06 -- Pantai Ancol (pt. 01)

Flashback

Hari ini Najwa dan beberapa temannya sedang merencanakan liburan panjang mereka di tengah semester.

"Guys, liburan kali ini ke pantai, yuk! Gue mau lihat air soalnya," ajak teman Najwa yang bernama Ara.

"Yaelah Ra, kayak nggak pernah lihat air aja," ejek Naura yang juga sahabat dekat Najwa.

"Menurut lo gimna, Naj?" tanya Ara mengabaikan Naura.

"Gue sih, oke oke aja," jawab Najwa ngikut.

"Yes, fix ya, kita ke pantai liburan ini!" rencana Ara.

"Gimana kalo kita sekalian Camp aja, ajak temen temen cowo juga," ujar Najwa seolah baru mendapat ide.

"Wah, makin seru, nih!" Ara semakin girang.

"Nggak ah, gue males ikut ..., pakai acara camp segala lagi! Kita ini cewe kalau salah satu dari kita ilang di sana, gimana kalau ...," asumsi negatif Naura tiba tiba berhenti, ketika Ara menarik lembar jawaban remedial matematika miliknya yang sedang di salin Naura.

"Gue, nggak akan nyontekin lo, kalo lo nggak mau ikut!" ancam Ara.

Naura yang merasa contekannya terancam, lalu memandang Ara yang sedang mengangkat kertas jawabannya ke atas.

"Yaudah, gue ikut!" Kata Naura menyerah.

"Apaan sih lo, pake mikir yang negatif segala," omel Najwa pada Naura yang selalu waspada sampai kadang terlalu over menurutnya.

Naura yang menerima omelan Najwa, memilih diam dan kembali fokus untuk menyalin jawaban Ara ke kertas jawaban miliknya.

"Yang asik pantai apa ya, Naj?" tanya Ara sambil berpikir dan mengetuk-ketukkan telunjuk di dagunya.

"Pantai Ancol aja, gimana?" usul Najwa.

"Boleh tuh, yaudah, kalau gitu, kita kabarin cowo cowo dulu," kata Ara.

"Sebenernya, gue pengen ngajak sepupu gue, Ra," curhat Najwa.

"Sepupu lo, si Ando?" tebak Ara.

"Iya, Ra, sebenernya gue udah janji pengen liburan sama dia," jelas Najwa.

"Yaudah, ajak aja, sekalian kenalin ke gue dan Naura. Gue penasaran soal nya, sepupu lo itu kek gimana?" ucap Ara ringan.

"Yaudah, gue hubungi dia bentar ya!" pamit Najwa yang mendapat anggukan langsung dari Ara.

Najwa pun sedikit menjauh dari teman temannya agar memiliki ruang lebih untuk dapat menghubungi sepupunya.

Tak lama kemudian, Najwa kembali menghampiri teman temannya.

"Katanya dia juga udah ada rencana sama temen temennya, Ra!" terang Najwa.

"Oh gitu, yaudah lah, nggak papa. Lain kali, lo bisa liburan bareng dia, tapi sekarang lo liburan bareng kita dulu!" bujuk Ara.

"Apa, nanti gue aja, ya, yang ngunjungin dia ke rumah?" ucap Najwa.

"Nah, bisa tuh!" timpal Ara.

.
.
.

Najwa bersama dua teman ceweknya dan dua teman cowoknya sudah sampai di Pantai Ancol. Mereka begitu menikmati pemandangan dan juga udara segar yang ada di pantai itu. Kebetulan, langit di Pantai Ancol pun sedang nampak cerah. Pas sekali, jika digunakan untuk berlibur.

"Wah, sejuk banget ya!" ucap Najwa seraya menutup mata, lalu menghembuskan napas teratur sambil menikmati angin yang berhembus cukup kencang di sekitarnya.

"Iya, Naj, seger banget anginnya!" seru Ara sambil mengikuti gelagat Najwa.

"Iya, sih, nggak nyesel gue ikut ke sini!" timpal Naura.

Ketiganya asyik menikmati pemandangan yang ada, sambil bermain air dan berswafoto. Sementara kedua teman cowo yang mereka ajak, kini sedang sibuk mempersiapkan tenda yang akan mereka tempati nanti malam.

.
.
.

Malam harinya ...

Najwa bersama teman-temannya sudah menyalakan api unggun dan duduk melingkari api. Mereka bernyanyi dengan perasaan yang bahagia. Malam yang sudah semakin larut, membuat mereka semakin mengantuk.

Najwa, Ara, dan Naura, lantas memilih masuk ke dalam tenda, sedangkan kedua teman mereka berjaga di luar. Udara malam di pantai begitu dingin dan membuat mereka menaikan selimut hingga ke atas kepala.

Malam sudah sangat larut dan Najwa justru terbangun disaat kedua temannya sedang terpulas tidur. Dia mendadak ingin buang air kecil dan saat dirinya keluar dari tenda, ia melihat kedua teman cowoknya yang duduk saling membelakangi dan menutupkan mata.

Najwa tak tega untuk membangunkan kedua teman cowoknya yang tertidur di depan tenda untuk mengantarnya ke kamar mandi. Gadis itupun kemudian memutuskan untuk pergi ke kamar mandi sendirian.

Jarak menuju kamar mandi cukup jauh, ditambah lagi dengan lampu redup berwarna kuning yang menerangi jalanan. Hal itu membuat Najwa menyalakan flashlight ponselnya untuk menerangi jalan.

Setelah urusannya di kamar mandi selesai, Najwa pun bergegas untuk kembali ke tenda.

Saat dalam perjalanan menuju tenda, tiba-tiba Najwa melihat sesuatu yang aneh di sebelah utara. Ada asap dari api yang membumbung tinggi dengan sinar merah yang terlihat janggal di matanya.

'Apa ada yang camp juga di sana?' tanya Najwa dalam hati.

Najwa kemudian berjalan dari arah yang berlawanan untuk menuju ke arah sinar merah yang menarik perhatiannya.

Karena rasa penasaran yang tinggi, Najwa terus berjalan menyusuri tempat asing itu hingga dirinya tak sadar kalau ia sudah berjalan jauh meninggalkan tendanya.

Najwa bisa melihat ada sisa bara api, namun tidak ada tenda sama sekali di tempat ia berpijak sekarang. Bahkan tak ada seseorang pun yang menyalakan api unggun di sana.

'Hah?! Kok kosong?!' gumam Najwa bingung.

Tiba-tiba ponsel Najwa mati dan membuat flashlight dari ponselnya pun ikut mati juga, padahal hanya itu satu-satunya penerangan yang bisa Najwa gunakan saat ini.

Karena suasana yang sangat gelap, Najwa kemudian berusaha untuk meniup sisa-sisa bara api yang masih terlihat baru saja padam sampai kembali menyala. Dia juga menambahkan sedikit ranting yang ia dapat dari bawah pohon dekat bara api.

Najwa lantas menyatukan kedua telapak tangan dan menggosoknya secara perlahan ke pipi, agar rasa hangat itu bisa tersalur ke tubuhnya yang sudah terasa dingin.

Tiba-tiba, Najwa mendengar jeritan seseorang yang sepertinya berasal dari balik pohon yang ternyata adalah sebuah jurang yang sedikit curam.

Najwa lalu mengambil sebuah ranting yang cukup panjang di dalam api unggun yang baru ia nyalakan. Dia berusaha untuk menutupi api dari ranting agar tidak mati karena terembus oleh angin.
Saat sudah hampir sampai di dekat jurang, api yang ada di ranting itu pun mati dan membuat Najwa mendengkus kesal.

"Aisshh ..., mati?" gumam Najwa lirih.
Najwa berniat untuk menolong orang yang kini tengah sibuk berteriak, namun ia berpikir untuk barang sejenak.

'Tapi itu manusia bukan, ya? kalo hantu gimana?' pikirnya dalam hati.

Najwa menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran ngawurnya dan memilih untuk menghampiri sosok yang minta tolong itu.

"Mari kubantu berdiri," kata Najwa seraya mengulurkan tangannya untuk membantu seseorang yang sepertinya adalah seorang gadis kecil, agar segera berdiri.

Gadis asing itu langsung menerima uluran tangan Najwa ketika tahu ada yang mau membantunya.
Najwa kemudian menarik tangan gadis itu hingga sampai ke atas.

"Kamu nggak papa?" tanya Najwa.
Mata gadis kecil itu berpendar biru saat ia menggelengkan kepalanya dengan lemah. Untunglah karena Najwa tak melihat matanya yang berpendar di dalam kegelapan.

Najwa lantas membawa gadis asing itu ke tempat bara api yang sepertinya sudah tidak bisa ia nyalakan lagi. Hanya hawa hangat dari sisa perapian yang menemani keduanya. Najwa bahkan kesulitan untuk melihat wajah dari gadis kecil yang telah ia tolong.

"Kamu nggak usah takut, jurang itu tadi nggak terlalu dalam, kok, meskipun kamu jatuh, kamu nggak akan kenapa-napa. Ngomong-ngomong, kamu siapa dan bagaimana bisa kamu jatuh ke sana?" ucap Najwa sedikit penasaran.

Gadis kecil itu menatap Najwa dengan sedikit ragu.

"Namaku Ansabella, Kak. Aku bersama ketiga teman ayahku berencana untuk pergi ke Ancol. Rem mobil kami blong dan kami nekat keluar paksa dari mobil. Untunglah diriku selamat, walau tadi sempat terjatuh dan bertahan cukup lama di ranting kayu," jelas Ansabella panjang lebar.

Najwa menganga dan tak berkedip ketika mendengar kisah Ansabella.

"Ansabella, kau pasti sangat takut dengan apa yang baru saja terjadi padamu. Sebaiknya, kamu ikut aku aja ke tenda. Kita bisa mencari teman ayahmu esok hari," saran Najwa dengan iba.

Ansabella pun menggeleng untuk menolak saran dari Najwa, "aku harus mencari ketiga teman ayahku sekarang. Kau tak perlu khawatir dengan keadaanku, Kak. Lagipula, sebentar lagi matahari akan segera terbit," tolak Ansabella dengan halus.

"Kamu berani sendiri? Kamu yakin?" tanya Najwa.

"Iya, aku tidak apa-apa," jawab Ansabella sambil tersenyum.

Najwa menghela napas dan pasrah dengan jawaban dari Ansabella. Mau bagaimana lagi? Dia tak bisa memaksa seseorang sesuka hati untuk mengiyakan permintaannya.

"Kalau begitu, berhati-hatilah di jalan. Semoga kamu cepat bertemu dengan mereka dan pulang dengan selamat," pesan Najwa.

Ansabella tersenyum lantas melihat Najwa yang sudah pergi menjauh dengan wajah yang terlihat suram.

"Aku benar-benar sudah mengacaukan kehidupan banyak orang. Ah iya, aku lupa bertanya tentang nama kakak itu. Siapa ya, namanya?" gumam Ansabella lirih.

.
.
.

Najwa berjalan kembali ke tendanya saat matahari sudah mulai terbit. Tak terasa, hari akan segera pagi dan sepertinya dia terlalu lama untuk pergi dari tenda. Ia berjalan dengan setengah berlari agar dirinya cepat sampai di tenda agar saat teman-temannya bangun, mereka tak melihat dirinya yang sudah pergi dari tadi malam. Najwa tak mau saja, kalau mereka khawatir dengan keadaannya.

Tanpa di sadari, seorang pria yang menabraknya, "Aishh ...," ringis Najwa sambil menatap pria yang menabrak nya itu.

"Kalo jalan pake mata, dong!" omel Najwa seraya mengusap pundaknya yang terasa sakit setelah di tabrak oleh pria itu.

"Delina, kamu kemana aja?" tanya pria itu padanya.

Najwa menyipitkan mata dan menatap pria di depannya dengan perasaan yang aneh.

"Nama gue Najwa bukan Delina!" jelas Najwa ngegas.

"Kamu bukan Delina?" ulang pria itu dengan wajah yang bingung.

Karena tak mau berdebat panjang, Najwa memilih berlari dan meninggalkan pria aneh berbaju lusuh itu. Pria itu bahkan tak sendiri, dia bersama dengan kedua pria lain yang sama-sama berpenampilan aneh.

.
.
.

"Najwa, gue kira lo ilang, tau nggak?" sambut Naura ketika melihat Najwa yang sudah kembali ke area camp mereka.

"Sorry, gue cuma jalan jalan bentar kok!" jelas Najwa.

"Ya ampun, Naj, kita khawatir banget sama lo, dari tadi kita nyariin elo!" kata Rian salah satu teman cowok Najwa sambil menurunkan ponselnya dari telinga. Sepertinya semua teman-teman Najwa sedang berusaha untuk menghubungi gadis itu dari tadi.

"Yaelah, biasa aja kali!" ucap Najwa.

Najwa tertawa kecil saat ketika melihat kekhawatiran teman-temannya, namun dalam pikirannya sekarang, ia masih memikirkan keadaan Ansabella sekarang.

Apa gadis kecil itu akan segera menemukan ketiga teman ayahnya yang terpelanting jauh setelah mencoba keluar dari mobil?

Flashback End.

*****

Guys ini adalah flashback dari part sebelumnya, tapi ini belum selesai dan masih ada penjelasan lain yang akan di sambung di part selanjutnya😁

Ayo cari di mana Delina sebenarnya 😊

Semangatin aku sama Mphii terus ya guys, supaya tiap hari kami bisa dapet ide untuk up bab baru 😘

Love from Gadistina to all readers 💕💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top