01 -- Awal petualangan
Reyza Zildan Brasdan menatap pagar rooftop dengan jengah.
"Ando bilang ke gue kalau dia bakal ke sini bareng Zulfan. Tapi sekarang?"
Rey mendengkus kesal dan memilih untuk mengirimkan pesan kepada kedua kawannya.
'HEH!! Lo berdua niat dateng ke rooftop nggak, sih? Gue dah lumutan nunggu kalian dari tadi.'
Pemuda itu lantas mengusap wajah dengan gusar sambil berkacak pinggang untuk menanti kedatangan kedua kawannya. Satu jam lagi, ia harus segera mengumpulkan tugas dari dosen killer yang pasti akan segera masuk ke kelas.
"Pesan sudah dibaca tapi mereka masih saja terlambat datang? Ckck ...," gumam Rey sambil mengecek pesan yang sudah ia kirim.
Rey berencana untuk pergi dari rooftop sebelum ia melihat seorang gadis yang tengah mencoba untuk memanjat pagar pembatas.
"WOY!! APA LO UDAH GILA?! TURUN SEKARANG JUGA DARI SITU!! OY, LO MAU MATI?!"
Rey mengusap wajahnya dengan kasar dan segera berusaha untuk menarik tangan gadis asing yang ingin bunuh diri di rooftop.
Dengan susah payah, Rey berhasil juga untuk menarik tangan si gadis.
"LO UDAH GILA, HAH?! NGAPAIN BERDIRI DI PAGAR PEMBATAS?! MAU SOK-SOKAN BUNUH DIRI?!"
Rey meneriaki gadis di hadapannya dengan penuh kekesalan. Bagaimana mungkin ada orang yang ingin menyia-nyiakan kehidupan dengan cara seperti ini?
"Aku ingin pulang, tempatku bukanlah di sini. Raksa, berhentilah mengejar diriku sampai seperti ini. Aku bukanlah Delina dan aku tak dapat bertahan di sini untuk selamanya,"
Rey yang ingin mengomel lagi, lantas mengerutkan dahi ketika gadis asing itu menyebutnya sebagai Raksa. DIA REY BUKAN RAKSA!!
"Gue bukan Raksa, gue Reyza. Lo siapa, sih?" ucap Rey sambil berkacak pinggang.
Gadis itu menatap wajah Rey dengan bingung. Apa pria itu sedang lupa dengan dirinya lagi persis dengan ucapan Anne?
"Kamu adalah Raksa, salah satu temanku yang ada di kantor pusat penelitian. Kamu bilang ingin mengejarku sampai ke mana pun, kalau aku tak menerima cintamu. Raksa, aku memilih Kevin dan maaf, kalau aku sudah membuatmu stres sampai seperti ini."
Rey menganga tak percaya saat mendengar keluhan gadis asing di hadapannya.
"Lo udah gila atau memang terlalu depresi sampai memanggil gue dengan sebutan Raksa dan siapa itu Kevin? Jangan bicara omong kosong dan cepat kembali ke tempat lo berasal. Gue pikir lo sepertinya bukan salah satu dari mahasiswi yang ada di sini."
Gadis itu menatap Rey dengan sedih dan justru memeluk tubuhnya dengan erat.
"Maafkan aku, Raksa. Aku tak bisa menerima cintamu. Kau juga adalah sahabat Kevin dan aku tak mau kalau kau mengkhianati persahabatan kalian. Maafkan aku, karena sudah membuatmu sampai jadi seperti ini."
Rey tak bisa berkata apapun pada gadis asing di sampingnya. Sungguh, ia malah bingung dengan apa yang tengah terjadi padanya.
"Neng, lo siapa dan kenapa lo sebut gue Raksa. Siapa itu Kevin dan dari mana lo berasal?" tanya Rey sambil berusaha untuk melepaskan pelukan dari gadis asing di hadapannya.
"Kalian memanggilku Delina Ansabella, kamu sendiri adalah Raksa Chandrata, dan Kevin Anayata adalah sahabat baikmu selain Syam Hersanto. Selama ini kita hidup di sebuah wilayah modern yang kebanyakan berprofesi sebagai seorang peneliti dan kampus ini adalah tempat awal di mana kita memulai semua kisah cinta. Raksa, apa kau benar-benar stres setelah acara pertunanganku dengan Kevin?"
Rey menghela napas dan menatap gadis yang mengaku bernama Delina dengan semakin heran. Apa saat ini dia tengah bermimpi?
"Tahun berapa saat ini?" tanya Rey memastikan.
"Tahun 2034 dan pertama kali kita bertemu adalah tahun 2012. Kau bahkan melupakan hal ini?"
Rey menganga lagi saat mendengar ucapan Delina yang terdengar sangat aneh.
"Delina, mungkin saat ini lo tengah ngalamin stres yang berlebih. Tapi, ini masih tahun 2017 dan lo baru aja bilang ini sudah tahun 2034? Apa lo adalah pengarang cerita atau seorang aktris yang sedang syuting? Apa mungkin juga kalau lo sedang mengeprank gue demi sebuah konten? Lo salah satu penggemar gue, 'kan?"
Delina menatap bingung Rey dan semakin heran saat mendengar pembicaraan pria itu. Apa kali ini dia sudah benar-benar kembali ke asalnya?
"Aku berkata benar kalau saat ini adalah tahun 2034. Bagaimana mungkin kau berkata bahwa saat ini adalah tahun 2017?"
Rey menghela napas lantas kemudian memilih untuk menelepon Zulfan.
"Zul, cepet ke sini ..., dah dari tadi gue tungguin, kenapa kagak nongol? Buruan cepet!!"
Setelah menelepon Zulfan dengan sangat singkat, Rey kembali fokus pada Delina yang memandang keadaan sekitar dengan penuh kebingungan.
Rey menghembuskan napas yang sejak tadi sudah terasa mencekik tenggorokan. Pemuda itu lantas melihat kedatangan Zulfan dan Ando saat ia menoleh ke arah pintu rooftop.
"Kenapa kalian terlambat untuk sampai ke sini? Padahal gue sudah kirim pesen sejak tadi. Apa kalian lupa jalan untuk naik ke rooftop?"
Ando masih berusaha untuk mengatur napas ketika Rey sibuk mengomelinya dan Zulfan.
"Rey, bukannya kita lupa jalan ke sini, tadi itu, Bu Celine datang dan membawa banyak tugas. Lo 'kan paham tu dosen nyebelin banget. Gue tadi mau ngetik pesan biar lo masuk juga ke kelas, tapi Bu Celine sudah keburu masuk. Kita bilang lo ada di perpus buat ngerjain tugas dan dia percaya. Jadi, ada hal apa yang membuat lo sampai ngegas pas nelpon gue barusan?" jelas Zulfan sambil menatap Rey dengan heran.
Siapa gadis yang sedang bersama Rey sekarang?
"Kalian berdua kenal Delina?" tanya Rey tanpa basa-basi.
Ando yang sudah bisa bernapas dengan teratur, lantas menatap Delina dengan bingung.
"Najwa? Kapan lo balik dari Jakarta? Kok lo bisa tahu letak kampus ini? Gimana kabar om dan tante?" tanya Ando berturut-turut.
"Apa sekarang aku sudah kembali ke asalku?" gumam Delina lirih.
Delina menoleh juga ke arah Zulfan dengan rasa bersalah.
"Aku kira kau adalah Kevin, tapi sepertinya, aku sudah kembali lagi ke asalku sekarang."
Zulfan menatap bingung pada Delina lantas meminta Rey untuk menjelaskan apa yang sebenarnya sudah terjadi.
"Fan, Ndo, gue beneran kagak tahu apa-apa. Tadi ni cewek bahkan ingin loncat dari sini. Dia bilang kalau tempat ini bukanlah tempatnya. Lo pikir gue paham? Kagak, bro ..., gue kagak paham maunya dia apa," keluh Rey.
Saat keempat orang itu sedang dalam kebingungan, tiba-tiba sinar ajaib datang dari pintu rooftop. Sebuah lubang hitam terbentuk dan membuat seseorang datang dari balik lubang itu. Tak hanya satu, mereka bahkan melihat tiga orang pria berwajah serupa berdiri di hadapan mereka.
"KALIAN SIAPA DAN TUJUAN APA YANG MEMBUAT KALIAN MENCULIK DELINA? LEPASKAN DELINA SEKARANG JUGA!!" teriak pria yang memiliki wajah sama persis dengan Rey.
"HEH!! HARUSNYA GUE YANG TANYA SAMA LO, LO ITU SAPA, LALU KENAPA DATANG KE SINI DAN KENAPA LO TERIAK PADA KAMI BERTIGA. LO ALIEN 'KAN?!" balas Ando tak mau kalah.
Zulfan yang melihat kegaduhan itu lantas berusaha untuk menghentikan perkelahian dan menahan tubuh Ando agar tak menonjok wajah pria yang mirip Rey dengan sembarangan.
"Lebih baik kita bicarakan hal ini pelan-pelan. Gue kagak paham dengan semua hal ini. Untuk itu, gue ingin kita berkenalan dulu. Nama gue Zulfan Berwynn, panggil aja Zulfan. Sebelah gue ada Ali Viando Zonar, panggil aja Ando dan yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang itu adalah Reyza Zildan Brasdan, dia anak dari keluarga Brasdan dan panggil aja Rey. Bisakah kalian juga memperkenalkan diri?"
Pria berwajah sama dengan Zulfan lantas mengangguk.
"Maafkan kedatangan kami yang sangat mendadak dan tak masuk akal ini, Zulfan. Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Kevin Anayata, sebelah saya Syam Hersanto dan pria yang sedang bertengkar dengan Ando adalah Raksa Chandrata. Kami datang ke sini untuk membawa Delina kembali karena tempatnya bukanlah di sini," jelas Kevin panjang lebar.
Ando menatap sepupunya dengan banyak pertanyaan dan membuat gadis itu menggelengkan kepala.
"Aku bukan Delina, aku Najwa, sepupu Ando. Selama ini, kalian bertiga berkata bahwa aku depresi sampai lupa dengan segalanya. Bukankah sudah aku katakan dari awal jika aku adalah Najwa. Kalian bertiga membawaku dalam kehidupan yang sulit untuk aku pahami. Sekarang, aku sudah kembali walau sempat aku berpikir bahwa usahaku untuk kembali telah gagal. Jika kalian ingin mencari Delina, KENAPA KALIAN MENGIKUTIKU SAMPAI KE SINI? AKU BUKAN DELINA, AKU ADALAH NAJWA!!"
Ando nenatap sinis ke arah Raksa dan kedua temannya.
"Kalian sudah dengar? Selama ini, kalian membawa orang yang salah. Sepupu yang aku kira masih ada di Jakarta, ternyata bahkan baru saja mengalami kejadian yang mengerikan. Pergilah dan tolong jangan ganggu sepupuku lagi," ucap Ando sambil menatap tak suka pada Raksa.
Najwa memeluk Ando dan menyembunyikan wajahnya dalam dekapan sepupunya dan membuat Kevin merasa sangat bersalah.
"Maafkan kami, karena selama ini tak mendengar ucapanmu, Najwa. Kami sangat menyayangi Delina sampai kami tak mau mendengarkan tentang kebenaran Najwa. Kami akan segera pergi dari sini. Sekali lagi, maafkan kami ...," ucap Kevin dengan sedih.
Kevin menarik Raksa yang masih memandang tajam Ando dan Syam yang sedari tadi diam menyimak tanpa berniat untuk membicarakan apapun.
"Tunggu dulu, Kevin ..., sebelum pergi, bolehkah gue tanya, kemana kalian akan mencari Delina? Gue kagak pingin kejadian penuh tekanan ini menghampiri orang lain yang berwajah sama dengan Najwa dan Delina. Kalian masih ingat tentang kapan terakhir kalian melihat Delina? " ucap Rey yang membuat Kevin menghentikan langkah.
Kevin berbalik dan menatap Rey dengan sedih.
"Lima tahun yang lalu, kami berempat berencana untuk pergi ke pantai. Tapi, tiba-tiba, kecelakaan menimpa kami dan membuat kami masuk ke dalam sebuah jurang. Sejak saat itu, kami menemukan Najwa di tempat yang tak jauh dari pantai. Aku mengira bahwa dia adalah Delina dan karena itu kami mencoba untuk tak mendengarkan ucapan Najwa saat protes kepada kami."
Rey mengangguk paham dan mulai mengerti mengapa selama setahun ini, kesalahpahaman itu terjadi.
"Sepertinya, Delina masuk ke alam dimensi yang lain. Seperti halnya dengan peristiwa yang baru saja kalian alami. Jika dibutuhkan, kami bertiga akan ikut juga untuk membantu kalian agar dapat menemukan Delina," tawar Rey yang membuat Ando mendelik kurang suka.
"Untuk apa kita membantu tiga pria itu, Rey? Bagaimana dengan keadaan kita di sini. Lo, kagak mikir sampe situ?" tanya Ando.
Rey menoleh ke arah Ando dan tersenyum manis.
"Raksa dan Syam bisa menggantikan posisi kita berdua untuk sementara waktu. Lagipula, gue yakin kalau untuk masalah itu, Kevin bisa membereskannya," jawab Rey.
Kevin tersenyum haru dan mengangguk dengan penuh antusias.
"Gue juga mau ikut dalam petualangan ini, Rey. Kalau Ando kagak mau ikut, kita pergi berdua saja," sela Zulfan.
Kevin tersenyum tipis, "Kalian bertiga bisa ikut semua karena Syam dan Raksa akan menjaga Najwa saat kalian bertiga pergi bersamaku untuk mencari Delina. Hanya saja, mungkin Zulfan harus membuat alasan agar bisa pergi tanpa banyak orang yang mencurigainya," terang Kevin.
Najwa melepaskan pelukan Ando dan berkata, "Zulfan bisa membuat alasan kalau dia ingin pergi ke Jakarta bersamaku. Takkan ada orang yang akan curiga, jika Zulfan sebenarnya tak ada di sini."
Kevin mengangguk sekali lagi dan menatap Najwa dengan perasaan yang bersalah.
"Jadi, kapan kita akan memulai petualangan ini?" tanya Ando memastikan.
Kevin tersenyum, "Kita bisa melakukan perjalanan ini sekarang juga. Apa kalian bertiga sudah siap?"
Ando, Rey, dan Zulfan mengangguk secara bersamaan. Kevin kemudian membuat lagi lubang hitam untuk teleportasi ke tempat tujuan mereka. Kali ini, mereka akan mendatangi terlebih dahulu jurang yang membuat semua kejadian aneh ini berawal.
Banyak keajaiban yang akan terjadi dan tak akan ada seorang pun yang tahu bagaimana akhir dari kisah itu.
Mungkinkah mereka berhasil untuk membawa Delina kembali?
******
Cerita ini aku dedikasikan untuk Wpe_surd dalam event 'Blowing Your Bubble with Us'
Semoga kalian suka 😊
~~Mphii 💜💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top