05 -- Fakta tersembunyi

Flashback

"Pah, kita mau foto berdua dulu. Besok 'kan papah bawa Bella ke Las Vegas. Rey jadi tidak punya temen di rumah. Ando sedang pergi berlibur dan Zulfan juga pergi ke rumah neneknya. Boleh ya, Pah?"

Papa Brasdan tertawa kecil, lalu berjongkok dan mengacak rambut Rey yang sedang sibuk membuat bangunan pasir di pantai bersama Ansabella.

Ansabella bukanlah seorang manusia, dia adalah sebuah Robot AI yang dibuat secara langsung oleh Papa Brasdan bersama dengan salah satu teman dekatnya yang ada di Hongkong.

Ansabella diciptakan khusus untuk Rey yang menginginkan seorang teman agar bisa ia ajak untuk bermain. Hanya saja, esok hari Ansabella harus ikut Papa Brasdan pergi ke Las Vegas untuk di-upgrade.

Papa Brasdan lantas meminta Rey dan Ansabella untuk berdiri lalu berpose di depan kamera.

"Rey, rangkul Bella, dong. Kalian mau foto bareng, kok malah jauh-jauhan gitu?"

Rey tersenyum lembut dan menatap Robot Ansabella yang sedikit menjaga jarak dengannya.

"Pah, Bella nggak mau foto, dia nggak mau difoto. Katanya, itu hanya akan menciptakan sebuah kenangan saja. Bella takut, kalau kebersamaan kami sekarang, akan segera menjadi sebuah kenangan esok hari," ucap Rey sambil melihat gelagat Robot Ansabella. Anak itu sudah terlampaui hapal dengan arti dari gerakan robot itu.

Ansabella memang sengaja dibuat menyerupai seorang manusia dan tak mengherankan, kalau dia juga memahami perasaan setiap orang. Robot itu juga diciptakan dengan memiliki insting yang lebih kuat dari seorang manusia. Namun sepertinya, Papa Brasdan melupakan satu fakta tersebut.

"Bella, sahabatmu ingin berfoto bersama karena sekarang, dia belum bisa untuk memegang handphone untuk menanyakan kabarmu dari jauh. Kau tak kasihan dengan Rey?" jelas Papa Brasdan dengan pelan.

Mata Robot Ansabella berpendar biru, lalu ia tersenyum dan mendekatkan diri ke arah Rey.

Papa Brasdan kemudian memotret Rey yang tengah tersenyum sambil menatap Robot Ansabella yang sedang ia rangkul.

Setelah foto otomatis keluar dari kamera, Papa brasdan menuliskan sesuatu di belakang foto dengan menggunakan spidol permanen.

The day before dad went to Las Vegas.

.
.
.

"Ansabella, saat kita tiba di tempat tujuan kita, aku berencana untuk meng-upgrade dirimu. Sebentar lagi, Rey akan segera tumbuh dewasa dan aku sengaja ingin membuatmu menjadi sedikit berbeda nanti. Kau mau, 'kan?" pinta Papa Brasdan sambil menatap wajah datar Ansabella yang sedang mengamati suasana jalanan yang sepi.

"Siap, Tuan, demi Rey, saya akan menerima untuk anda upgrade. Tuan, di mana kita akan berhenti?"

Papa Brasdan tersenyum tipis, lalu memberikan sebuah brosur.

"Atlantic Lab Services, Inc.?"

Papa Brasdan mengangguk, "kita akan mencari peralatan laboratorium di sana, sekaligus pergi untuk menemui tiga ilmuwan penting yang akan membantumu meng-upgrade komponen tubuhmu. Mereka kebetulan ada di sana juga. Aku akan menitipkanmu pada mereka untuk sementara waktu, karena aku juga punya rencana akan menemui klien di Caesars Palace. Kau paham, 'kan?" jelasnya.

Robot Ansabella mengiyakan ucapan Papa Brasdan dan kembali diam. Insting robot itu mengatakan, kalau tuannya akan menghadapi bahaya dan itu membuatnya berpikir apa alasannya.

"Tuan, apa anda tidak pergi saja esok hari? Insting saya mengatakan, kalau anda akan segera menemukan bahaya saat akan pergi ke Caesars Palace."

Papa Brasdan menoleh, lalu tertawa kecil ketika mendengar peringatan dari Robot Ansabella.

"Banyak orang yang mencoba membunuhku. Mereka yang tak menyukai usahaku, sudah berkali-kali untuk mencoba melenyapkan diriku. Kalaupun aku harus mati karena mereka, aku hanya berharap kau akan baik-baik saja. Kau harus tetap ada untuk Rey dan perlu kau ketahui, salah satu tujuanku untuk meng-upgrade dirimu adalah agar kau bisa menggunakan tubuh robotmu untuk menjaga Rey."

.
.
.

Papa Brasdan dan Robot Ansabella pun sampai di Atlantic Lab Services, Inc. dengan selamat. Pria itu segera memarkir mobilnya dan meminta Ansabella untuk turun terlebih dahulu.

Saat Papa Brasdan baru saja turun dari mobil, dia melihat sebuah mobil mewah datang. Kaca mobil itu tiba-tiba terbuka dan membuat Papa Brasdan tersenyum lebar.

"Kalian baru datang?" tanya Papa Brasdan saat sudah melihat ketiga ilmuwan yang akan membantunya sudah keluar dari mobil.

"Ya, kami baru datang setelah menunggu Syam yang baru saja pergi ke Hongkong. Bagaimana kabarmu, Mr. Han?"

Papa Brasdan menjabat tangan seorang pria muda yang berumur sekitar dua puluh tujuh tahun itu sambil tertawa kecil.

"Kabarku baik, Mr. Raksa. Kemarin sebelum aku berangkat ke sini, Mr. Kevin berpesan agar kita bertemu di Atlantic Lab Services, Inc."

Raksa terkekeh, lalu menatap sekilas pada Kevin yang sedang sibuk dengan iPad nya untuk mengurus perizinan Robot AI ciptaan mereka di Hanson Robotics. Rencananya, robot itu akan menjadi wadah baru bagi Ansabella. Tubuh Robot Ansabella yang sekarang, bahkan mulai sering mengalami gangguan karena sudah terlalu sering diajak Rey untuk main air di pantai. Kevin bersama Raksa dan Syam, lantas memutuskan untuk membantu Mr. Han untuk meng-upgrade Ansabella karena pria itu juga yang sudah membantu mereka bertiga untuk mengurus kewarganegaraan dengan lebih mudah.

Ketiga pria itu sebetulnya berasal dari masa depan, mereka datang ke tahun 2012 karena ingin mencari beberapa komponen penting yang mereka butuhkan demi membuat mesin waktu baru.

Saat mereka sedang asyik membicarakan tentang peng-upgrade-an Ansabella, tiba-tiba handphone Papa Brasdan berbunyi.

Papa Brasdan lantas mengangkat telepon dan terlihat mengiya-iyakan saja saat tengah menimpali pembicaraan.

Tak menunggu waktu yang lama, panggilan pun akhirnya selesai juga. Papa Brasdan menatap Robot Ansabella dan ketiga ilmuwan itu dengan wajah yang sedih.

"Kalian masuklah ke dalam, aku akan segera pergi untuk menemui klien di Caesars Palace. Setelah urusanku selesai, aku akan segera kembali," pinta Papa Brasdan.

Mendengar perkataan itu, mata Robot Ansabella langsung berpendar merah. Robot itu sudah sangat was-was dengan keadaan tuannya.

Papa Brasdan mengelus rambut Robot Ansabella dan berusaha untuk meyakinkannya bahwa pria itu akan baik-baik saja. Dia lalu menghampiri ketiga ilmuwan itu untuk pamit dan menitipkan Robot Ansabella.

"Kami akan menjaga Delina dengan baik," ucap Raksa.

Papa Brasdan mengernyitkan dahi karena heran. Delina, siapa itu?

Syam tertawa kecil, "Raksa memang senang memberi nama lain pada apa yang ia sukai, Mr. Han. Sepertinya dia menyukai robot cantik milikmu," jelasnya.

Pria yang bernama asli Raksa Chandrata itu merengut, lalu menginjak kaki Syam dengan masih mempertahankan senyumnya.

"Kau ini sudah bukan anak-anak lagi, berhenti untuk mengejekku, Syam," keluh Raksa.

Kevin terkekeh ketika melihat kelakuan dua sahabatnya yang tak pernah berubah sama sekali. Pria itu lalu menjabat tangan Papa Brasdan sebelum pergi.

.
.
.

Jalanan Kota Paradise terlihat cukup sepi dengan keadaan kota yang panas. Papa Brasdan sengaja memilih jalan alternatif agar terbebas dari kemacetan di sore hari.

Papa Brasdan bersiul pelan sambil mengemudikan mobil. Sore ini dia akan segera bertemu dengan klien yang tertarik untuk berinvestasi di perusahaan miliknya.

Saat tengah menikmati suasana angin gurun, tiba-tiba seorang pria asing menghadang Papa Brasdan lalu melemparinya sebuah bahan peledak. Kaca mobil bagian belakang bahkan sampai pecah saat bahan peledak itu berhasil masuk ke dalam bagasi mobil.

Papa Brasdan berniat untuk menghentikan mobil dan segera keluar agar dapat menyelamatkan diri. Pria itu menjadi semakin panik saat mobilnya tak dapat di hentikan.

"Rem mobil ini blong lagi, seriously?" gumam Papa Brasdan.

Mobil yang ia sewa di Las Vegas memang tak pernah berubah. Dia selalu menyewa mobil yang sama, sebuah mobil tua keluaran dari tahun 80an yang sebenarnya sering mengalami gangguan. Namun anehnya, hal itu seakan menjadi tantangan tersendiri bagi Papa Brasdan saat mengemudikan mobil di Las Vegas.

"Sial!! Kenapa di saat darurat seperti ini, sabuk pengaman mobil tak dapat dilepas?!" gumam Papa Brasdan.

Pria itu kemudian mulai mencari sesuatu yang sekiranya bisa ia gunakan untuk melepas sabuk pengaman. Namun sepertinya takdir berkata lain, Papa Brasdan bahkan kehilangan banyak waktu untuk hanya sekadar membuka sabuk pengaman.

TATP, bahan peledak mematikan itu akhirnya merenggut nyawa Papa Brasdan.

Takdir manusia, siapa yang tahu?

.
.
.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Mr. Han bahkan harus kehilangan nyawanya sekarang. Aku menduga kalau kecelakaan ini berhubungan erat dengan pertemuan Mr. Han dan klien nya di Caesars Palace. Polisi menemukan sisa bubuk seperti milik dari sebuah peledak yang dibuat dari Aseton, hydrogen peroksida, asam (HCI, sulfat), serta beberapa bahan yang lain. Mobil itu memang hancur berkeping-keping bersama orang secara sekaligus, tetapi menurut dari pengamatan polisi, kecelakaan ini sudah direncanakan, Mr. Han memang sengaja dilenyapkan oleh seseorang," Raksa menghentikan analisisnya sebentar dan meneguk air minum karena haus.

"Aku yakin, akar dari masalah ini adalah perusahaan yang selama ini Mr. Han bangun dengan susah payah. Apalagi saat mereka tahu, kalau Mr. Han bekerja sama dengan Hanson Robotics dan menciptakan sebuah Robot AI yang sangat luar biasa. Banyak orang yang juga mengincar Delina agar bisa digunakan sebagai alat untuk menambah kekuatan perusahaan mereka. Licik sekali ...," lanjut Raksa yang mencoba untuk lebih dalam menganalisis kematian dari Mr. Han.

Mata Robot Ansabella terlihat sedikit meredup, setelah mendengar kabar tentang kematian dari tuannya.

Kevin menghela napas dan memijat kepalanya yang terasa pening, lalu bangkit dari kursi dan menghampiri Ansabella yang berdiri sambil menatap hujan dari balik kaca.

"Kevin, kehadiranku telah membuat keluarga Tuan Han menjadi berantakan. Saat aku kembali nanti, bagaimana aku harus mengatakan pada Rey bahwa aku gagal untuk menjaga ayahnya?"

Kevin mengelus rambut robot itu dan tersenyum sendu, "Pergilah bersama kami ke tahun 2034, Delina. Kita bisa pergi ke sana setelah kita sudah sampai di Pantai Ancol untuk mengambil mesin waktu yang kami sembunyikan di sana. Akan lebih baik, jika kau tak ada di dimensi ini," sarannya.

Mata Robot Ansabella berpendar biru, "aku bisa saja ikut dengan kalian, namun bagaimana dengan ingatan Rey tentangku? Aku tak bisa meninggalkan seseorang yang mengharapkan kepulanganku," ucapnya lirih.

Syam melepas kacamata dan juga ikut menghampiri Robot Ansabella.

"Rey bisa saja tak mengingatmu lagi. Bukankah ibu Rey juga adalah seorang ilmuwan? Kita bisa meminta wanita itu untuk membantu menghapus ingatan anaknya yang berkaitan denganmu," jelas Syam panjang lebar.

"Kau tahu dari mana?" tanya Raksa dengan heran.

Syam tertawa kecil, lalu memberikan iPad miliknya pada Raksa.

"Kau bahkan menjalin kerjasama dengan Mrs. Brasdan tanpa memberitahu kami?" tanya Raksa dengan kaget.

"Aku hanya membeli beberapa serum darinya agar wajahku tetap terlihat muda. Lagipula, selama ini kalian juga diam-diam datang ke kamarku untuk mengambil serum itu, 'kan?!" cibir Syam.

"Lupakan hal konyol itu untuk sementara waktu, Syam. Jadi, apa kita harus pergi ke Ancol dulu atau pergi ke rumah Rey untuk pamit?" usul Kevin.

Raksa dan Syam menoleh ke arah Kevin secara bersamaan.

"Kita pergi dulu ke rumah Rey untuk pamit dan meminta Mrs. Brasdan agar mau membantu kita untuk menghapus ingatan Rey tentangku. Kalau serum miliknya tak bisa digunakan, terpaksa kita harus mencuci otak Rey. Rasanya cukup mustahil, kalau ada serum yang dapat membuat orang melupakan kejadian tertentu dalam hidupnya. Ayo, kita berangkat sekarang juga!!" usul Robot Ansabella tiba-tiba.

Ketiga ilmuwan itu menatap ke arah Robot Ansabella dengan rasa tak percaya.

.
.
.

Robot Ansabella menatap Rey yang sedang terlelap dengan perasaan sedih. Perjalanan dari Las Vegas ke DIY memang sangat jauh dan melelahkan. Namun, tidak dengan yang dirasakan oleh robot itu. Dia bahkan langsung pergi ke kamar Rey setelah tahu kalau sahabatnya terlelap, sementara ketiga ilmuwan itu, memilih langsung untuk memberi tahu tentang rencana kepulangan mereka.

"Kami turut berduka cita atas perginya Mr. Han, Nyonya. Tapi, kami juga harus menyampaikan pada anda, bahwa keberadaan Ansabella di sini telah membuat banyak kekacauan. Kami ingin membawa robot itu ke masa depan, namun kami juga akan meminta sesuatu pada anda sebelum kami pulang," ucap Syam.

Mama Ririn tersenyum sendu dan menatap ketiga teman ilmuwan suaminya.

"Jika aku dapat memberikannya, maka aku akan mengiyakan permintaan kalian. Tolong, katakan padaku, apa keinginan kalian bertiga," ucap Mama Ririn lirih.

Kevin menghela napas sambil menatap keadaan istri Mr. Han dengan iba.

"Ansabella ingin mengambil ingatan Rey tentang dirinya, Nyonya. Apakah anda memiliki jalan yang terbaik untuk masalah ini? Robot itu sangat menyayangi Rey dan tak mau kalau anak anda sedih ketika memikirkannya," jelas Kevin dengan hati-hati.

Mama Ririn terpaku dengan permintaan yang terdengar langka keluar dari mulut salah satu ilmuwan itu. Butuh waktu sedikit lama agar dia dapat memahami kata-kata itu.

"Hanya ada dua cara untuk membuat ingatan Rey tentang Bella hilang secara keseluruhan. Mencuci otak Rey atau meminta dia menganggap semua hal tentang Bella sebagai sebuah mimpi tidur. Aku akan memilih opsi kedua untuk anak itu. Terima kasih karena kalian mau memikirkan masa depan Rey. Tapi, apa suatu saat kalian akan kembali?"

Raksa tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Tak ada seorang pun yang dapat mengetahui takdir hidupnya dengan mudah, Nyonya. Walau kami berdua datang dari masa depan, dimensi waktu kita sangatlah berbeda. Di dunia kalian, kami juga punya kembaran. Siapa tahu nanti, anda akan melihat kami kembali dalam wujud dan nama yang berbeda ."

Flashback End.

.
.
.

Setelah pamit, ketiga ilmuwan itu mengajak Ansabella pergi ke Pantai Ancol untuk mengambil mesin waktu. Persis dengan cerita yang akan diungkap Najwa kepada Rey di masa depan, kecelakaan terjadi dan berakhir dengan kesalahpahaman ketiga ilmuwan itu, yang salah membawa seseorang ke masa depan.

Namun, yang jadi pertanyaan, di mana keberadaan Delina sekarang? Bagaimana mungkin, robot itu memiliki kembaran dari seorang manusia?

*****

Hai guys, aku kembali lagi dengan bab baru 😊

Semoga kalian suka 😘

~~Mphii 💜💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top