dari belakang.

.
.
.
.

"Kenapa kita berhenti di sini? Ini udah malam, Naj. Lo kagak takut kalo misal ada setan di pohon ini? Ayok kita pulang, Ando dan kedua temennya pasti udah nunggu lama," keluh Ara yang menatap keadaan sekitar dengan horor.

Najwa tak menanggapi ucapan Ara dan justru menatap pohon yang ada di hadapannya dengan perasaan takjub.

"Pohon ini yang dimaksud Rey tadi siang. Dia bilang kalo di desa ini, ada pohon besar tua yang udah ada sejak puluhan tahun. Pohon ini indah banget," komentar Najwa kagum.

Naura sendiri diam-diam mengiyakan ucapan Najwa tentang pohon yang ada di depannya. Sebatang Pohon Red Maple jenis Acer Laurinum yang berasal dari Indonesia.

"Ucapan Najwa tentang pohon ini memang bener, ni pohon indah banget. Tapi ucapan Ara juga harus kita perhatikan. Ando dan kedua temennya pasti udah nunggu lama. Ayo, kita pulang saja sekarang!"

Naura menatap Najwa dan Ara sampai keduanya mengikuti ucapannya agar segera kembali ke penginapan.

Najwa mengangguk lantas berbalik membelakangi pohon itu hingga Ara merangkulnya.

"Lo bisa ke sini lagi besok. Sekarang kita harus kembali," hibur Ara sambil mencubit hidung Najwa.

Najwa menghela napas lalu memutuskan untuk beranjak dari pohon itu.

Saat ketiga gadis itu baru melangkah beberapa langkah, sebuah cahaya aneh, tiba-tiba muncul dari Rumah Joglo tua yang tak jauh dari pohon itu.

"Kakak, terima kasih karena sudah menolongku lagi seperti lima tahun lalu, terima kasih karena kau masih membawa alat dari 2034. Alat milik kakak membuat sensor dalam tubuhku kembali aktif dan membuat tubuh ini hidup kembali."

Najwa mematung ketika mendengar ucapan seseorang yang saat ini tengah ia cari. Dia berbalik dan mencari sumber suara itu.

Mata Najwa berkaca-kaca, saat melihat Ansabella muncul dari dalam Rumah Joglo itu dalam keadaan yang sangat kotor. Dia tersenyum lebar lantas berlari untuk menghampiri Ansabella tanpa mempedulikan sikap Ara dan Naura.

"Kau? Bagaimana kau ada di sini? Bella, kau harus bertemu dengan Rey sekarang. Ayo, kau harus ikut denganku!" cerocos Najwa sambil mengecek keadaan Ansabella.

Mata Ansabella berpendar biru redup, "Kak, alat yang kakak bawa ini telah menghidupkan sensor dalam tubuhku agar dapat berfungsi kembali. Sejak dua puluh tahun yang lalu, Ririn pergi ke kota untuk menikah dengan Han setelah aku rusak dan tak dapat diperbaiki lagi. Aku mencoba mengubah takdir agar dia tak merasakan lagi apa yang sudah ia alami," ucapnya lirih.

Najwa menatap Ansabella dengan bingung. Bukankah robot tersesat di masa lalu ibunya Rey dari dimensi yang berbeda?

"Kak, aku tersesat di dimensi sama dengan yang ada di sini. Lima tahun lalu, sensor tubuhku melemah karena sudah lama tak di upgrade. Kakak datang membawa alat itu, yang secara tak sadar sudah kakak rancang juga sebagai alat untuk meng-upgrade Robot AI yang sudah rusak. Orang yang membantu kakak saat ada di tahun 2034, dulunya adalah orang sama yang mengajari Brasdan untuk merancangku. Sepertinya di tahun 2034, dia berhasil menyempurnakan rancangan itu. Kakak hebat karena dapat merakit setiap komponen sesuai dengan arahan dia. Waktu itu, apa Mrs. Anne masih sehat, Kak?"

Penjelasan Ansabella telah membuat Najwa menatap takjub pada robot itu dan juga gelang yang ia pakai.

"Mrs. Anne masih terlihat sangat muda saat bertemu denganku. Dia terlihat seperti seorang bule yang mungkin baru masuk fakultas. Aku bahkan memanggilnya dengan sebutan Nona," ucap Najwa takjub.

"Mrs. Anne tak pernah berubah, dia melakukan banyak perawatan agar tetap bisa menjaga kecantikan yang dia miliki. Wajahnya baby face dan itu juga yang membuatnya tak terlihat semakin tua," tambah Ansabella.

Najwa mengangguk paham lantas membawa Ansabella pada Ara dan Naura yang memandangnya dengan takut sekaligus takjub.

"Kalian tak perlu takut dengan Ansabella. Dia adalah robot yang baik. Dia adalah Delina yang sedang Rey cari," ucap Najwa sambil tersenyum lebar.

"Naj, hal ini sangat membingungkan kami. Kenapa Delina kita temukan di sini? Lalu, siapa yang selama ini bersama keluarga Rey? Satu lagi, WAJAH DELINA TERLIHAT MIRIP DENGANMU SAAT KAU BARU BERUMUR 12 TAHUN. Naj, wajahmu sekarang berubah karena kau sendiri sudah berumur 25 tahun. Kalian terlihat seperti kakak beradik," ucap Ara.

Najwa tersenyum tipis, lantas menatap ke arah Ansabella.

"Kalian bisa mengibaratkan, bahwa hidup seperti sebuah roda yang berputar. Aku dibuat pada tahun 2010 untuk pergi ke masa lalu agar dapat memperbaiki masa depan. Aku tak bisa memperbaikinya dan membuat ibu Rey pergi, setelah aku berhenti beroperasi. Dari dulu aku mengatakan, bahwa kehadiranku telah membuat banyak kekacauan. Kali ini aku hidup kembali dan aku sudah memutuskan untuk mati total setelah pamit dengan Rey. Aku ingin melihatnya hidup dengan baik tanpa mencari keberadaanku lagi. Kalau kau masih tak mengerti juga, kau bisa memahami kisahku yang 11/12 mirip dengan Doraemon. Pada akhirnya, robot seperti kami, akan pergi untuk selamanya, ketika sudah melihat tuannya hidup dengan baik dan merasa bahwa tugas yang diemban sudah berakhir."

Najwa menatap sedih Ansabella, ketika robot menjelaskan sesuatu yang membuat matanya berpendar kuning.

Naura melangkahkan kakinya untuk mendekati Ansabella. Gadis itu lantas memeluk robot yang dicari oleh Rey dengan perasaan yang campur aduk. Ara yang tersentuh dengan ucapan Ansabella pun ikut memeluk robot itu dengan erat.

Mata Ansabella berpendar biru cerah saat menatap Najwa yang terlihat prihatin dengan hidupnya. Pelukan dari seseorang membuat robot itu semakin yakin untuk segera bertemu dengan Rey.

Saat mereka tengah dalam drama yang cukup memilukan, seorang pemuda memilih pergi dari persembunyian dengan airmata yang mengalir di kedua pipinya.

"Rey, kenapa kita tak menghampiri mereka aja. Lo yakin ingin kembali ke penginapan?" tanya Zulfan khawatir.

Rey mengangguk pelan. "Gue pengen menenangkan diri untuk sementara waktu, Fan. Ucapan Bella membuatku sulit untuk berpikir jernih," ucapnya lirih.

Rey lantas melangkah pergi menuju penginapan dan meninggalkan kedua temannya. Zulfan dan Ando menghela napas secara bersamaan, lalu memutuskan untuk mengikuti langkah Rey.

.
.
.
.

Ketika Rey sedang berada di kamar untuk merenungkan ucapan Ansabella, lubang hitam muncul dari dinding kamarnya. Bersamaan dengan Zulfan dan Ando yang masuk ke kamar, Kevin beserta kedua temannya muncul.

"Rey, kami sudah menemukan lagi sinyal dari Delina yang hilang sejak lama. Kami akan segera menemukan dia dan menurut dari alatku, dia ada di daerah ini. Kau akan ikut kami untuk pergi, 'kan?" ucap Raksa dengan antusias.

Rey menoleh ke arah Raksa dan menatapnya dengan datar.

"Siapa kalian sebenarnya dan alasan apa yang membuat kalian menginginkan Bella? Dia diciptakan oleh teman kalian yang sudah mati untuk tetap berada di sisiku. Kalian tak berhak untuk mengambilnya," ucap Rey serius.

Kevin tersenyum miring, lantas menghampiri Rey. "Dia yang ingin pergi darimu karena merasa sudah mengacaukan kehidupan orang yang sudah membuatnya. Kami datang ke sini karena atas keinginannya. Kalau kau tak mau menyerahkan Delina, maka Najwa akan ikut kami pulang. Lagipula, dia juga adalah tunanganku," jelasnya santai.

Wajah Rey memerah padam setelah mendengar ucapan Kevin. Apa pria asing itu tengah mencoba mengancamnya? Najwa adalah tunangan Kevin? Sejak kapan?!!

"LO COBA UNTUK ANCAM GUE, HAH?!! LO NGGAK PUNYA HAK BUAT AMBIL DELINA ATAUPUN NAJWA!!" teriak Rey.

Zulfan dan Ando lantas maju untuk menahan Rey yang sebentar lagi akan kehilangan kendali. Mereka tak mau kalau Rey sampai membangunkan karakter lain dalam diri pemuda itu.

Ya, Rey memang punya kepribadian ganda. Karakter Rey yang lain akan muncul ketika dia sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Mungkin saja, pembunuh dari Om Brasdan adalah karakter lain Rey, tapi bagaimana orang-orang akan membuktikan hal itu?

Zulfan dan Ando sudah berusaha untuk tetap menjaga Rey agar tak memunculkan karakternya yang lain. Mereka ingin membantu Rey untuk menemukan dirinya sendiri. Mereka ingin agar Rey segera memberitahu keberadaan Tante Ririn yang selama ini telah disembunyikan oleh karakternya yang lain.

"Mr. Kevin, anda jangan membuat lebih banyak keributan dengan Rey. Bapak tidak malu, jika sekarang ingin menggoda anak kecil untuk menyerahkan mainannya?" tegur Zulfan sarkas.

Kevin tertawa lebar ketika teguran Zulfan terdengar kurang yakin di telinganya.

"Kami ingin berdiskusi dengan Zildan, Nak. Kami ingin bertemu dengan Zildan yang tegas bukan malah bertemu Rey yang konyol. Kalau kau mau Rey cepat kembali mengambil alih tubuhnya, maka jangan tekan Zildan untuk tak muncul. Semakin kalian menekan sahabat kalian, maka bersiaplah untuk menerima kalau karakter Zildan akan mengambil alih tubuh Rey untuk selamanya. BIARKAN ZILDAN KELUAR SEKARANG!!"

Kevin menonjok Zulfan dengan sekuat tenaga dan membuat pemuda itu tersungkur.

"Jangan ganggu teman Rey, brengsek!! Urusan lo dengan gue, bukan dengan si konyol Rey. Mari kita diskusikan hal ini di tempat lain."

Ando menatap pasrah pada Rey yang sekarang harus tenggelam dalam karakternya yang lain. Pemuda itu melihat kepergian Rey dan ketiga pria itu dengan wajah yang suram.

"Ndo, bantu gue buat berdiri. Perut gue sakit gegara tuh alien nonjok gue. Jangan berdiri mulu ..., ssshh ...," tegur Zulfan yang membuat Ando sadar dari lamunannya.

Ando membantu Zulfan berdiri sambil mengomel. "Kita berdua sekarang harus kehilangan Rey juga. Kenapa karakter Rey yang satu ini selalu saja menjengkelkan, sih! Fan, gue dah muak dengan Kevin. Karena kemunculannya dulu, keluarga Rey menjadi semakin hancur. Kevin menghasut Zildan agar berpihak padanya. Gue kesel, Fan!!"

Zulfan tak menanggapi ocehan Ando yang terdengar selalu sama, ketika Zildan pergi bersama Kevin. Dia sudah sangat terbiasa sejak mereka berteman dengan Rey dulu.

"Telepon dokter pribadi gue buat dateng, Ndo. Untuk masalah Rey, kita juga harus memberi tahu semua hal ini pada Najwa dan Ansabella. Mereka berhak tau kondisi psikis Rey yang sebenarnya," perintah Zulfan saat Ando membantunya untuk berbaring di ranjang.

Ando mengusap wajahnya dengan kasar, dia lantas menelepon Dr. Joe untuk datang. Ya, dokter pribadi Zulfan adalah ibunya Ando.

Banyak hal yang terjadi di luar pemikiran seseorang. Ekspektasi hanyalah sebuah harapan, sedangkan realita adalah sebuah kenyataan. Mereka bisa berharap, tetapi pada akhirnya, kenyataan yang harus mereka terima.

*****

Hay guys ..., bagaimana dengan bab ini? Kalian suka?🙂

Makin penasaran?😂

Kalau iya, tunggu kelanjutannya di part yang baru😘

~~~Mphii 💜💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top