Chapter 5

"Rey, gimana? Aman nggak, nih?" bisik Ando sambil menatap keadaan sekitar.

"Aman, Ndo. Gue dah matiin aliran listrik di rumah ini biar nggak ada CCTV yang ngerekam perbuatan kita kali ini," balas Rey dengan pelan.

Ketiga pemuda itu mengendap-endap untuk masuk ke dalam ruang kerja Papa Brasdan. Zulfan menyalakan senter dan menatap kagum ruang kerja itu walau keadaan sekitar terlihat gelap. Sementara Rey, terlihat mulai menggeledah laci-laci dengan rasa penasaran. Lain dengan Ando, yang justru sibuk membuka satu persatu foto album.

"Rey, kok wajah lo buluk gini sih pas masih kecil? Cemong-cemong gini," komentar Ando tanpa merasa bersalah.

Rey tak mengomentari ucapan Ando karena saat ini ia sedang membaca satu persatu dokumen penting yang sudah ia temukan. Ia menemukan banyak potongan koran yang tertempel rapi di sebuah buku agenda di tahun 2012.

"Kecelakaan besar telah menimpa sebuah mobil pribadi di Kota Las Vegas. Seorang pria dengan inisial HB, mati dalam kecelakaan ini. Tubuh korban hancur berkeping-keping bersama dengan mobil yang ia tumpangi. Diketahui dari berbagai sumber yang ada, pria itu berasal dari Indonesia dan ...," Rey tak lagi melanjutkan diri untuk membaca salah satu potongan koran. Dia merasa kaget dan tak percaya karena foto korban itu adalah foto Papa Brasdan!!

"Ndo, Fan, dugaan gue bener selama ini, Papah yang selama lima tahun gue kenal, ternyata bukan Papah gue. Dia sudah mati dalam kecelakaan yang terjadi di Las Vegas," ucap Rey lirih.

Rey duduk di lantai sambil menatap potongan koran itu dengan mata yang berembun.

Ando dan Zulfan benar-benar kaget saat mengetahui fakta mengenai ayah dari sahabat mereka. Jadi, siapa sebenarnya orang yang selalu pulang ke rumah Rey setiap bulan?

Derit pintu terdengar tiba-tiba dan membuat ketiga pemuda itu terlonjak kaget.

"Kalian ..."

Rey berdiri dan langsung menghampiri Mama Ririn sambil membawa potongan koran kepada wanita itu.

"Mah, kenapa Mamah nyembunyiin hal sebesar ini dari Rey? Kenapa Mamah nggak cerita kalau papahnya Rey udah nggak ada? Lalu, siapa pria yang selama ini datang ke rumah kita? Dia siapanya Papah Brasdan dan apa hubungannya dengan perusahaan yang menciptakan Robot AI di Hongkong, Mah?" tanya Rey dengan kecewa.

Rey menyodorkan potongan koran berbahasa asing dan kartu nama yang tadi siang ia temukan di rooftop dengan masih menatap wajah Mama Ririn yang terlihat kalut di matanya.

Mama Ririn menatap sekilas kedua benda itu, sebelum memeluk erat tubuh Rey.

"Maafin, Mamah, Rey. Mamah bersalah karena selama ini nyembunyiin fakta ini dari Rey. Nak, ayahmu memang sudah tidak ada sejak kecelakaan itu, karena dia benar-benar sudah hancur. Mamah pergi ke Hongkong untuk membeli robot yang dibuat khusus agar menyerupai ayahmu. Tak ada yang tahu fakta ini kecuali Mamah dan orang-orang dari Hanson Robotics. Mamah ngelakuin hal ini, agar Mamah bisa menjaga kamu. Kecelakaan di Las Vegas adalah rencana dari orang-orang yang membenci ayahmu. Mereka ingin menguasai perusahaan kita, jadi sebelum kamu bisa dan mampu memegang perusahaan kita, Mamah akan tetap menggunakan Robot AI untuk mengerjakan semua tugas perusahaan dari Hongkong.

"Sekali lagi, Mamah minta maaf atas kekasaran yang Robot AI itu lakukan padamu. Mamah nggak bisa berbuat banyak untuk saat ini, karena Robot AI itu juga punya kewarganegaraan sendiri. Jauh sebelum Robot Sophia dibuat, Robot AI yang ada di keluarga kita sudah lebih dulu mendapatkan kewarganegaraan juga dari Hongkong," jelas Mama Ririn panjang lebar.

Penjelasan panjang itu terdengar tidak nyata dan itu membuat Rey menganga.

Jadi, apa kebenaran ini adalah salah satu petunjuk, yang diberikan Kevin agar mereka dapat membantu untuk mencari Delina?

Rey kembali melihat potongan koran yang ada di tangannya. Ada rasa kecewa, rindu sekaligus kesal pada dirinya.

Ando dan Zulfan juga sangat kaget setelah mendengar penjelasan Mama Ririn yang lebih mirip seperti cerita dalam novel sci-fic.

Sosok Brasdan yang lembut juga sangat menyayangi Rey, berubah menjadi seseorang yang kasar. Hal itu membuat Rey berbalik untuk membenci sosok pria itu. Namun, ia salah besar, orang yang selama lima tahun ini ada di rumah mereka bukanlah Papa Brasdan, tetapi hanyalah sebuah robot yang diciptakan sampai menyerupai manusia untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh pemiliknya. Sosok penting dalam hidup Rey bahkan sudah pergi untuk selama-lamanya, namun mengapa Rey baru mengetahuinya sekarang?

"Rey ..." ucap Ando seraya mengelus bahu kiri Rey yang justru ditepis begitu saja olehnya.

Rey masih belum bisa mencerna apa yang dijelaskan Mama Ririn. Kenapa hal sebesar ini harus disembunyikan darinya sampai selama ini? Mamah tercinta yang selama ini sangat menyayanginya, bahkan membiarkan puteranya dipukul oleh sebuah robot sampai selama ini juga? Seriously ...

"Rey, sekali lagi, Mamah minta maaf, Sayang! Ini semua demi kebaikan kita, kebaikan kamu dan kebaikan perusahaan!" kata Mama Ririn yang berusaha untuk menjelaskan pada Rey agar dia mengerti.

Tanpa menjawab penjelasan Mama Ririn, Rey memilih pergi meninggalkan ruang kerja ayahnya untuk menuju ke kamarnya dan menutup pintu rapat rapat.

"Ando, Zulfan ...," panggil Mama Ririn kepada Ando dan Zulfan yang masih menatap kepergian Rey dengan rasa iba.

Merasa namanya di panggil, Ando dan Zulfan langsung mengedarkan pandangannya pada Mama Ririn.

"Iya, Tante," jawab mereka bersamaan.

"Tante tau, kalau kalian adalah sahabat Rey dan tanpa Tante suruh pun, kalian pasti akan merahasiakan hal ini, 'kan?" tanya Mama Ririn yang berharap pada kedua sahabat Rey agar bisa menyimpan rahasia yang sudah lima tahun dia jaga.

"Pasti, Tante, kita nggak mungkin emberin rahasia Tante ke orang lain," jawab Zulfan.

"Ando juga janji, Tante, nggak akan bilang hal ini ke siapapun," sela Ando.

Mama Ririn pun mengangguk paham dan percaya dengan apa yang kedua sahabat Rey katakan. Mama Ririn menghapus paksa air mata yang turun begitu hingga membasahi kedua pipinya.

"Rey sangat beruntung karena dia punya sahabat seperti kalian," puji Mama Ririn sambil tersenyum haru.

"kita juga beruntung, Tante, karena punya sahabat seperti Rey," timpal Zulfan dengan jujur.

Mama Ririn menghela napasnya yang terasa sesak dan menundukkan kepala sambil merenungkan kesalahan yang sudah ia perbuat. Hati Rey terkadang cukup sensitif, jika sudah menyangkut orang-orang yang ia sayang dan wanita itu pikir rahasia ini telah membuatnya terluka.

Melihat kondisi Mama Ririn yang sedang tidak baik, Zulfan dan Ando pun pamit untuk pulang agar dapat memberi ruang pada anak dan ibu itu untuk sementara waktu.

"Kalau gitu, kita pamit dulu, ya, Tante?" pamit Zulfan pada Mama Ririn.

Mama Ririn masih tak merespon ucapan Zulfan, seolah tak mendengar apapun.

"Tante," panggil Ando dengan nada biasa namun terdengar lebih kencang di dalam keheningan.

Zulfan langsung memukul pundak kanan Ando. "Nggak sopan banget sih, Lo!" omel Zulfan.

Panggilan dari Ando membuat Mama Ririn terlepas dari lamunannya.

"Iya, ada apa? Kenapa?" sahut Mama Ririn bingung.

"Nggak kok, Tante, kita cuma mau izin pulang," jelas Zulfan lembut.

"Oh gitu, nggak mau minum atau makan dulu gitu? Tante buatin bentar, ya," kata Mama Ririn yang hendak melangkahkan kaki keluar dari ruang kerja suaminya.

"Nggak usah, Tante, ini kita udah harus pulang kok, Tante," tahan Zulfan.

"Tapi kalau air putih nggak papa kok, Tante. Oh ya, sama roti selai kacangnya juga boleh, Tante," kata Ando dengan polosnya yang langsung membuatnya mendapat injakan kaki dari Zulfan.

"Oh, yaudah, bentar Tante buatin, ya," kata Mama Ririn yang sudah akan melangkah keluar.

"Enggak, enggak, Tante ..., ini Zulfan ditelepon Mamah, jadi harus cepet pulang karena katanya ada hal penting yang harus Zulfan lakuin," jelas Zulfan dengan berbohong.

"Oh gitu, yaudah salam buat mamah kamu, ya. Tante minta maaf karena belum sempet buatin kalian apa apa," kata Mama Ririn semakin lirih.

"Iya, Tante, kita pamit dulu," izin Zulfan sambil menyalami tangan mama Rey.

"Iya, hati-hati, ya ..."

Bersambung .... 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top